Ketika Huang Renjun tiba di China, dia disambut oleh beberapa orang yang mengenakan setelan formal berwarna hitam dan juga terdapat kacamata hitam bertengger di wajah mereka. Orang-orang tersebut terlihat seram karena tubuh mereka yang tinggi serta berotot.
Namun, di antara orang-orang menyeramkan itu, terdapat satu laki-laki yang sepertinya berusia sama seperti Renjun.
Laki-laki tersebut berdiri dengan empat orang berbadan besar juga ikut berdiri di belakang si laki-laki. Laki-laki tersebut mengenakan pakaian yang kasual dan rapi namun memancarkan aura tuan muda kaya rayanya sehingga semua mata beberapa kali menuju ke arahnya.
Laki-laki tersebut menggunakan kacamata hitam juga dan di tangannya terdapat kertas berukuran cukup besar dan bertuliskan, "Selamat Datang di Shanghai Sepupuku!"
Renjun terdiam ketika laki-laki tersebut berjalan mendekatinya.
"Hmm, mirip bibi, berarti benar, kau Huang Renjun, sepupuku" ucap laki-laki itu, dia menoleh ke salah satu pria bertubuh tinggi tadi.
"Bawakan kopernya."
Renjun sampai tidak sempat melakukan apa-apa ketika dua koper yang ada di tangannya sudah diambil alih. Dia juga hanya mengerjapkan matanya ketika laki-laki itu meraih tangannya lalu menuntunnya keluar dari bandara.
"Sebentar! Kau sepupuku?" ucap Renjun yang melepaskan tangan laki-laki itu dari tangannya. Dia menatap si laki-laki yang menghembuskan nafas lelah.
"Iya, kau itu sepupuku. Kau bisa menanyakannya ke Mama dan Baba mu" ucap si laki-laki membuat Renjun mengernyitkan alisnya.
"Haaah, dengar ya Huang Renjun. Mamamu itu adalah adik dari Baba ku."
"Tapi, Mama bilang, aku tidak punya sanak saudara.." cicit Renjun sambil menatap si laki-laki yang menghela nafas lelah.
"Mama mu sengaja berkata seperti itu karena memang tidak ada yang boleh tahu kalau kita saudara sepupu" jelas si laki-laki membuat Renjun semakin kebingungan.
"Kenapa?" tanya Renjun.
Laki-laki itu berkacak pinggang.
"Paman dan Bibi Huang tidak memberitahumu tentang keluarga kita dengan Keluarga sialan yang ada di Seoul itu?" ucap si laki-laki terdengar tidak percaya.
Perlahan, Renjun menggelengkan kepalanya membuat si laki-laki menghembuskan nafas jengkel.
"Pasti Paman Huang yang tidak mau kau terlibat dengan semua ini. Padahal, sudah seharusnya kita semua terlibat karena ini menyangkut harga diri keluarga kita."
Renjun semakin tidak mengerti. Ibu dan ayahnya tidak menceritakan apa pun. Apalagi orang tuanya tidak pernah mengatakan kalau dia punya saudara sepupu seperti ini.
"Baba mu memang over protective. Tapi, wajar saja, sih, mereka pernah hampir kehilanganmu sebelumnya" ucap si laki-laki yang mengedikkan bahunya tidak peduli.
"Namaku Zhong Chenle, panggil saja Chenle. Selama kau di sini dan mungkin untuk ke depannya, kita berperan sebagai teman" jelas Chenle yang kembali meraih tangan Renjun dan mereka berjalan keluar dari bandara.
Sebuah mobil sudah terparkir di dekat pintu keluar bandara, Chenle dan Renjun masuk ke dalam mobil, membiarkan orang-orang berbadan besar tadi membereskan barang-barang milik Renjun.
Renjun melihat Chenle mengeluarkan sesuatu dari dalam kotak.
"Apa kau suka apel, Renjun?"
![](https://img.wattpad.com/cover/372013088-288-k439809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] The Rotten Apple
Fanfiction"Satu apel yang busuk bisa merusak satu tong"