☯*⁠˘16˘⁠*☯

4 1 0
                                    

Heyou

Harlen kembali 👋🏻

KELVAN apa kabar?

Jangan lupa tandai typo

Jangan lupa share ke yang lain ya 🤗

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Ahad 14 Februari 2021

"Seneng ngga?"Tanya Al sembari menatap Diva dari samping kiri dengan lembut.

Diva menganggukkan kepalanya dengan antusias."Seneng banget."Ucapnya sembari tersenyum manis ke arah Al.

Al ikut tersenyum, ia mengusap lembut pucuk kepala Diva dengan menggunakan tangan kanannya.

"Kamu mau buat janji ngga?"Tanya Al seraya menatap hamparan air yang bergelombang. Ya, saat ini mereka sedang berada di sebuah tempat yang ramai akan pengunjung.

Diva menyerongkan tubuhnya dan sedikit menghadap ke arah Al."Janji?"Tanyanya.

"Iya. Kamu tunggu di sini, dan jangan kemana-mana."ucap Al seraya berdiri dari duduknya, ia melangkahkan kakinya menuju sebuah warung yang tidak jauh dari tempat tersebut.

"Kenapa hm?"Tanya setelah mendudukkan dirinya di sebelah kiri Diva.

"Ngga papa. Kamu habis ngapain?"Tanya Diva.

"Aku habis kesana. Kita tulis keinginan kita masing-masing, terus masukin ke dalam toples ini."Ucap Al seraya memperlihatkan barang yang ia bawa dari kedai yang tadi ia datangi.

Mereka menulis di sebuah kertas yang berukuran sedang lalu memasukkannya ke dalam sebuah toples plastik setelah menggulung kertas tersebut.

Al menutup toples kaca tersebut lalu menatap Diva sembari tersenyum.

"Nanti kita buka kalau kita udah nikah."Ucap Al seraya meletakkan toples plastik tersebut disamping kirinya.

"Lama banget. Emang kita bakal nikah?"

"Pasti."Ucap Al.

"Aga, takdir hanya Tuhan yang tahu."Ucap Diva seraya menatap Al.

"Kalo misalnya aku pergi duluan. Kamu ngga boleh sedih, ok."Ucap Diva.

"Ngga, aku ngga bakal biarin kamu pergi."Ucap Al lalu memeluk Diva dan menumpukkan dagunya pada bahu kiri Diva.

"Kalo aku takdirnya bukan bersamamu, maka kamu akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku."Ucap Diva seraya mengusap lembut punggung Al dengan menggunakan tangan kirinya.

☆☆☆☆☆

"Besar banget."Ucap Diva seraya tersenyum sumringah saat melihat sebuah gedung yang begitu besar nan megah secara bersamaan.

"Suka ngga?"Tanya Al.

Diva menganggukkan kepalanya."Ini Perusaahan siapa?"Tanyanya.

"Aku lah."Jawab Al sembari tersenyum kearah Diva.

Diva mendelik."Kamu jangan ngada-ngada deh. Mana mungkin kamu punya perusahaan besar, mewah, dan megah kek gini."Ucapnya seraya menatap bangunan tersebut.

"Mau bukti?"Tanya Al lalu menarik pergelangan tangan kanan Diva dengan lembut dan menggunakan tangan kirinya.

Mereka memasuki gedung tersebut dengan langkah santai. Para pekerja yang melihat mereka langsung saja membungkukkan tubuhnya sebagai rasa hormat kepada sang Pemilik Perusahaan.

Benarkah Al pemilik Perusahaan tersebut? Entahlah, kalau mau tahu. Baca dengan teliti.

"Kok mereka ngebungkuk?"Tanya Diva seraya menatap Al dengan kepala yang didongakkan.

Al tidak menanggapi pertanyaan yang dilayangkan Diva kepadanya. Ia terus melangkah menuju sebuah lift dengan tangan kiri yang kini masih menggenggam tangan kanan Diva.

Al menekan tombol nomor lima puluh. Tidak lama kemudian, pintu lift tertutup.

Diva melihat di sekelilingnya dengan kepala yang didongakkan.

"Aga."Panggil Diva dengan suara pelan.

Al menoleh dan menatap Diva."Kenapa hm?"Tanyanya dengan lembut.

"Pegel?"Tanya Al saat melihat Diva sedikit menekuk kedua lutut kakinya.

"Ngga, ngga kok."Jawab Diva seraya menegakkan tubuhnya.

Al menggendong Diva ala bridal style tanpa aba-aba. Diva yang tiba-tiba di gendong lantas mengalungkan kedua tangannya di leher Al.

"Aga!"Ucap Diva dengan kesal.

Al terkekeh saat melihat kelakuan Diva yang saat ini tengah memainkan lambang yang ada di jaketnya.

"Turunin."Titah Diva saat mereka keluar dari lift.

Al terus melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan. Diva mencebikan bibirnya saat Al tidak menghiraukannya.

Dengan kesal, Diva memukul dada Al dengan tenaga yang ia miliki.

"Kok Aga ngga kesakitan ya?"Dengan heran Diva bertanya pada dirinya sendiri dalam hati.

Al mendudukkan Diva di sebuah sofa yang ada di dalam ruangannya. Ia kemudian melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya dan mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.

Ceklek

Pintu ruangan tersebut terbuka dan masuk seorang lelaki yang terlihat lebih tua dari Al, lelaki tersebut memakai sebuah kemeja putih yang dilapisi dengan sebuah kemeja berwarna hitam, sekaligus celana warna hitam yang menambah ketampanannya. Dan ya, jangan lupakan dengan dasi berwarna hitam yang bergaris-garis merah putih yang melingkar di kerah kemejanya.

Lelaki tersebut meletakkan sebuah berkas di meja dengan kesal. Bagaimana tidak kesal, beberapa hari yang lalu Al tidak datang ke kantor, dan terpaksa dirinya yang menghandle semuanya.

"Gue baru dateng."Ucap Al.

"Gii biri diting."Cibir lelaki tersebut, ia mendudukkan dirinya di kursi, tepat di hadapan Al yang hanya terhalangi oleh sebuah meja yang lumayan besar.

"Kemana aja lo? Lo ngga kasian apa sama gue?"Tanya lelaki tersebut.

"Makanya nikah, supaya ada yang nyemangatin lo."Ucap Al lalu membuka berkas yang dibawa oleh lelaki tersebut.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Huhu...Harlen tadi lihat jadwal update Alis Propriis Volat. Dan ada tujuh bab yang mesti Harlen update malam ini😭😭😭

Please, kasih vote and comment! Kalau ngga, Harlen bakal hiatusin cerita ini dan publish di aplikasi lain!

Bagaimana dengan part ini?

Seru? Membagongkan? Tidak jelas? Atau...tidak seru?!

Kalau semua pertanyaan tidak ada pada cerita, simpan cerita ini di perpustakaan kalian ya!

Don't forget to vote and comment.

Jangan lupa follow akun Harlen
Instagram:@harlen.346
TikTok:@harlen346
Dan...jangan lupa follow akun Wattpad Harlen!

Ingat! Tak boleh pelit, kita semua saudara lho, harus saling berbagi 😊

Besok udah hari Senin aja nih. Ada yang kangen sama Al, Diva, dan yang lainnya ngga?

Next chapter? Coment 👉🏻

See you later 🤗

Jangan lupa
👇🏻 and 👉🏻

Written
Senin 22 Januari 2024

Publish
Ahad 25 Agustus 2024
21:48

Alis Propriis Volat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang