Bab 17 Langkah ke Depan

37 4 0
                                    

Setelah momen ciuman yang tak terlupakan, Lisa dan Jennie merasa hubungan mereka memasuki fase baru yang lebih dalam. Rasanya seperti sebuah pintu baru telah terbuka, memberikan mereka kesempatan untuk saling mengenal lebih jauh, baik sebagai teman maupun sebagai pasangan. Namun, keduanya juga merasa adanya tanggung jawab baru untuk menjaga keintiman yang telah terbentuk ini.

Hari berikutnya, Lisa merasa lebih bersemangat dari biasanya saat berlatih. Setiap gerakan di lapangan basket terasa lebih berarti. Ia memikirkan Jennie setiap kali ia mencetak poin atau berhasil dalam latihan. Kehadiran Jennie menjadi motivasi utama, memberinya kekuatan untuk berjuang lebih keras demi mencapai tujuannya kembali ke lapangan.

Setelah latihan yang melelahkan, Lisa mencari Jennie di taman seperti biasa. Saat melihat Jennie duduk di bangku yang sama di mana mereka berbagi ciuman, hati Lisa berdegup kencang. Ia merasa bahagia bisa berbagi momen ini bersamanya. Jennie sedang membaca buku, dan saat melihat Lisa datang, wajahnya bersinar dengan senyum.

"Hey, kamu sudah datang!" Jennie berkata ceria, menutup bukunya dan menyambut Lisa dengan hangat. "Bagaimana latihan hari ini?"

"Itu hebat! Aku merasa semakin baik. Dan yang terpenting, aku tidak merasakan sakit di kakinya," jawab Lisa penuh semangat.

Jennie bersorak gembira. "Itu kabar yang luar biasa, Lisa! Semangatmu menular ke semua orang," katanya dengan antusias.

Setelah berbincang-bincang, Lisa mengajak Jennie untuk berjalan-jalan di sekitar taman. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan mengingat kembali berbagai momen indah yang telah mereka lalui. Saat mereka berjalan beriringan, Lisa meraih tangan Jennie dan menggenggamnya, merasakan getaran kebahagiaan di antara mereka.

Tiba-tiba, Jennie menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Lisa dengan serius. "Lisa, aku ingin kita berbicara tentang hubungan kita," katanya perlahan, matanya tampak penuh harapan.

Lisa mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.

"Aku merasa kita sudah melewati banyak hal bersama. Ciuman kita kemarin... itu membuatku berpikir tentang masa depan kita. Aku ingin kita tidak hanya sekadar menjadi pasangan di lapangan, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Aku ingin lebih dari itu, dan aku rasa kamu juga merasakannya," Jennie menjelaskan dengan jujur.

Lisa merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. "Aku merasakannya juga, Jen. Aku ingin kita menjadi lebih dekat. Aku ingin selalu ada di sampingmu, mendukungmu dalam segala hal, sama seperti yang kamu lakukan untukku."

Jennie tersenyum lebar, seolah beban berat telah terangkat dari bahunya. "Jadi, kita sepakat? Kita akan menjalin hubungan ini dengan serius dan saling mendukung satu sama lain?" tanyanya.

"Sepakat!" jawab Lisa, penuh semangat. Mereka saling mendekat dan Adit membisikkan, "Aku sangat bersyukur memilikimu, Jennie."

Jennie membalas, "Begitu juga aku. Ini baru permulaan, kita akan menjalaninya bersama."

Setelah perbincangan yang penuh perasaan itu, mereka melanjutkan berjalan di taman dengan perasaan baru yang menyenangkan. Hari itu menandai sebuah awal yang penuh harapan dan janji untuk saling menjaga, baik dalam suka maupun duka. Mereka berdua menyadari bahwa cinta mereka bukan hanya tentang momen-momen manis, tetapi juga tentang komitmen untuk saling mendukung dan tumbuh bersama.

tbc,

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang