Bab 7 Tantangan Baru di Lapangan

86 6 0
                                    

Sejak pengakuan perasaan di taman, ada kebahagiaan yang sulit dijelaskan dalam hubungan Jennie dan Lisa. Mereka tidak mengumumkan apa pun secara resmi, tetapi teman-teman di tim basket dan di sekolah mulai menyadari ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Kebersamaan mereka semakin terlihat alami, dengan kehangatan yang terpancar dalam setiap interaksi.

Hari itu, saat Lisa sedang berlatih bersama timnya, Jennie tiba lebih awal dari biasanya. Ia duduk di bangku panjang di sisi lapangan dengan buku sketsanya terbuka. Kali ini, dia tidak hanya menggambar lapangan atau pemain basket yang sedang beraksi, tetapi juga momen-momen kecil yang sering terlewatkan, seperti senyuman seorang teman setelah mencetak poin atau ekspresi fokus Lisa saat memegang bola.

Latihan berakhir lebih cepat hari itu, dan beberapa anggota tim lainnya mulai berkemas untuk pulang. Namun, Lisa tetap tinggal di lapangan, menatap Jennie yang masih sibuk dengan sketsanya. "Jennie, kamu mau coba latihan lagi? Aku bisa ajarin beberapa trik baru," tawarnya sambil mengambil bola basket.

Jennie menutup buku sketsanya dan berdiri. "Oke, tapi jangan berharap aku bisa melakukan dunk ya," candanya sambil berjalan mendekat.

Lisa tertawa. "Tenang saja, kita mulai dari yang paling dasar dulu."

Lisa memandu Jennie melakukan gerakan dribbling dan melempar bola. Kali ini, ada sedikit peningkatan dalam kemampuan Jennie, meskipun dia masih sering meleset. Saat Jennie mencoba melempar bola untuk yang kesekian kalinya, Lisa berdiri di belakangnya, membimbing tangannya untuk memastikan gerakan yang benar. Jarak mereka begitu dekat hingga Jennie bisa merasakan kehangatan tubuh Lisa di punggungnya, dan aroma segar dari keringat yang bercampur dengan udara sore.

Setelah beberapa kali mencoba, Jennie akhirnya berhasil memasukkan bola ke dalam ring, meski dengan sedikit bantuan dari Lisa. "Aku berhasil!" seru Jennie dengan penuh semangat, tangannya terangkat tinggi. Lisa tersenyum lebar, senang melihat kebahagiaan di wajah Jennie.

"Tuh kan, aku bilang kamu bisa," ujar Lisa sambil mengacak rambut Jennie.

Sebelum Jennie sempat membalas, tiba-tiba seseorang memanggil nama Lisa dari pinggir lapangan. "Lisa! Bisa bicara sebentar?" Itu adalah pelatih tim basket. Wajahnya serius, seperti ada sesuatu yang penting.

Lisa meninggalkan Jennie sejenak dan berjalan menuju pelatih. Percakapan mereka terdengar samar dari tempat Jennie berdiri, tetapi dia bisa menangkap kata-kata seperti "turnamen", "latihan ekstra", dan "strategi tim". Setelah beberapa menit, Lisa kembali dengan raut wajah yang lebih serius dari sebelumnya.

"Ada apa, Lisa?" tanya Jennie dengan nada khawatir.

Lisa menghela napas. "Pelatih baru saja memberitahu kalau minggu depan akan ada pertandingan penting, dan mereka mengharapkan aku untuk lebih fokus latihan. Artinya, aku harus latihan ekstra setiap hari, termasuk akhir pekan."

"Oh... jadi kita nggak bisa sering ketemu ya?" suara Jennie terdengar agak kecewa, meskipun dia mencoba untuk tersenyum.

Lisa meraih tangan Jennie dan menggenggamnya erat. "Aku akan tetap cari waktu untuk kita, kok. Lagipula, kamu selalu bisa datang ke latihan seperti biasa. Mungkin kita nggak akan punya banyak waktu untuk ngobrol panjang, tapi aku janji kita masih bisa bersama."

Jennie merasa sedikit lega mendengar janji itu, namun ada kekhawatiran yang mengintip di dalam hatinya. Ia tahu seberapa penting basket bagi Lisa, dan ia tak ingin menjadi penghalang dalam karirnya. Di saat yang sama, Jennie mulai menyadari bahwa ujian hubungan mereka baru saja dimulai. Mampukah mereka menjaga kebersamaan ini di tengah kesibukan yang semakin meningkat?

Malam itu, setelah mereka pulang ke rumah masing-masing, Jennie membuka buku sketsanya dan menggambar Lisa sedang memegang bola basket, dengan ekspresi penuh semangat di wajahnya. Baginya, itulah Lisa yang ia kenal seseorang yang selalu berusaha keras mencapai impiannya. Jennie tahu bahwa tantangan baru ini bukan hanya ujian bagi Lisa, tetapi juga bagi dirinya sendiri untuk tetap mendukung dan mempercayai hubungan yang baru saja mereka bangun.

tbc.

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang