"Something is wrong, I can't explain
You know what I mean, don't you?
Something I saw, or something I did that made me like this
Could you help me?" (Prey – The Neighbourhood)
***
"Ia merasa cukup begini saja, kembali seperti semula dan kembali pada tempatnya masing-masing. Dirinya dengan perasaannya yang mati-matian ingin ia sembunyikan dan cowok itu yang akan tetap menjadi temannya."
***
Ardan bimbang, bersamaan dengan entah perasaan apa yang merasukinya semenjak hari minggu penuh kesenangan sekaligus keanehan luar biasa yang ia lalui bersama Sandra sore itu. Dirinya sendiri pun tak mengerti dengan jalan pikirannya pada saat itu, menatapi Sandra bagaikan cewek itu satu-satunya, dan maju untuk melakukan hal yang meskipun hanya hampir ia lakukan namun tetap membuatnya menyesal dan membuat perasaannya tak karuan.
Ia merasa bahwa semua ini salah, apa yang sempat terjadi adalah salah.
Beruntung, di keheningan minggu sore itu—apalagi didukung dengan mendung yang gelap dan pencahayaan rumah Sandra yang remang-remang hingga membuatnya semakin canggung—secara tiba-tiba pintu rumah Sandra terbuka, suara guyuran hujan yang telah mereda menggema ke seluruh ruangan hingga mereka berdua mengangkat kepala tanpa berniat untuk saling pandang. Dan Oma Dina berdiri dari balik pintu dengan setelan pakaian yang basah di bagian bawah, dekat mata kaki, sementara dahinya mengernyit ketika melihat Sandra tidak sendirian.
"Ardan?"
Begitu ucapan terkejut dari Oma Dina akan keberadaannya, sementara Ardan hanya menyunggingkan senyum tipis sebagai sapaan. Sejurus kemudian, cowok itu menyadari Sandra telah melangkah dari tempatnya sebelumnya—entah jika sekaligus menghindar—untuk menghampiri Oma, membawa bawaan wanita paruh baya itu, dari paper bag berisi dua kotak kue pesanan hingga payung bening yang masih basah.
"Oma mau aku bikinin cokelat panas?" tanya Sandra sambil meletakkan dua kotak kue tadi ke atas meja setelah membentangkan payung yang masih basah dekat teras.
"Nggak, bikinin Oma teh aja," jawab Oma, lalu melirik Ardan, "Tumben kamu Dan, di sini? kebetulan Oma abis dari toko kue, sini makan kuenya bareng-bareng. Ada Black Forest lho, kamu suka cokelat, kan?"
Ardan memang menyukai cokelat, namun seleranya hilang tak berbekas setelah kejadian lima belas menit lalu. Bahkan cokelat panas yang kini mendingin pun tak ia sentuh sama sekali selain hanya menggenggam mug di tangan, dan Black Forest yang kini Oma letakkan di piring lebar pun tetap tak menggugah seleranya sama sekali. Ada hal lain yang lebih mengganjal di otaknya selain makanan dan minuman enak tersebut. Jadi, yang keluar dari mulut cowok itu hanyalah, "Nggak usah Oma, saya mau langsung pulang, udah sore, mumpung hujannya belum deras lagi," katanya sambil melirik jendela rumah yang kini menampilkan langit gelap namun tak lagi beserta hujan deras mendera.
Dari sana, ia bisa merasakan Sandra meliriknya sebelum kembali pada aktivitas membuatkan Oma teh hangat. Namun Ardan lagi-lagi menolak dengan sopan tawaran Oma ketika wanita itu menawarinya lagi, dan akhirnya ia bergegas menarik kaus dan jaket setengah basahnya yang tersampir di atas kursi sebelum mengucapkan kata pamit sekali lagi dan benar-benar keluar dari rumah Sandra dengan perasaan tak karuan.
Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, bahkan sedari tadi pagi hingga jam istirahat sekolah hari ini, mereka tak membuka suara untuk sekedar berbincang. Ardan yakin, Sandra juga tengah diliputi rasa canggungnya saat ini, bahkan sering kali cewek itu membuang muka jika tatapan mereka tanpa sengaja bertemu. Dan tak banyak hal yang bisa Ardan lakukan selanjutnya selain mengikuti alur bagaimana semua ini berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Memories
Teen Fiction[Published by Inari, 2018] Karena kebadungannya, Sandra harus pindah ke Bandung dan tinggal bersama neneknya yang strict abis. Pada hari pertama tinggal di rumah nenenya, tiba-tiba Sandra tersiram air oleh cowok tetangga. Cowok yang bernama Ardan i...