Berpuluh-puluh kendaraan berlalu lalang di sekitarnya ketika Sandra memalingkan wajah ke jendela.
Kini, dirinya tengah berada di dalam angkot dengan beragam jenis penumpang yang sedari tadi naik dan turun. Dari ibu-ibu gossip, bapak-bapak berwajah seram, cewek-cewek SMP yang berisik, hingga seorang ibu dengan anaknya yang mengenakan seragam SD kini duduk di sebelah Sandra. Dan kesalnya lagi, tiap kali ada ibu-ibu masuk, mereka selalu nggak mau ngalah dengan bilang 'geser dikit dong' atau kalimat lain semacam 'deket kok' yang bikin Sandra mau nggak mau geser ketika wajah mereka berubah kesal karena Sandra nggak geser-geser juga.
Ada satu alasan simpel di balik rahasia bagaimana Sandra bisa pulang sendirian.
Tadinya, Sandra hendak memesan jus strawberry-nya di kantin sebentar setelah bel pulang sekolah berdering dan siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas mereka. Namun dilanjut dengan perbincangan yang cukup lama dari Sandra dan Gianna via telepon yang membuat cewek itu menetap sebentar di sana. Hingga ketika selesai, ia terpikir untuk menghampiri Ardan di lapangan untuk menunggu cowok itu hingga selesai. Antara Sandra yang terlalu malas pulang sendiri atau dia yang memang nggak keberatan nunggu Ardan dan nggak ingin melewatkan bagaimana cara cowok itu terfokus untuk memasukkan bola basket ke dalam ring, berlarian di tengah lapangan dengan jersey basketnya, atau imajinasi Sandra lainnya seperti dengan menawarkan cowok itu minuman, atau malah berbincang sambil tertawa ketika Ardan istirahat.
Namun belum langkahnya sampai untuk sekedar duduk di bangku penonton, hal lain menghentikannya ketika melihat Ardan dan Anjani tengah berbincang di pinggir lapangan. Dengan Ardan yang duduk di lapangan sambil menyender pada tumpukkan tas teman-temannya dan Anjani yang berdiri di garis batas lapangan. Dan senyum di antara mereka berdua.
Satu alasan yang membuat Sandra merasa kesal sekaligus sesak hingga melanjutkan langkahnya meninggalkan sekolah. Hingga berada di dalam angkot yang kini membawanya pulang ke rumah. Tenggelam dalam pikirannya tanpa peduli arah mana yang dituju
Sandra buru-buru mengangkat kepalanya. Melirik ke kanan dan ke kiri dengan panic ketika sadar sedari tadi ia terbengong memikirkan hal-hal lain yang membuatnya gusar tanpa memikirkan sejauh mana mobil yang ditumpanginya melaju.
Jalan raya... toko buku... toko kue... distro... rumah makan sunda.... Ya ampun! Rumah Oma udah lewat!
"Bang, bang! Stop, bang!" teriak Sandra, bahkan cewek ini sampai mencondongkan badannya lebih dekat dengan si supir dan seketika menyadari kalau ibu-ibu dengan anaknya yang tadi duduk di sebelah Sandra udah nggak ada.
"Bang, Stop!!!" teriak Sandra lagi lebih kencang. Dan secara spontan pula si supir menghentikan mobilnya yang tanpa sengaja membuat kepala Sandra terbentur joknya yang meskipun dilapisi busa tapi tetap saja sakit, juga beberapa penumpang lain yang meringis kesal.
Sandra buru-buru turun dari sana sambil memegangi kepalanya. "Si abang berhentinya biasa aja dong!" kesalnya.
"Si eneng juga teriaknya biasa aja dong," balas si supir lebih kalem dari Sandra.
Sandra mendengus sebal. "Saya udah teriak berhenti dari tadi nggak berhenti-berhenti juga," ucapnya, buru-buru ia mengeluarkan beberapa lembar uang berupa ribuan rupiah "Nih!" ucapnya masih sedikit kesal sambil memberikan ongkosnya. Dan seketika itu juga si supir melajukan kembali mobilnya menjauhi cewek itu.
Sandra mendengus sebal sekali lagi, apalagi ketika mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan menyadari rumah Oma terlewat terlalu jauh. Ia mendecih dalam hati, apa sebegitu besarnya efek ngebengongin Ardan dan Anjani? Yang bikin malapetaka buat dirinya sendiri? Kayaknya dua orang itu emang nggak ditakdirkan buat bersama. Nyatanya belum pacaran aja ada orang lain yang ketiban sial, gimana kalau mereka pacaran? Nggak Cuma Sandra, mungkin, teman-teman mereka yang lainnya juga. Entah kesasar di hutan, kecelakaan, cedera pas latihan basket, suaranya abis tiba-tiba saat pentas paduan suara ataupun theater....

KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Memories
Fiksi Remaja[Published by Inari, 2018] Karena kebadungannya, Sandra harus pindah ke Bandung dan tinggal bersama neneknya yang strict abis. Pada hari pertama tinggal di rumah nenenya, tiba-tiba Sandra tersiram air oleh cowok tetangga. Cowok yang bernama Ardan i...