Setelah beberapa hari istirahat, Lisa merasa lebih siap untuk kembali berlatih. Kakinya sudah mulai membaik, dan ia semakin bersemangat untuk kembali ke lapangan. Jennie masih selalu hadir untuk memberikan dukungan, dan pada hari pertama latihan setelah istirahat, ia muncul di lapangan dengan senyum penuh semangat, seolah-olah menunjukkan bahwa ia akan terus berada di samping Lisa, apapun yang terjadi.
Latihan kali ini masih difokuskan pada pemulihan, tetapi intensitasnya sedikit meningkat. Lisa mengikuti semua instruksi pelatih dengan cermat, memastikan ia tidak memaksakan dirinya. Rekan-rekan satu tim juga memberikan dukungan, membantu Lisa untuk tidak merasa tertekan agar segera kembali dalam bentuk terbaiknya. Meskipun belum bisa bermain dalam permainan penuh, ia sudah mulai menemukan kembali ritme tembakan dan gerakan-gerakan dasar yang sebelumnya terasa hilang.
Setelah latihan, Jennie menunggu Lisa di luar lapangan. Ia membawa sebotol air dan handuk untuk Adit seperti biasa. "Kamu makin kelihatan fit, Lisa. Aku bisa lihat kalau kamu mulai menemukan lagi semangat dan ritme bermainmu," ujarnya sambil menyerahkan handuk pada Lisa.
Lisa menyeka keringatnya dan tersenyum, "Iya, aku juga mulai merasa lebih baik. Perlahan-lahan, tapi pasti. Terima kasih karena selalu ada buat aku, Jen."
Setelah latihan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah dan duduk di taman. Angin sore yang sejuk membuat suasana terasa nyaman, dan mereka berbicara tentang masa-masa ketika pertama kali saling mengenal. Jennie bercerita tentang kesannya pada Lisa saat mereka pertama kali bertemu di lapangan basket, saat Lisa dengan penuh semangat bermain tanpa mengenal lelah.
"Waktu itu, aku langsung tahu kalau kamu bener-bener cinta sama basket. Itu kelihatan dari cara kamu bermain. Seolah-olah lapangan itu adalah rumah buat kamu," kata Jennie, suaranya terdengar penuh nostalgia.
Lisa menatap Jennie dengan senyum lembut. "Aku rasa sekarang rumah itu nggak cuma di lapangan, tapi juga di tempat di mana aku bisa bareng sama kamu."
Kata-kata itu membuat Jennie tersenyum malu, wajahnya memerah sedikit. Mereka duduk berdekatan, merasakan kedamaian dan kenyamanan dari momen itu. Bagi Lisa, kebersamaan mereka saat ini lebih dari sekadar dukungan emosional ini adalah pengingat bahwa ia tidak sendirian dalam perjuangannya, dan bahwa ada seseorang yang akan terus berada di sisinya, melewati setiap tantangan bersama.
Hari-hari berikutnya, Lisa semakin berkomitmen untuk tidak hanya kembali pulih, tetapi juga menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Ia menjalani latihan dengan tekun, tetap menjaga kondisi tubuhnya dan tidak tergesa-gesa untuk langsung bermain penuh. Jennie tetap setia mendukungnya, memberikan semangat dan kata-kata positif setiap kali Lisa merasa lelah atau ragu. Mereka menyadari bahwa apa yang mereka miliki adalah lebih dari sekadar hubungan romantis ini adalah kemitraan yang tulus, di mana mereka saling menguatkan untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Storie d'amore"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...