Suara riuh teriakan maupun canda tawa menyambut ketika kakinya memijaki lantai kantin. Kekacauan para remaja yang meliputi lempar-lemparan tisu kotor dan sebagainya membuat Sandra mengulum senyum kecil. Matanya menelisik ke seluruh penjuru demi mencari satu meja yang kiranya tengah dihuni Vina, Rania ataupun Diandra. Sepuluh menit yang lalu-sebelum dirinya akhirnya memilih untuk tetap menyelesaikan catatan-Vina mengajaknya ke kantin dan Sandra memilih untuk menyusul. Sejurus kemudian ia menemukan Rania melambaikan tangan ke arahnya dari salah satu meja pinggir kantin yang dekat dengan lapangan belakang sekolah yang tak sebesar lapangan utama. Lapangannya sih nggak terlalu penting, tapi, siapa yang tengah berada di lapangannya yang menurut Sandra penting, hingga cewek itu mengerutkan dahi dan menyipitkan matanya penasaran seiring langkahnya menghampiri tiga cewek yang dideklarasikannya sebagai teman di Aksara.
Di tengah-tengah lapangan ada Ardan, dan beberapa anggota basket lainnya yang mengundang semua mata untuk memandang mereka yang sedang berlari-larian sambil men-dribble ataupun melempar bola basket. Dengan sebagian mengenakan kemeja putihnya yang tercetak keringat dan sebagian melepas kemeja tersebut hingga meninggalkan kaos beraneka macam warna. Rambut-rambut yang terkibas dan lepek karena keringat, wajah fokus ketika menghadapi lawan, ataupun tawa yang tiba-tiba pecah ketika kecelakaan kecil yang lucu terjadi. Khusus untuk Ardan, cowok itu mengenakan kedua-duanya, kaos putih polos dengan kemeja yang kancing-kancing teratasnya terbuka, dan rambut yang mulai berantakan karena terpaan angin.
Tapi tetep aja keren, Sandra mendesah dalam hati. Kalau aja nggak suka cewek lain....
"Ngeliatin siapa tuh? Kayak tau nih gue..."
Sandra terkesiap, buru-buru mengerjap dan seketika menyadari bahwa dirinya sudah berdiri di depan meja yang kini terisi ketiga cewek-cewek penggosip itu. buru-buru ia mengalihkan perhatian dengan menarik satu kursi sebagai tempat duduknya. "Apaan deh," katanya menggeleng.
Rania tersenyum jahil dengan seringaannya, tangannya menarik es jeruknya dari atas meja dan meminumnya sebentar. Menatap Sandra mendalam yang membuat cewek itu gelisah, takut ketahuan kalau tadi memperhatikan Ardan. "Gue tau kok, Rayhan emang ganteng."
Sandra lantas menaikkan alis. "Rayhan?"
Rania menyipit. "Nggak usah pura-pura nggak tau! Itu lho yang pake kaos item, emang gue nggak liat lo ngeliatin dia udah kayak cewek laper sampe iler netes. Dia emang ganteng kok, tenang aja. Kalo gue nggak sama Adam, ditembak Rayhan pun gue terima," semburnya. "Rayhan itu segalanya bagi kaum cewek."
Sandra menggeleng sambil memutar bola mata. Tak mengatakan apapun yang membantah karena cewek ini bernapas lega dalam hatinya mengetahui bahwa Rania tak sadar siapa objek pengamatannya tadi. Lalu dengan pelan, ia kembali menolehkan kepala ke arah lapangan sambil terkekeh karena kembali mendengar celotehan Rania mengenai Rayhan yang lagi-lagi terdengar seperti pujaan para cewek. Lantas menyadari alasan mengapa Rania menganggapnya memperhatikan Rayhan yang ternyata tadinya merupakan cowok yang bersisian dengan Ardan. Sandra ingat kaos hitamnya seketika hanya dengan sekali lirikan. Dan dalam sekali lirikan itu pula ia menemukan cowok bernama Rayhan itu menoleh dan memberi jeda beberapa detik hingga mata mereka terpaku satu sama lain. sebelum teriakan histeris Rania memecahkan hal tersebut dan membuat Sandra buru-buru menoleh.
"Dia liat ke sini, dia liat ke sini!!!"
"Ya ampun, Ran. Jaim dikit kenapa sih!" tegur Vina. Alis-alisnya bertautan membentuk kernyitan dan matanya melotot jengkel pada Rania.
"Nggak bisa-nggak bisa," balas Rania heboh.
"Tinggal tunggu tanggal mainnya aja, Adam minta putus karena tau kalo diem-diem Rania muja-muja Rayhan," celetuk Diandra.
Rania menggeram, matanya menyipit sebal pada cewek bersuara lembut itu. "Berisik ih!"
Sandra menggeleng pelan melihat itu dan tertawa kecil. Kepalanya beralih kembali untuk menghadap lapangan, dan tatapan jatuh pada Ardan yang seketika balik menatapnya dengan sebelah alis terangkat sok. Sedetik kemudian ujung-ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman dan cewek itu memutar bola matanya sebagai ledekan namun tak urung untuk terkekeh pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Memories
Teen Fiction[Published by Inari, 2018] Karena kebadungannya, Sandra harus pindah ke Bandung dan tinggal bersama neneknya yang strict abis. Pada hari pertama tinggal di rumah nenenya, tiba-tiba Sandra tersiram air oleh cowok tetangga. Cowok yang bernama Ardan i...