Bab 21 Perjuangan Menuju Ujian

21 3 0
                                    

Lisa dan Jennie semakin bertekad untuk mempersiapkan ujian akhir mereka. Setelah malam yang penuh kehangatan dan saling pengertian, mereka merencanakan sesi belajar lebih terstruktur. Jennie, yang selalu memiliki pendekatan kreatif dalam belajar, mengusulkan untuk membuat rencana belajar yang menyenangkan.

"Bagaimana kalau kita membuat sesi belajar ini menjadi lebih seperti permainan? Kita bisa membuat kuis dan tantangan untuk masing-masing mata pelajaran," usul Jennie dengan semangat.

Lisa tersenyum, merasa semangat Jennie menular. "Itu ide bagus, Jen. Kita bisa saling menguji satu sama lain. Siapa yang kalah harus membuatkan makanan ringan untuk yang menang," katanya, merencanakan strategi mereka.

Malam itu, mereka menghabiskan waktu di perpustakaan, mengatur buku-buku dan membuat catatan. Dengan cara itu, mereka merasa tidak hanya belajar, tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Ketika mereka mulai melakukan kuis, suasana belajar menjadi penuh tawa dan canda.

Satu hari, saat Lisa menjawab pertanyaan tentang sejarah, ia sedikit ragu dan tidak dapat mengingat detail penting. Jennie, yang melihat kesulitan Lisa, memutuskan untuk memberikan semangat. "Ayo, Lis! Ingat, kamu bisa melakukannya! Cobalah ingat kembali semua yang kita pelajari."

Lisa menarik napas dalam-dalam dan berusaha mengingat. "Oke, kita coba lagi. Ujian ini bukan hanya untuk menunjukkan seberapa pintar kita, tapi juga tentang kerja keras kita selama ini," katanya, berusaha menguatkan diri.

Mereka melanjutkan sesi belajar dengan saling menguji satu sama lain, dan seiring berjalannya waktu, Lisa mulai merasa lebih percaya diri. Jennie sangat senang melihat perkembangan Lisa, dan ini membuatnya merasa bangga. "Lihat, kamu berhasil menjawabnya! Kamu memang hebat, Lis," ucap Jennie dengan ceria.

Seminggu sebelum ujian, Lisa mulai merasakan tekanan yang semakin besar. Ia mulai merasa khawatir tentang kemampuannya untuk memenuhi harapan semua orang. Meski Jennie selalu ada untuk mendukung, Lisa merasa ada ketidakpastian di dalam dirinya.

Suatu malam, saat mereka sedang belajar di apartemen Lisa, suasana terasa berbeda. Lisa terlihat gelisah, dan Jennie pun merasakannya. "Lisa, ada yang mengganggumu? Kamu terlihat tidak fokus," tanyanya, menatap Lisa dengan perhatian.

Lisa menghela napas. "Jen, aku takut. Apa jika semua usaha ini sia-sia? Bagaimana jika aku gagal?" suaranya sedikit bergetar.

Jennie meraih tangan Lisa, berusaha menenangkan. "Dengar, tidak ada yang sia-sia dari semua usaha yang sudah kita lakukan. Apa pun hasilnya, yang terpenting adalah kita sudah berjuang bersama. Aku percaya pada kemampuanmu. Ingat, ujian tidak mendefinisikan siapa kamu," ujarnya, penuh keyakinan.

Mendengar kata-kata Jennie, Lisa merasakan ketegangan di dadanya sedikit berkurang. Ia tahu Jennie benar. "Terima kasih, Jen. Aku hanya perlu diingatkan bahwa aku tidak sendirian dalam hal ini."

Mereka melanjutkan belajar, dan Lisa berusaha untuk lebih santai. Dengan kehadiran Jennie, ia mulai memahami bahwa cinta dan dukungan yang mereka miliki adalah kekuatan yang luar biasa. Ketika malam semakin larut, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat.

Jennie menyiapkan teh hangat untuk mereka berdua, dan saat mereka duduk bersandar di sofa, Lisa menatap Jennie dengan penuh rasa syukur. "Aku sangat beruntung memilikimu di sisiku, Jen. Terima kasih telah selalu mendukungku," katanya tulus.

Jennie tersenyum, "Aku juga beruntung bisa bersamamu, Lis. Kita adalah tim yang hebat. Ingat, kita sudah melewati banyak hal bersama, dan kita pasti bisa menghadapi ujian ini juga."

tbc.

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang