1.5

70.2K 6.7K 354
                                    

Angin sore yang berhembus kencang membuat jendela kelas bergetar hingga beberapa siswa-siswi yang menyadari menoleh sekilas. Seketika bel berbunyi menandakan jam tatap muka selesai yang disusul dengan grasak-grusuk siswa-siswi kelas yang buru-buru membereskan buku-buku mereka ke dalam tas.

"Langsung pulang nggak lo, San?"

Pertanyaan barusan membuat Sandra mengangkat kepalanya, menghentikan sejenak aktivitas memungut buku dari atas meja ke dalam kelas. Ia menoleh pada Davina, cewek itu telah siap dengan memanggul tas di sebelah pundak, menatapnya sambil menumpukan satu tangan di atas meja.

Sandra melirik jam tangannya, lalu menjawab, "Iya, kenapa emang?"

"Ke parkiran bareng yuk?" tawar Davina.

"Lo nggak ada kumpul emang?" tanya Sandra mengernyit.

Vina menggeleng.

"Nggak bareng Davi?"

Vina mendecak. "Lagi ngecengin cewek. Lagian gue bawa motor sendiri juga, ngapain bareng dia," balasnya malas.

Sandra tertawa kecil, namun berhenti seketika saat menyadari sesuatu dari jawaban Vina. Lagi ngecengin cewek, ulangnya dalam hati. Kayak Ardan dong? Ia menggigit bibirnya ketika merasa sesuatu yang aneh kembali, matanya pun tanpa sadar menoleh pada deretan meja sebelah, atau tepatnya meja yang terletak di sebelah mejanya, meja milik Ardan dan Danang. Dan Ardan masih ada di sana, berbincang ria dengan cengiran lebar sambil duduk di atas meja, sementara Danang berdiri di hadapan cowok itu sambil mengobrak-abrik tas miliknya.

Dan cewek itu terpaku beberapa saat ketika melihat Ardan menolehkan kepalanya tanpa sengaja sehingga tatapan mereka bertemu, cengiran lebar masih terpampang di wajahnya. Cowok itu turun dari atas meja sambil mendorong bahu Danang untuk keluar dari deretan meja.

"Davina mau pulang bareng nggak?" ajak Danang yang merupakaan candaan. Matanya berkedip sekali pada Vina membuat cewek itu membalas dengan menyipit sinis. "Genit lo!" ucapnya, namun di detik itu juga Vina ikut tertawa.

"Duluan ya, Vin," pamit Ardan akhirnya, "Cha," tambahnya lagi ketika mengalihkan pandangan ke Sandra, bukan sekedar pandangan biasa seperti ketika orang lain menyatakan pamit pada dirinya. Tapi pandangan yang memberikan sinyal atas apa yang akan dilakuakan cowok itu setelah keluar dari kelas beberapa detik kemudian.

Sandra menyahut dengan senyum tipis yang sekilas langsung pudar begitu saja, dan selanjutnya, ia mendesahkan napas seakan benar-benar ingin mengeluarkan rasa sesak itu dari dadanya.

"Ayok, San."

Ajakan Vina akhirnya membuat Sandra mengangguk, cewek itu keluar dari deretan mejanya dan melagkah santai sambil mencoba memanggul tasnya di punggung.

Diikuti Vina di sebelahnya, mereka berjalan melewati koridor IPS, yang seketika langsung disadari Sandra kalau mereka akan melewati salah satu kelas yang merupakan kelas Anjani. Otaknya berputar, Sandra punya persepsinya sendiri bahwa kemungkinan besar Ardan sedang menghampiri Anjani kali ini. dan cewek itu berjalan sedikit lebih cepat dari sebelumnya dan kembali pelan ketika melewati kelas Anjani. Dan seketika ia tahu bahwa firasatnya terbukti benar, dari luar jendela kelas yang transparan ia bisa melihat Ardan melangkah keluar bersisian dengan Anjani disertai senyum senang.

Sandra buru-buru mengalihkan pandangannya ketika melihat dua orang yang menjadi objek pengamatannya itu telah sampai di dekat pintu kelas, juga seketika menyadari bahwa Vina tak melihat gerak-geriknya yang seakan sedang mencari orang beberapa menit lalu, Sandra bernapas lega. Lalu, cewek itu mulai melangkah lebih cepat lagi sampai ke parkiran.

"Tumben lo nggak bareng sama Ardan?"

Pertanyaan Vina tiba-tiba membuatnya menoleh sekilas, namun tetap melangkah hingga mereka sampai di parkiran. Sandra buru-buru mencari sepedanya terparkir yang kebetulan dekat dengan motor Vina karena cewek tomboy itu memarkirkannya dekat parkiran sepeda.

Childhood MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang