Selamat malam!
Harlen kembali 👋🏻
KELVAN apa kabar?
Jangan lupa share ke yang lain ya 🤗
。:゚Happy Reading゚:。
"Hah hah hah."Al terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal.
Al menatap jam yang ada di handphonenya lalu beralih menatap tanggal yang tertera di sana.
"Dua puluh lima Desember 2021."Gumam Al.
"Hanya sebuah mimpi."Ucap Al.
Al menarik nafas dengan panjang lalu menghembuskannya secara perlahan."Tenang, hanya mimpi."Ucapnya.
"Gimana kalo mimpi itu jadi sebuah kenyataan? Sangat mustahil."Ucap Al dengan peluh yang bercucuran di dahinya.
"Gue harus ngehindar dari Ezza. Ya, satu-satunya cara supaya dia ngga pergi."Ucap Al.
Al mengusap rambutnya prustasi."Gue ngga bisa, gue ngga bisa jauh-jauh dari Ezza."Erangnya.
Al berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.
☆☆☆☆☆
"Kau mau kemana lagi, Anura?"Tanya Skala saat melihat Anura melangkahkan kakinya di anak tangga.
Anura menatap Skala sekilas."Bukan urusanmu."Ucapnya dengan jutek sambil terus melangkahkan kakinya.
"Anura! Kau tidak bisa seenaknya saja!"Ucap Skala dengan lantang.
Anura membalikkan tubuhnya dan menatap Skala."Kenapa tidak? Kau juga sudah tidak ingin membiayaiku kan?! Untuk apa aku menghormati seseorang yang bukan siapa-siapaku."Ucapnya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kau masih berstatus sebagai Istriku, Anura! Jangan mencoba keluar dari Rumah ini."Ucap Skala lalu melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
Anura menatap Skala dengan nyalang."Kau pikir, kau siapa hah? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh orang."Ucapnya lalu melangkah kakinya menuju pintu utama.
Anura membuka pintu dan langsung disuguhi dua orang lelaki setengah baya dengan pakaian serba hitam yang kini membungkukkan tubuhnya.
"Ngapain ngebungkuk? Gue bukan Tuhan, dan gue bukan Nyonya kalian lagi."Ucap Anura sambil menatap mereka.
Mereka menegakkan tubuhnya lalu menatap Anura."Ini perintah dari Tuan, Nyonya."Ucap salah satu dari mereka.
Anura memutar bola matanya dengan malas."Terserah. Awas! Gue mau lewat."Ucapnya.
Mereka menghalangi Anura yang akan melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan menggunakan salah satu tangan mereka.
"Minggir gue bilang!"Ucap Anura seraya menatap mereka dengan tatapan nyalang.
"Maaf, Nyonya. Tapi ini perintah dari Tuan."Ucap salah satu dari mereka.
"Ok. Gue kan Nyonya kalian nih ya."Ujar Anura. Mereka menganggukkan kepalanya dengan wajah polos sebagai tanggapan.
"Jadi, gue perintahin kalian buat minggir. Nyonya kalian mau lewat nih, kasih lewat dong."Lanjutnya dan dituruti oleh mereka dengan baik.
Anura melangkahkan kakinya dengan langkah lebarnya. Sedangkan kedua Bodyguard tersebut mencerna semuanya.
"NYONYA! NYONYA TIDAK BISA KELUAR!"teriak salah satu dari mereka seraya melambaikan tangan kanannya setinggi mungkin.
Anura menjulurkan lidahnya kepada mereka lalu berlari sekencang dengan tangan kiri yang menenteng sebuah tas selempang dengan tinggi-tinggi.
Mereka berlari mengejar Anura, beberapa Anak buah Skala ikut mengejar Anura dengan menggunakan mobil.
Anura yang masih berlari kencang, dan tanpa disadari olehnya. Sebuah mobil melaju kencang dengan dengan kecepatan tinggi. Ia tertabrak mobil, ia terpental tidak jauh dari sana.
Para Anak buah Skala menghentikan laju mobilnya saat melihat Anura terpental tidak jauh dari tempat kejadian. Mereka turun dari mobil dengan langkah tergesa-gesa.
"Nyonya. Apakah Nyonya tidak apa-apa?"Tanya salah satu dari mereka.
Salah satu dari mereka menjitak kepala lelaki tersebut."Apa kau tidak melihatnya hingga bertanya demikian?"Tanyanya setelah menjitak kepala temannya.
"Hanya berbasa-basi, apakah tidak boleh?"
"Kakiku sakit. Apakah perdebatan kalian bisa dihentikan untuk sementara?"Tanya Anura sambil memegang pergelangan kaki kirinya dengan menggunakan kedua tangannya.
"Emen-emen sorry, Nyonya. Mari kami bantu."Ucap seorang lelaki yang menyandang gelar sebagai seorang Anak buah Skala.
☆☆☆☆☆
"Sudah kukatakan jangan pergi, tapi kau malah tidak mendengarkanku. Lihatlah hasil dari perbuatanmu sendiri."Ucap Skala dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
"Nye nye nye. Bukannya dikasih pertanyaan, malah dikasih omelan."Gerutu Anura sambil menatap Skala dengan kedua alis yang sedikit ditautkan.
"Kau ingin aku bertanya? Bertanya tentang apa? Semua tentangmu sudah kuketahui tanpa terkecuali."Ujar Skala.
"Jangan mencoba untuk pergi-pergi lagi. Atau kau akan kukurung di dalam sangkar."Ancam Skala.
Skala mendekatkan wajahnya pada wajah Anura hingga bibir mereka hampir bersentuhan.
Anura menutup kedua matanya saat Skala mendekatkan wajahnya pada wajahnya.
"Dan memberimu hukuman."Bisik Skala di samping telinga kiri Anura seraya menyeringai.
"Berharap aku akan menciummu? Mencium seorang jalang sepertimu? Heh, sangat menjijikkan!"Bisiknya lagi lalu menjauh wajahnya. Ia melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan langkah lebarnya.
Anura menatap kepergian Skala dengan mata yang berkaca-kaca."Serendah itukah diriku di matamu? Apakah harga diriku telah hilang?"Tanyanya entah kesiapa dalam hati.
Anura menitikkan air matanya."Aku hanya ingin bahagia, apakah tidak bisa? Sedari dulu kau menghina dan mengejekku dengan mulut pedasmu itu."Ucapnya dengan lirih.
"Jalang tidak tahu diri!"
"Enyahlah dari kehidupanku!"
"Aku menerima perjodohan ini karena kedua orang tuaku. Bukan karena dirimu. Bitch!"
"Wanita murahan!"
"Jangan baper dengan perlakuan, Bitch. Aku memperlakukanmu seperti ini karena ada Anakku di dalam perutmu."
"Aku yakin, bahwa Anak yang kau kandung bukalah Anakku. Melainkan Anak dari para lelaki yang kau hibur itu."
Anura menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Terkadang manusia berbicara semudah melempar batu ke laut. Tapi dia tidak tahu sedalam apa batu itu tenggelam."
。:゚To Be Continue゚:。
Jangan lupa tinggalkan jejak!
See you, all 🤗
Written
Rabu 24 Januari 2024Publish
Ahad 20 Oktober 2024
20:09
KAMU SEDANG MEMBACA
Alis Propriis Volat
Ficção AdolescenteAlis Propriis Volat Seperti kupu-kupu yang hinggap pada suatu bunga, dan pergi setelah membantu penyerbukan bunga tersebut. Datang tanpa dimintai, dan pergi tanpa pamit hingga menembus sembagi arutala. Sesuatu akan hilang dalam dirimu. Namun hal ya...