Sore itu, lapangan basket sekolah dipenuhi suara gemuruh bola yang memantul dan derap langkah para pemain. Suasana yang biasa terdengar setiap hari sepulang sekolah ini tak pernah bosan dinikmati oleh Jennie, seorang gadis kelas sebelas yang selalu duduk di bangku panjang di tepi lapangan. Buku sketsanya tergeletak di pangkuan, pensilnya berputar-putar di antara jemarinya. Meski seolah fokus menggambar, matanya tak pernah lepas dari sosok Lisa, pemain basket andalan sekolah.
Lisa, dengan tinggi badan yang menjulang dan rambut hitam yang selalu sedikit acak-acakan, tampak bersemangat di lapangan. Saat itu ia sedang memimpin latihan tim untuk persiapan turnamen antar kelas yang akan datang. Dia tidak pernah menyadari, atau mungkin pura-pura tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang selalu memperhatikannya dari pinggir lapangan.
Saat itu, Lisa berlari untuk mengejar bola yang terpantul terlalu jauh ke sisi lapangan, dan tanpa sengaja bola itu mengarah ke tempat Jennie duduk. Dengan refleks cepat, Jennie berdiri untuk menangkap bola yang datang ke arahnya. Bola itu berhenti tepat di kakinya, dan sebelum Jennie sempat mengambilnya, Lisa sudah berlari mendekat.
"Maaf, bola lepas," kata Lisa sambil tersenyum ramah. "Boleh aku ambil?"
Jennie mengangguk canggung dan segera menyerahkan bola itu padanya. Wajahnya memerah ketika menyadari betapa dekatnya Lisa berdiri. "I-iya, tentu saja," jawab Jennie dengan suara yang nyaris berbisik.
Lisa mengambil bola sambil melirik sekilas ke arah buku sketsa di pangkuan Jennie. "Kamu sering menggambar di sini, ya? Aku sering melihatmu duduk di bangku ini."
Jennie terkejut, tak menyangka Lisa memperhatikannya. "Oh, iya. Aku suka suasananya... tenang," jawabnya gugup, berusaha terdengar wajar.
"Bagus, lanjutkan saja," Lisa tersenyum lagi sebelum kembali ke tengah lapangan, dan melanjutkan latihannya. Jennie masih bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Ada rasa hangat yang menyebar di dadanya, membuatnya berpikir bahwa mungkin, untuk pertama kalinya, ia bukan sekadar penonton di tepi lapangan.
Saat latihan selesai, Jennie menyadari bahwa ia baru saja memiliki interaksi pertama dengan Lisa. Meski hanya sepatah dua kata, ada sesuatu yang berubah. Ia mulai membayangkan bagaimana jika percakapan mereka bisa lebih panjang di lain waktu. Di lapangan itu, di bawah langit sore yang perlahan berubah jingga, detak jantung Jennie dan Lisa mulai mencari irama mereka sendiri.
Ini adalah awal dari perasaan yang tumbuh di antara mereka, perasaan yang perlahan namun pasti akan membawa mereka lebih dekat. Sebuah langkah kecil yang akan membuka babak baru dalam hidup mereka, dimulai dari lapangan basket yang sederhana.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...