Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Lisa semakin menunjukkan kemajuan dalam pemulihan cederanya. Semangatnya terus tumbuh berkat dukungan dari Jennie, yang selalu setia berada di sampingnya. Sore itu, setelah latihan yang cukup intens, Lisa dan Jennie memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman kota. Mereka menikmati suasana yang tenang, berbicara tentang hal-hal sederhana yang membuat mereka merasa lebih dekat satu sama lain.
Mereka berdua akhirnya duduk di bangku taman, di bawah pohon besar yang daunnya bergoyang lembut tertiup angin. Cahaya matahari senja menyinari wajah mereka, menciptakan bayangan keemasan yang membuat suasana terasa lebih hangat. Lisa menatap Jennie, yang sedang asyik melihat langit senja dengan senyum kecil di bibirnya.
"Kamu tahu nggak, Jen" Lisa mulai bicara, suaranya terdengar lembut, "Aku nggak tahu gimana cara berterima kasih atas semua dukungan yang kamu kasih selama ini. Rasanya, tanpa kamu, mungkin aku nggak akan bisa bertahan sejauh ini."
Jennie menoleh dan menatap Lisa dengan tatapan lembut. "Aku melakukan ini karena aku peduli sama kamu, Lis. Nggak ada yang perlu kamu ucapkan untuk berterima kasih. Aku ada di sini karena memang aku ingin ada untukmu," jawabnya dengan tulus.
Momen itu terasa begitu intim. Jantung Lisa berdetak lebih cepat saat melihat Jennie, dan ia merasakan dorongan yang begitu kuat untuk mendekatkan diri. Perlahan, ia mengulurkan tangannya, meraih tangan Jennie dan menggenggamnya. Jennie tidak menolak, bahkan membalas genggamannya dengan erat.
Lisa menatap mata Jennie, dan dalam sekejap, keduanya saling mendekat. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Lisa bisa merasakan detak jantungnya sendiri semakin cepat. Tanpa ragu, ia mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya di bibir Jennie. Ciuman itu lembut dan penuh perasaan, seolah-olah mengekspresikan semua perasaan yang telah mereka pendam selama ini.
Jennie membalas ciuman itu, matanya terpejam dan perasaan hangat mengalir di hatinya. Mereka tetap seperti itu sejenak, menikmati momen kebersamaan yang begitu berarti. Saat mereka akhirnya melepaskan ciuman, Jennie tersenyum kecil, dan Lisa menyadari bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih dalam dan lebih kuat.
"Aku sayang kamu, Jennie," bisik Lisa, masih merasakan kehangatan ciuman mereka.
Jennie menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Aku juga sayang kamu, Lisa," jawabnya dengan lembut.
Momen itu bukan hanya ciuman pertama mereka, tetapi juga sebuah langkah besar dalam hubungan mereka. Setelah semua yang telah mereka lewati bersama dukungan, tawa, dan bahkan kesedihan kini mereka merasa semakin yakin bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang nyata dan layak diperjuangkan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...