1.2

93.4K 6.8K 215
                                    

Pendar cahaya lampu kamar yang remang-remang tak membuat Sandra terganggu sedikitpun untuk suatu benda besar dalam pangkuannya. Sebuah Album foto semasa kecilnya dengan tangannya yang membalik-balik dari halaman sebelumnya ke halaman selanjutnya.

Cewek itu mendapatkannya tanpa sengaja ketika tak sengaja membuka perbincangan dengan Oma yang menyinggung nama Ardan muncul. Ketika mereka berdua berada dalam satu meja makan dengan hidangan makan malam mereka sejam yang lalu.

Diawali dengan Sandra yang tiba-tiba bertanya, dengan jeda keheningan beberapa menit setelah Oma menyerukan hal yang ada dibenaknya saat melihat cucu dari kakaknya itu terbengong tanpa memakan makanannya.

"Oma... kok tau aku dulu temenan sama Ardan?" tanya Sandra tiba-tiba di detik keheningan mereka saat itu.

"Oh kamu mikirin Ardan?" tanya Oma cepat.

"Alah," ejek Oma, ia menyuap sesendok nasi ke dalam mulut. Dan setelah selesai mengunyah, ia menjawab, "Kenapa? Kamu kangen? Kalo kangen samperin sana ke rumahnya, deket tuh di seberang sana," ucapnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah jedela yang kalau dibuka bisa memperlihatkan jalan beraspal di depan rumah mereka.

Secara tak langsung Oma meledeknya, jelas hal tersebut membuat pipi Sandra memerah samar-samar. Sandra buru-buru sok merengut. "Apaan sih, Oma, ih. Aku tuh cuma pengen tau waktu kecil ngapain aja, orang udah lupa," elaknya.

"Tuh, kalo kamu lupa. Dulu kan kamu seneng tuh difoto-foto, banyak banget tuh foto kamu di satu album, dari masih bayi sampe TK. Ada tuh albumnya, dulu ditaruh sama Nenek kamu di lemari kaca, sampe sekarang masih ada kayaknya," ucap Oma, lalu secara tiba-tiba bertanya, "Kamu nggak pengen ke makam Nenek kamu?"

Pertanyaan itu membuat Sandra sedikit terdiam. "Pengen," ucapnya pelan, dan selanjutnya mereka membicarakan hal mengenai seputar Nenek, ziarah ke makam entah itu Sandra sendiri atau dengan Oma Dina. Karena, sedari Sandra berada di sini, terakhir kali ke makam kemarin hanya bersama anggota keluarganya yang lain. mungkin kapan-kapan ia bisa ke sana lag, curhat tentang segala hal.

Seperti saat ini, mengenang segala hal dengan kaki terlipat di atas ranjang bersprei warna cokelat tua yang bertolak belakang dengan bed cover warna-warni yang Sandra miliki di rumahnya dulu, dalam kamar dengan cat warna krem dan tak seperti kamarnya dulu yang berwarna pink menyala, besar ruangan yang tak seluas kamarnya dulu. Intinya, yang kali ini lebih sederhana dan terlihat sangat kalem. Namun, Sandra menyadari bahwa dirinya membutuhkan warna-warna tersebut untuk ketenangan, apalagi dengan dingin alami dari angin malam Bandung yang semakin menyambut kenangan-kenangan lama dalam sebuah album foto tebal di pangkuannya.

Sandra membuat tiap lembarnya, dari sampul depan album yang berjudul nama lengkapnya besar-besaran hingga pada tiap-tiap foto yang memajang senyuman cerianya saat umurnya masih dalam satu digit angka. Senyumnya yang lebar saat berada dalam gendongan nenek, berada dalam rengkuhan keluarga yang terisi oleh tak hanya kedua orang tuanya tapi juga nenek dan Ario yang masih kecil, kenangan-kenangannya di Bandung, ada juga dengan Oma Dina yang notabenenya merupakan adik dari neneknya sendiri, dirinya yang berdiri sendiri dengan pose imut sambil menggenggam kedua kaki boneka Barbie yang diacungkan tinggi-tinggi.

Dan Sandra membuka lembaran selanjutnya. Tepat pada foto tersebut, jarinya berhenti untuk mengamit halaman lainnya ketika melihat dirinya saat kecil dengan seorang bocah laki-laki seumuran berambut ikal yang mengenakan kaus biru dan celana pendek, tersenyum lebar dengan gigi ompongnya. Rambutnya terlihat diterpa angin, sama seperti Sandra dengan poni dan ujung dress floral warna pink yang ia kenakan saat itu berterbangan, dengan salah satu tangannya yang menggenggam keranjang berisi strawberry, dan satu tangan lainnya merangkul bocah laki-laki di sebelahnya. Mereka berdiri berdampingan, juga saling merangkul, dan saling tersenyum lebar yang sama-sama menghiasi kedua wajah polos itu.

Childhood MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang