Bab 26 Ujian dan Kepercayaan

45 5 0
                                    

Hubungan Lisa dan Jennie semakin hari semakin akrab. Mereka menikmati masa-masa baru sebagai pasangan, tetap mendukung satu sama lain dalam hal-hal yang biasa mereka lakukan, baik di sekolah maupun di luar. Namun, seperti hubungan pada umumnya, tidak selamanya berjalan mulus. Ada tantangan yang menguji kekuatan dan komitmen mereka.

Beberapa minggu setelah mereka resmi bersama, sekolah mengadakan persiapan untuk turnamen basket antarsekolah yang akan datang. Lisa, sebagai salah satu pemain utama, harus menjalani latihan intensif setiap hari sepulang sekolah. Sementara itu, Jennie mulai sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler dan persiapan ujian yang mendekat. Waktu untuk mereka berdua mulai terasa terbatas, dan Jennie mulai merasakan jarak yang perlahan muncul di antara mereka.

Suatu sore, ketika Jennie sedang menunggu Lisa selesai latihan di pinggir lapangan, ia melihat Lisa berbincang dengan seorang teman sekelas mereka, Lia. Lia adalah salah satu anggota pemandu sorak yang juga terlibat dalam persiapan tim basket. Melihat mereka tertawa bersama, Jennie merasakan sedikit cemburu, meskipun ia tahu bahwa tidak ada alasan untuk merasa begitu.

Saat Lisa selesai latihan dan mendekatinya, Jennie mencoba tersenyum seperti biasa. "Latihannya kelihatan berat ya? Kamu pasti capek," katanya sambil memberikan botol air minum kepada Lisa.

"Ya, cukup melelahkan. Tapi rasanya senang juga bisa latihan lebih serius menjelang turnamen," jawab Lisa dengan senyum cerah.

Mereka berjalan bersama keluar dari lapangan, tetapi Jennie tampak lebih diam daripada biasanya. Lisa menyadari perubahan itu dan bertanya, "Jennie, kamu baik-baik saja? Kayaknya ada yang beda hari ini."

Jennie terdiam sejenak sebelum akhirnya mengungkapkan perasaannya. "Aku tahu kamu sibuk latihan dan aku juga sibuk dengan kegiatan lain. Tapi akhir-akhir ini aku merasa kita semakin jarang menghabiskan waktu bersama," katanya pelan, mencoba tidak terdengar terlalu mengeluh.

Lisa terkejut mendengar hal itu. "Maaf kalau kamu merasa begitu, Jen. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa terabaikan," ujarnya, suaranya dipenuhi ketulusan. "Aku juga kangen bisa menghabiskan waktu lebih banyak denganmu."

Jennie tersenyum tipis, merasa lega karena Lisa memahami perasaannya. "Aku hanya ingin kita tetap dekat, walaupun kita punya kesibukan masing-masing. Aku takut jarak ini akan membuat kita semakin jauh."

Lisa menggenggam tangan Jennie dan menatap matanya dengan lembut. "Aku janji kita akan mencari waktu untuk bersama, meskipun sebentar. Aku tidak ingin hubungan ini menjadi beban bagi kita berdua. Kita akan menjalani semuanya dengan sabar dan saling percaya."

Keesokan harinya, meski sibuk dengan latihan, Lisa mencoba memberikan perhatian ekstra kepada Jennie. Ia mengirim pesan-pesan singkat sepanjang hari untuk menanyakan kabar dan memberi semangat. Jennie pun melakukan hal yang sama, berusaha hadir di setiap latihan untuk memberi dukungan. Mereka mulai menemukan cara untuk tetap menjaga kedekatan di tengah kesibukan masing-masing, meskipun hanya dalam hal-hal kecil.

tbc.

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang