42. Family Time?

10 4 1
                                    

Typo bertebaran, kalo ada tolong tandain😉
Part ini mungkin sedikit ga jelas + isinya kebanyakan cuma S bersaudara yang debat juga lawakan² gaje mereka dan yaps jangan bosen nungguin cerita ini yaw.

Terimakasih
.
.
.

Selamat membaca😘

Dalam ruangan inap milik Satra kini ramai dengan perdebatan antara Sahara juga Septian yang tak mau mengalah.

Sementara Samudra yang terbangun karena mendengar kericuhan itupun hanya bisa menghela napas dan mengerjap bingung, mengumpulkan nyawa setelah merasa lehernya sakit karena tidur dalam posisi kurang nyaman.

"Enggak! Yang ada Lo ngasih gue, ya!" Seru Sahara tak terima dengan ucapan Septian.

Septian menyugar rambutnya yang sengaja tak ia ikat, "Ada video nya dan gue masih nyimpen. Nyuri minuman orang itu dosa, bocil."

"Bocil?" Sahara menggeleng tak terima sebelum menghela napas panjang dan mengalihkan pandanganya dari Septian yang memasang wajah mengejek khasnya, "Terserah. Dasar jomblo tua!"

Samudra menatap ke samping kanan dan kiri nya dengan pandangan aneh. Sesungguhnya, kepalanya begitu pusing tapi melihat perdebatan antara kakaknya yang jarang berbicara panjang lebar juga adik bungsunya yang selalu berkata Terserah-terserah itu mau tak mau Samudra mendengarkan nya dengan seksama. Karena menurut cukup jarang melihat kedua es berjalan ini berdebat.

"Heh! Nyinggung mas Satra itu dosa juga, Hara."

Sementara Satra yang sedari tadi diam menonton bersama bunda, mendengar namanya disebut membuatnya sedikit tak terima.

"Ngapa gue diikut-ikutin? Gue diem dari tadi." Kata si sulung membuat bunda tertawa renyah.

"Bener kata Tian, mas. Kamu itu udah cocok lho gendong bayi." Sahut bunda mengundang tawa anak-anaknya yang lain, bahkan Samudra terlihat terkejut walaupun sebetulnya tak paham apa yang mereka bahas.

"Uhuk.. uhuk. Bun,  jangan ikut-ikutan." Ujar Satra setelah tersedak ludahnya sendiri.

Sahara dan Septian tertawa kecil, sedangkan samudra yang berada di tengah-tengah mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya tak paham dengan apa yang ia lihat dan dengar.

"Apa gue mimpi, ya?" Gumam Samudra tanpa sadar.

"Oh! Lo udah bangun, bang?" Sahara bertanya ketika sadar jika bahu kanannya tak terasa berat lagi, "jadi pulang kapan?"

Samudra menguap untuk ke berapa kalinya sebelum menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, "Lo enggak laper? Tadi Lo belom makan, ngomong-ngomong."

Saat tersadar ketika Samudra mengingatkan nya, Sahara pun ingat belum meminum obat yang baru ia beli tadi. Jika ia tak makan, maka obat pun tak bisa masuk ke dalam tubuhnya karena dalam tulisan dianjurkan bagi peminumnya untuk makan terlebih dahulu.

"Yaudah, kalo gitu gue cari makan dulu setelahnya kita pulang."

"Enggak usah cari makanan, Sahara." Mereka semua menoleh ke sumber pintu dan menemukan ayah yang sedang membawa paperbag berukuran sedang, "makan di sini aja, ayah udah beliin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Need (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang