2.0

81.4K 7.1K 466
                                    

"Hai, Acha."

Sandra mengernyitkan dahi mendengar sapaan sarat akan nada genit itu. Karena penasaran, ia pun memutar badan ke samping demi melihat siapa yang menyapanya barusan. Mengetahui siapa yang berdiri di sebelahnya membuat cewek itu menyipit mata dengan pandangan tak suka yang ketara, sementara cowok berpenampilan acak-acakan yang selalu dibilang keren kebanyakan cewek itu malah membalas dengan seulas senyum miring yang terlihat menyebalkan.

Rayhan sadar Sandra tak akan menjawabnya, terlebih dengan pandangan tak suka yang cewek itu layangkan. Akhirnya ia pun melanjutkan ucapannya, "kenapa? Nggak suka gue panggil 'Acha' ya?"

Kernyitan di dahinya hilang namun matanya masih menyipit. Sekilas pun ia menghela napas pelan. Benar apa kata Bintang, Sandra paling nggak bisa dipanggil Acha kalo bukan dengan orang-orang yang sangat-sangat dekat dengannya. Apalagi panggilan tersebut adalah pangilan kecil dan hanya segelintir orang yang tau-tentunya sebelum sekarang, dimana Ardan selalu memanggilnya Acha dan seantero sekolah barunya ini mengenalnya sebagai cewek yang dipanggil Acha oleh Ardan, namun anehnya semua orang seakan tahu kalau ia tak suka dipanggil Acha hingga mereka tetap memanggil dengan namanya yang biasa yaitu Sandra. Dan yang paling aneh, di hadapannya kini muncul satu-satunya cowok yang lancang memanggilnya Acha dengan gaya tengilnya.

Sandra nggak rela, entah kenapa. Atau... karena panggilan Acha ini bagaikan panggilan kesayangan dari Ardan, hingga cuma cowok itu yang memanggilnya begitu?

"Kalo tau, kenapa masih manggil gue Acha?" balas Sandra agak sinis.

Rayhan menaikkan alis, sedetik kemudian tersenyum kecil. Dari tempatnya, Sandra memperhatikan cowok itu yang tengah melihat-lihat jajanan dihadapannya. Lalu menarik sebuah wafer keju panjang-seperti yang Sandra pegang, yang merupakan titipan Vina-yang kini malah menunjuk tepat di depan wajah Sandra.

"Suka keju ya?" tanya cowok itu.

Sandra mengernyit lagi, namun menjawab dengan datar, "enggak, Vina yang suka."

"Vina yang... anak Pencinta Alam itu? Yang lagi dideketin Danang kan?" sahut Rayhan.

"Sebenernya tuh lo ngapain sih?" balas Sandra langsung. Cowok di depannya ini terlalu banyak basa-basi.

Rayhan menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh pelan. Ia meletakkan lagi wafer keju tadi ke dalam kotak kertas yang berisi wafer-wafer lainnya. sedetik kemudian ia membalik tubuhnya benar-benar berhadapan dengan Sandra, hingga perbedaan tinggi di antara mereka terlihat jelas. Beberapa pasang mata menatap mereka penasaran, namun yang paling mencolok adalah Rania yang menunggunya bareng Vina dan Diandra, lalu para anggota cheerleader yang berkumpul dalam satu meja di kantin. Terlebih Miranda yang seakan menguarkan aura permusuhan yang ketara-Sandra yakin cewek itu naksir Rayhan.

"Kalo gitu kenapa Ardan manggil lo Acha?"

Sandra diam, jelas nggak mungkin dia jawab jujur seperti apa yang ia pikirkan tadi. berbicara dengan Rayhan pun malah menyulut rasa kesalnya karena cowok itu terkesan memancingnya untuk berucap macam-macam. Dan lagi, mereka berdua nggak pernah terlibat dalam pembicaraan sama sekali sebelum sekarang ini. Lalu, darimana kiranya cowok itu punya inisiatif aneh untuk menghampirinya begini?

"Kita nggak pernah ngobrol sama sekali sebelum sekarang. Dan lo tiba-tiba manggil gue Acha," ucap Sandra akhirnya. "Darimana lo pikir gue bakal seneng dipanggil Acha sama lo?"

Rayhan mengangguk-angguk. "Berarti kalau kita udah deket, gue boleh manggil lo Acha?" tanyanya bagaikan menawar.

Sandra mendesah pelan, hampir tak terdengar. Raut wajahnya berubah sedikit jengkel merasa Rayhan tak gentar untuk merayunya begini. Merasa membalas Rayhan pun tak akan ada habisnya, cewek ini berniat untuk buru-buru membayar jajanannya, namun niatnya itu belum benar-benar dilakukan saat tanpa sengaja melihat figur Ardan dari balik badan Rayhan, jauh di ujung sana, bersender di dinding kantin dengan tangan bersedekap. Dan bukan hanya itu, ada satu hal yang entah mengapa membuat jantungnya seakan berdetak lebih cepat dari biasanya. Yaitu ketika menyadari tatapan cowok itu, terarah padanya, pada dirinya dan Rayhan.

Childhood MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang