Hari yang dinantikan akhirnya tiba turnamen basket antarsekolah dimulai. Lisa dan timnya telah berlatih keras untuk momen ini, dan suasana di lapangan sangat tegang. Sorakan penonton memenuhi gedung olahraga, memberikan semangat tambahan bagi para pemain. Di tengah keramaian, Jennie duduk di tribun bersama teman-temannya, membawa spanduk dukungan untuk tim Lisa. Meskipun ada sedikit kekhawatiran dalam hatinya karena jarak yang sempat mereka rasakan, Jennie tetap ingin berada di sana untuk Lisa.
Pertandingan berjalan ketat sejak awal. Tim Lisa menghadapi lawan yang kuat, dan setiap poin yang diraih menjadi penentu. Di lapangan, Lisa menunjukkan kemampuan terbaiknya berlari, menggiring bola, dan melakukan lemparan tiga angka dengan presisi. Namun, di tengah intensitas permainan, terjadi sebuah insiden yang tidak terduga.
Di kuarter ketiga, saat Lisa mencoba merebut bola dari lawan, ia terjatuh dan salah satu pemain lawan tidak sengaja menginjak pergelangan kakinya. Lisa meringis kesakitan dan terpaksa ditarik keluar lapangan oleh pelatih. Kekhawatiran segera meliputi Jennie saat melihat Lisa terhuyung dan dipapah keluar. Ia buru-buru turun dari tribun dan menuju pinggir lapangan untuk melihat keadaannya.
"Lisa, kamu baik-baik saja?" tanya Jennie dengan suara penuh kekhawatiran.
Jennie mencoba tersenyum, meskipun rasa sakit jelas tergambar di wajahnya. "Aku akan baik-baik saja, Jen. Ini hanya cedera kecil," jawabnya sambil berusaha tetap tenang. Namun, Jennie bisa melihat bahwa Lisa sedang menahan rasa sakit yang sebenarnya lebih parah dari yang dia katakan.
Pelatih memutuskan untuk menarik Lisa keluar untuk sementara dan memberikan perawatan pada cederanya. Selama di bangku cadangan, Lisa tidak bisa menahan rasa frustrasi. Ia merasa dirinya mengecewakan tim dengan tidak bisa memberikan kontribusi penuh, apalagi di momen penting seperti ini. Melihat ekspresi kesedihan di wajahnya, Jennie menggenggam tangan Lisa.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Lis. Jangan merasa bersalah," kata Jennie, berusaha memberikan semangat.
Di kuarter terakhir, Jennie memutuskan untuk kembali ke lapangan meskipun rasa sakit belum sepenuhnya hilang. Ia tidak ingin meninggalkan timnya begitu saja. Dengan semangat yang membara, ia kembali bermain, meskipun dengan sedikit tertatih. Penonton berteriak mendukung, dan rekan-rekan satu timnya juga memberikan dorongan penuh. Melihat tekad Lisa, Jennie merasa terharu dan semakin menyadari betapa pentingnya basket bagi dirinya.
Pertandingan semakin menegangkan ketika waktu tersisa hanya beberapa detik dan skor imbang. Di detik-detik terakhir, Lisa berhasil mencuri bola dari lawan dan melakukan tembakan jarak jauh yang menentukan. Bola melayang di udara dan masuk tepat sebelum bunyi akhir. Tim Lisa memenangkan pertandingan dengan skor tipis. Sorak-sorai kemenangan memenuhi gedung, dan Lisa menjadi pahlawan malam itu.
Jennie segera berlari ke arah Lisa yang masih terengah-engah di lapangan. Tanpa ragu, ia memeluknya erat, merasakan kebanggaan dan rasa lega yang luar biasa. "Kamu hebat, Lisa. Aku bangga sama kamu," bisiknya.
Lisa membalas pelukan Jennie, merasa bahwa semua usahanya terbayar. "Terima kasih sudah selalu ada di sini buat aku, Jennie." jawabnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...