Bab 11 Mendekatkan Diri di Tengah Cobaan

189 13 0
                                    

Cedera yang dialami Lisa membuatnya absen dari lapangan basket untuk beberapa minggu, dan proses pemulihan terasa lebih lambat dari yang ia harapkan. Ia sering merasa frustrasi, tetapi Jennie selalu ada di sisinya, memberikan dukungan yang dibutuhkannya. Hubungan mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Ketika tidak sedang di sekolah, mereka sering menghabiskan waktu bersama di rumah Lisa, menonton film atau hanya berbicara untuk mengalihkan pikiran dari tekanan pemulihan.

Suatu sore, Jennie datang mengunjungi Lisa dengan membawa makanan favoritnya, ayam bakar dengan nasi uduk. Mereka memutuskan untuk makan di kamar Lisa, yang dipenuhi dengan poster-poster basket dan foto-foto kenangan tim. Suasana di antara mereka terasa lebih hangat dan nyaman daripada biasanya, seolah-olah keintiman tumbuh secara alami di tengah cobaan yang dihadapi Adit.

Setelah makan, Jennie duduk di samping Lisa di tepi tempat tidur, melihat bagaimana ia memijat lembut kakinya yang masih terasa sakit. "Gimana, ada kemajuan?" tanya Jennie, suaranya lembut dan penuh perhatian.

Lisa tersenyum tipis. "Lumayan, tapi rasanya masih jauh dari sembuh total. Kadang aku ngerasa bosen dan frustasi. Nggak bisa latihan, nggak bisa main... rasanya kayak kehilangan sebagian dari diriku."

Jennie meraih tangan Lisa dan menggenggamnya erat. "Kamu nggak sendirian, Lisa. Aku di sini, dan tim juga pasti selalu dukung kamu. Jangan terlalu keras sama diri sendiri, ya. Proses penyembuhan butuh waktu."

Keheningan melingkupi mereka sejenak, tetapi bukan keheningan yang canggung. Sebaliknya, ada perasaan nyaman yang timbul dari keintiman yang tumbuh di antara mereka. Jennie mendekatkan wajahnya, memperhatikan tatapan mata Lisa yang penuh rasa syukur dan kelelahan sekaligus.

"Aku nggak tahu harus gimana kalau kamu nggak ada di sini, Jen," kata Lisa perlahan. "Kamu yang bikin aku tetap kuat selama ini."

Jennie merasakan detak jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Ia kemudian menundukkan kepalanya sedikit, pipinya memerah. "Aku cuma pengen kamu tahu kalau kamu nggak perlu hadapi semua ini sendirian," jawabnya dengan lembut.

Ketika Lisa perlahan meraih wajah Jennie dan menyentuhnya dengan lembut, dunia seakan melambat. Mereka saling menatap, dan dalam momen itu, tanpa kata-kata, ada pemahaman yang mendalam antara mereka. Seiring kedekatan fisik dan emosi mereka semakin nyata, Lisa memberikan ciuman singkat yang lembut di kening Jennie bukan hanya sebagai tanda cinta, tetapi juga rasa terima kasih yang dalam.

Hubungan mereka semakin erat, tidak hanya karena saling mendukung di masa sulit, tetapi karena kepercayaan dan keintiman yang telah terbangun secara perlahan. Di tengah perjuangan pemulihan Lisa, cinta mereka menjadi kekuatan tambahan yang terus mendorongnya untuk kembali berdiri dan berjuang di lapangan suatu hari nanti.

tbc

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang