☯*⁠˘08˘⁠*☯

17 4 0
                                    

Heyou

Harlen kembali 👋🏻

KELVAN apa kabar?

Jangan lupa tandai typo

Jangan lupa share ke yang lain ya 🤗

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Mereka memberdirikan motornya. Orang tersebut membuka helm full facenya dan meletakkannya di aspal tanpa aba-aba lalu menghampiri Al yang ingin menaiki motornya.

Orang tersebut menarik lengan tangan kiri Al hingga Al menjadi oleng. Untung saja Al bisa menyeimbangkannya tubuhnya, sehingga ia tidak terjatuh.

"Tanggung jawab ngga!"Ucap orang tersebut dengan wajah garang.

Al melepaskan helm full facenya lalu meletakkannya di atas motornya."Gue? Tanggung jawab? Gue ngga ngapa-ngapain lo."Ucapnya.

"Lo udah ngebuat motor gue luka!Obatin motor gue!"Seru orang tersebut.

"Heh, motor gue juga luka tuh. Bukan lo aja."Ucap Al seraya melipat kedua tangannya didepan dada.

"Minta maaf."Titah orang tersebut.

"Ogah."Ucap Al dengan acuh.

"Lo, tinggal minta maaf apa susahnya."Ujar orang tersebut seraya menatap Al dengan heran.

Al menatap manik mata orang tersebut dengan intens."Sangat menenangkan."Ucapnya dalam hati.

Orang tersebut melambaikan tangan kanannya di depan wajah Al."Lo denger gue ngga?"Tanyanya dengan kesal.

"Hm."

Orang tersebut memutar bola matanya dengan malas."Hm, hm. Lo bukan artis. Ngga usah sok cuek jadi orang. Nanti ngga ada yang mau sama lo."Ucapnya lalu melegang pergi dari sana dengan perasaan dongkol.

Al menatap orang tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan seraya tersenyum penuh arti.

Tanpa Al sadari, seseorang dengan pakaian serba hitamnya kini tengah merekam hal tersebut hingga Al pergi dari sana.

Orang tersebut menelpon seseorang setelah merekam semuanya.

"Sudah saya kirim, Tuan."Ucap orang tersebut dengan handphone yang hampir menempel pada telinga kanannya.

"...."

"Baik, Tuan."

Telepon ditutup dari pihak seberang sana. Orang tersebut pergi dari sana menuju sebuah mobil berwarna hitam lalu masuk melalui pintu kemudi.

Perlahan demi perlahan mobil tersebut melaju mengikuti jejak Al.

☆☆☆☆☆

16:00:49

Dua orang perempuan kini tengah berbincang-bincang mengenai tentang hal yang mereka rencanakan.

"Bagaimana, Ma? Apakah Mama sudah menyuruh seseorang?"Tanya seorang perempuan seraya menatapnya seorang perempuan setengah baya.

Perempuan setengah baya mengangkat kaki kanannya seraya memegang lutut kaki kanannya dengan menggunakan kedua telapak tangan yang saling bertautan.

"Sudah, dan mereka akan menjalani hidupnya."Ucap perempuan paruh baya tersebut seraya menyeringai.

"Apa Mama yakin, kalau semuanya akan berjalan dengan lancar."Ucap perempuan tersebut.

"Mengapa tidak? Bertahun-tahun Mama membuatnya. Mama tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini."Ujar perempuan setengah baya tersebut seraya menatap perempuan tersebut. Yakni anaknya sendiri.

"Kamu harus bersiap-siap untuk hari ke depannya."Ucap perempuan setengah baya tersebut.

"Hm, akan aku usahakan."Ucap perempuan tersebut.

"Harus."Ucap perempuan setengah baya tersebut.

☆☆☆☆☆

16:25:00

Al memarkirkan motornya di garasi, ia mencabut kunci motornya seraya turun dari motornya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediamannya.

"Alfred."Panggil seorang lelaki setengah baya saat melihat kedatangan Al.

Al menoleh sekilas tanpa menghentikan langkahnya.

"ALFRED!"Teriak lelaki setengah baya tersebut dengan suara yang menggelegar ke seluruh penjuru ruangan tersebut.

Al menghentikan langkahnya di ujung anak tangga lalu membalikkan tubuhnya, ia menatap lelaki setengah baya tersebut dengan salah satu alis yang dinaikkan sekilas.

Lelaki setengah baya tersebut menatap Al."Kemari."Titahnya.

"Huft."Dengan malas Al melangkahkan kakinya menuju sofa, ia mendudukkan dirinya di sofa singel.

"Hm?"

"Untuk dua pekan, kamu akan Daddy kirim ke Amsterdam."Ucap Skala. Ya, lelaki setengah baya tersebut adalah Skala.

Al tentu saja terkejut. Namun, sebisa mungkin ia menyembunyikan keterkejutannya.

"Untuk apa?"Tanya Al.

"Terapi."Jawab Skala seraya menatap Al.

"Aku ngga gila!"Ucap Al dengan nada tinggi seraya berdiri dari duduknya.

"Kamu memang tidak gila. Hanya membutuhkan perawatan lebih lanjut."Ujar Skala.

"Ngga. Sampai kapan pun aku ngga bakal mau."Ucap Al lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Kalau memang kamu ngga gila. Maka tunjukkan pada Daddy."Ucap Skala.

Al menghentikan langkahnya sejenak lalu melanjutkan langkahnya, ia menaiki anak tangga dengan santai.

☆☆☆☆☆

20:57:38

"Besok kamu udah boleh sekolah."Ujar seorang perempuan pada seorang perempuan. Yakni Adiknya.

Perempuan tersebut yang mendengar perkataan Kakaknya seketika di buat tersenyum."Beneran, Kak?"Tanyanya seraya menatap Kakaknya dengan mata yang berbinar.

"Iya. Besok Kakak antar kamu."Ucap perempuan tersebut seraya mengusap lembut surai rambut milik Adiknya dengan menggunakan tangan kanannya.

"Sekarang kamu pergi tidur, besok sekolah."Lanjutnya.

"Kakak ngga ikut sekolah?"Tanya perempuan tersebut.

Perempuan tersebut menghentikan kegiatan mengetiknya dan beralih menatap Adiknya."Ngga, Kakak mau kerja aja."Ucapnya lantas tersenyum manis kepada Adiknya.

"Tapi Ezza maunya sekolah bareng Kakak."Ucap perempuan tersebut.

"Nanti Kakak antar jemput kamu. Kamu harus bisa menjadi seperti mereka, jangan seperti Kakak."Ucap perempuan tersebut.

"Pergi tidur, nanti Kakak menyusul."Lanjutnya lalu mengusap pelan pucuk kepala Adiknya dengan menggunakan tangan kanannya.

"Baiklah, tapi Kakak jangan begadang."Ucap perempuan tersebut lalu mencium pipi kanan Kakaknya. Ia pum berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Bagaimana dengan part ini?

Seru? Membagongkan? Tidak jelas? Atau...tidak seru?!

Kalau penasaran, simpan cerita ini di perpustakaan kalian.

Jangan lupa vote and coment. Jangan lupa follow akun Harlen

Ingat! Tak boleh pelit, bulan Dzulqaidah lho, harus saling berbagi

Next chapter? Coment 👉🏻

See you later 🤗

Jangan lupa
👇🏻 and 👉🏻

Written
Sabtu 20 Januari 2024

Publish
Ahad 26 Mei 2024
20:17

Alis Propriis Volat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang