☯*⁠˘28˘⁠*☯

1 1 0
                                    

Selamat sore!

Harlen kembali 👋🏻

KELVAN apa kabar?

Jangan lupa share ke yang lain ya 🤗

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

"Eungh."

Seorang lelaki membuka matanya secara perlahan, ia telah bangun dari tidur panjangnya.

Lelaki tersebut menatap di sekitarnya."Rumah sakit."Gumamnya lalu bangun dari tidurnya menjadi duduk.

Ceklek

Pintu ruangan tersebut terbuka, hingga menampilkan sesosok perempuan setengah baya dengan wajah khawatirnya.

"Alfred, kamu sudah bangun? Syukurlah."Ucap perempuan setengah baya tersebut sambil melangkahkan kakinya menuju brankar yang ditempati oleh Al.

Setelah kejadian tersebut, Al menutup matanya dengan rapat. Ia tidur hampir sepekan, dan hal tersebut membuat kedua orang tuanya khawatir. Orang tua? Apakah mereka masih pantas disebut sebagai orang tua?

"Diva."Ucap Al seraya menatap Anura.

Anura menatap Al yang kini tengah menatapnya."Diva? Siapa?"Tanyanya.

"Seseorang yang telah menarikku dari kegelapan yang menggelap."Jawab Al.

Anura terdiam mendengar jawaban Al. Begitupun ia tidak tahu? Orang tua macam apa ia ini.

"Maaf, Mommy tidak tahu."Ucap Anura dengan kepala yang ditundukkan.

Al mengalihkan pandangannya saat melihat Anura menundukkan kepalanya.

Al menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya lalu menurunkan kedua kaki dari brankar.

"Kamu mau kemana Al?"Tanya Anura.

"Mencari keberadaan Diva."Jawab Al.

"Kamu masih sakit, dan butuh istirahat yang banyak."Ujar Anura lalu menghalangi Al yang akan melangkahkan kakinya.

"Presetan dengan hal itu. Yang penting adalah Diva, Diva, Mom."Ucap Al.

"Dia pergi, Mom, DIA PERGI NINGGALIN AL!"Al menatap Anura dengan mata yang berkaca-kaca dengan kedua lingkaran mata yang memerah.

"Apa maksudmu, Al?"Tanya Anura.

"Dia pergi hiks."Jawab Al yang diakhiri dengan Isakan kecil.

Anura memeluk Al dengan tangan kanan yang mengusap lembut punggung Al.

"Nanti Mommy bantu cariin. Sekarang kamu istirahat, supaya bisa cari Diva, ok."Ucap Anura dengan lembut.

Al yang mendapatkan perlakuan tersebut di buat mematung. Pelukan pertama kali dari orang tua yang ia dapatkan saat ini begitu membuatnya terbuai hingga membuat dirinya menutup kedua matanya.

"Al, Al kamu tidak apa-apakan?"Tanya Anura seraya berusaha melepaskan pelukan tersebut.

"Ngantuk."Ucap Al dengan lirih.

Anura tersenyum melihat Al yang seperti itu. Al tidak menolak pelukannya, dan Al membalas pelukannya.

Ceklek

Pintu terbuka dan masuk seorang lelaki paruh baya dengan setelan jasnya, ditambah dengan kacamata yang bertengger manis diatas hidungnya.

"Kenapa kau memeluknya?"Tanya Skala. Ya, lelaki paruh baya tersebut adalah Skala.

"Tidak boleh?"Bukannya menjawab. Anura malah bertanya balik sesekali mengusap lembut punggung Al dengan menggunakan tangan kirinya.

"Kau Istriku."Ucap Skala dengan tegas.

"Dan dia Anakku."ucap Anura tidak kalah tegas.

"Lepaskan pelukanmu padanya."Ujar Skala lantas memisahkan mereka berdua.

Al terbangun dari tidurnya karena Skala yang menarik kerah bajunya, ia menatap Skala dengan tatapan sayunya.

"Jangan memeluk Istriku!"Ucap Skala seraya menatap Al dengan tatapan tajamnya.

Al ikut menatap Skala dengan tatapan yang tidak kalah tajam."Dia Mommyku!"Ucapnya dengan tegas.

Skala menarik lembut pinggang ramping milik Anura dengan menggunakan tangan kirinya.

"Mas."Ucap Anura saat tubuh mereka begitu menempel.

"Diamlah, Honey. Atau aku akan menghukummu."Ucap Skala dengan lembut sambil menatap wajah Anura dengan lembut.

Al memutar bola matanya dengan malas, ia naik ke brankar dengan hati yang dongkol.

Skala menuntun Anura untuk duduk disebuah sofa yang lumayan panjang untuk diduduki oleh beberapa orang dengan tangan yang setia merengkuh pinggang ramping milik Anura.

"Mas, lepas ih."Ucap Anura dengan kesal saat Skala sama sekali tidak melepaskan rengkuhannya pada pinggang rampingnya.

Skala melepaskan rengkuhannya pada pinggang ramping milik Anura dengan perasaan dongkol. Ia kan hanya ingin memeluk Istrinya, apakah tidak boleh?

Skala melepaskan kacamatanya lalu meletakkannya di atas meja yang ada di hadapannya, ia kemudian menyandarkan punggungnya pada sofa dengan kaki kanan yang dinaikkan ke atas paha kaki kirinya.

☆☆☆☆☆

"Ma."Panggil seorang perempuan kepada seorang perempuan setengah baya yang berdiri disamping kirinya. Yakni Ibunya sendiri.

Perempuan setengah baya tersebut menatap Anaknya."Ada apa?"Tanyanya.

"Apakah kita akan pergi dengan keadaan mereka yang seperti itu?"Tanya perempuan tersebut seraya menatap Mamanya.

"Mereka akan bahagia di waktu yang tepat."Ujar perempuan setengah baya tersebut lalu menatap kedepan.

"Apa Mama yakin?"Tanya perempuan tersebut.

"Di yakini saja."Ujar perempuan setengah baya tersebut.

"Kita akan bahagia tanpa masalah lagi."Lanjutnya lalu menancapkan sebilah pisau pada dadanya, tepat pada bagian jantungnya.

Perempuan tersebut yang melihat Mamanya sudah melakukan hal tersebut pun ikut melakukannya dengan menggunakan tangan kirinya.

Perempuan tersebut menancapkan sebilah pisau pada dadanya yang tepat pada bagian jantungnya juga. Ia pun ikut menutup kedua matanya seperti Mamanya.

Tugas mereka sudah selesai, dan mereka akan hidup bahagia di dunianya nanti. Mungkinkah? Bukankah bunuh diri atau membunuh diri sendiri itu merupakan sebuah dosa besar? Lantas, kenapa mereka melakukan?

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Kalau mau baca, silahkan

Kalau ngga mau baca, silahkan juga

Selamat beribadah bagi umat Islam!

See you

Written
Jum'at 26 Januari 2024

Publish
Ahad 3 November 2024
18:07

Alis Propriis Volat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang