Setelah latihan sore itu, Lisa memutuskan untuk beristirahat di rumah selama beberapa hari sesuai anjuran pelatih. Dia ingin memastikan bahwa cedera kakinya benar-benar pulih sebelum kembali berlatih intensif. Di hari ketiga, Jennie datang mengunjungi Lisa untuk memastikan dia tidak merasa bosan atau kesepian selama masa istirahatnya.
"Kalau aku nggak datang, pasti kamu cuma tiduran aja sambil nonton TV, kan?" canda Jennie sambil meletakkan kantong plastik berisi camilan favorit Adit di meja.
Lisa tertawa kecil, "Ya gimana lagi, aku kan harus jaga kondisi. Tapi, aku senang kamu datang. Kalau nggak, pasti aku udah mati gaya."
Mereka duduk di ruang tamu, menonton film dan berbicara tentang hal-hal sepele. Ada kehangatan dalam kebersamaan mereka, yang terasa berbeda. Seiring berjalannya waktu, percakapan mulai semakin mendalam. Mereka berbicara tentang mimpi dan ketakutan masing-masing, tentang masa depan dan apa yang mereka inginkan.
"Aku senang lihat kamu tetap semangat buat kembali main basket, Lisa. Aku tahu itu bukan hal yang mudah," kata Jennie, tatapannya lembut menatap Lisa.
Lisa menghela napas dan menatap Jennie dalam-dalam. "Aku nggak yakin bisa tetap sekuat ini tanpa kamu, Jen. Kamu selalu ada untukku, bahkan di saat aku sendiri kadang nggak yakin bisa kembali."
Keheningan yang nyaman melingkupi mereka. Dalam momen itu, ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, seakan jarak di antara keduanya semakin mengecil. Lisa, dengan penuh kelembutan, meraih tangan Jennie dan menggenggamnya erat. "Kamu tahu, kan, aku bener-bener sayang sama kamu?" katanya perlahan.
Jennie tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu, Lisa. Aku juga sayang sama kamu."
Lisa menarik Jennie mendekat dan memeluknya. Pelukan itu terasa lebih dari sekadar ungkapan cinta itu adalah ungkapan rasa syukur karena telah menemukan seseorang yang selalu ada di sisinya dalam suka dan duka. Mereka menikmati keintiman momen itu, merasakan bahwa ikatan di antara mereka semakin kuat.
Setelah beberapa saat, Jennie melepaskan diri dari pelukan Lisa dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih. "Jadi, apa rencana kita setelah kamu sembuh nanti?" tanyanya sambil tersenyum.
Lisa tertawa kecil. "Kita akan merayakan kembalinya aku ke lapangan dengan kemenangan besar," katanya penuh semangat. "Dan pastinya, aku mau kamu ada di kursi penonton, jadi pendukung nomor satuku."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...