Setelah hari ujian berakhir, Lisa dan Jennie memasuki fase yang penuh kecemasan menunggu hasil ujian diumumkan. Hari-hari terasa berjalan lambat, dan meski mereka berusaha menjalani rutinitas seperti biasa, pikiran tentang hasil ujian selalu ada di benak mereka.
Pada suatu sore, Lisa dan Jennie memutuskan untuk pergi ke lapangan basket sekolah. Itu adalah tempat di mana mereka biasa bermain bersama, tempat yang selalu membuat mereka merasa lebih baik. Saat mereka duduk di tepi lapangan, Lisa melempar bola basket ke arah Jennie dengan senyum tipis.
"Ayo, Jennie, kita main. Siapa tahu ini bisa menghilangkan rasa cemas sedikit," ajak Lisa, mencoba mengubah suasana hati mereka.
Jennie menyambut ajakan Lisa dengan antusias. "Baiklah, tapi jangan berharap aku akan membiarkanmu menang dengan mudah!" katanya sambil berlari ke tengah lapangan.
Mereka mulai bermain, dan perlahan-lahan, rasa cemas tentang hasil ujian tergantikan dengan tawa dan suara bola yang memantul. Lisa merasa lebih bebas saat ia fokus pada permainan, dan melihat Jennie yang tertawa ceria membuatnya semakin bersemangat. Pertandingan mereka dipenuhi dengan tantangan dan lelucon, seolah-olah mereka sedang bersaing dengan penuh semangat tetapi tanpa beban.
Setelah beberapa kali mencetak poin, Lisa berhenti untuk mengambil napas. "Kau semakin jago saja, Jen. Hampir tidak bisa mengejarmu," katanya, terengah-engah.
Jennie tersenyum puas. "Tentu saja, ini semua berkat kamu yang selalu jadi lawan tandingku," jawabnya sambil tersenyum lebar.
Mereka kemudian duduk di tepi lapangan, menikmati angin sore yang sejuk. Suasana menjadi lebih tenang saat mereka berdua berbincang. "Kau tahu, Lisa, apa pun hasilnya nanti, aku sudah merasa menang. Bukan karena nilai, tapi karena kita sudah berjuang keras dan saling mendukung sepanjang waktu ini," kata Jennie dengan tulus.
Lisa menatap Jennie dengan rasa syukur. "Aku juga merasa begitu, Jen. Kamu selalu ada di sampingku, menguatkanku. Aku tidak bisa membayangkan melewati semua ini tanpa kamu," ucapnya dengan nada lembut.
Ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba ponsel Jennie berbunyi. Sebuah notifikasi dari grup kelas muncul, mengumumkan bahwa hasil ujian sudah bisa dilihat secara online. Jantung Lisa berdegup kencang saat mendengar berita itu, dan ia merasakan adrenalin tiba-tiba membanjiri tubuhnya.
"Haruskah kita lihat sekarang?" tanya Jennie, merasa tegang tetapi juga penasaran.
Lisa menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. "Baiklah, ayo kita lihat bersama," katanya, meraih ponselnya dan membuka situs untuk melihat hasil ujian.
Ketika hasil ujian muncul di layar, Lisa merasakan jantungnya seolah berhenti sesaat. Ia membaca angka-angka dan huruf di samping namanya, lalu menatap Jennie dengan mata yang penuh kebahagiaan. "Aku lulus, Jen! Aku lulus!" serunya dengan penuh sukacita.
Jennie, yang juga sudah melihat hasilnya, memeluk Lisa erat-erat. "Aku tahu kamu bisa, Lis! Aku sangat bangga padamu," ucapnya sambil tersenyum lebar.
Lisa merasa beban besar telah terangkat dari pundaknya. Ia akhirnya bisa bernapas lega dan merasakan kebahagiaan yang tulus. "Kamu juga lulus, Jen. Kita berhasil melaluinya bersama," katanya dengan mata berbinar.
Hari itu menjadi salah satu hari yang paling membahagiakan bagi Lisa dan Jennie. Kegembiraan mereka bukan hanya karena hasil ujian yang memuaskan, tetapi juga karena perjalanan yang mereka tempuh bersama telah membuat mereka semakin dekat dan lebih menghargai satu sama lain.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...