Di pagi hari ulang tahun Oline, Ribbi bangun lebih awal dari biasanya. Jantungnya berdebar-debar membayangkan betapa bahagianya Oline nanti. Ia memulai pagi itu dengan penuh semangat, membantu Mommy menyiapkan sarapan sambil berulang kali memastikan balon-balon di ruang keluarga tetap terikat kuat.
Begitu semua siap, Ribbi merapikan rambutnya, mengenakan baju terbaiknya, dan mengintip ke arah kamar kakaknya yang masih tertutup rapat. Dia berjalan pelan ke pintu kamar Oline dan mengetuk dengan lembut sambil menahan napas. Tak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan wajah Oline yang tampak terkejut dan sedikit bingung.
“Selamat ulang tahun, Kak!” Ribbi berseru sambil mengangkat sebuah kue kecil yang sudah ia hias sendiri dengan lilin angka untuk merayakan pertambahan usia Oline. Meski kue itu tidak sempurna, setiap hiasan sederhana dari cokelat dan gula-gula berwarna di atasnya menunjukkan betapa besar usaha yang Ribbi lakukan demi sang kakak.
Oline terdiam sesaat, matanya berbinar melihat betapa tulus dan antusiasnya adiknya itu. Ia tersenyum hangat dan memeluk Ribbi dengan erat.
“Terima kasih, Adek. Kakak senang sekali. Kamu pasti capek ya, bikin ini semua?” Ribbi menggeleng dengan semangat.
“Nggak, Kak! Aku senang banget bisa buat ini untuk Kakak. Ini baru permulaan, lho!”
Oline tertawa kecil, masih belum menyadari kejutan besar yang menunggunya di ruang keluarga.
“Wah, ada apa lagi, nih?” tanyanya dengan nada penasaran.
Sambil menggandeng tangan kakaknya, Ribbi memimpin Oline menuju ruang keluarga yang sudah didekorasi penuh warna. Saat mereka tiba di sana, Oline terlihat terkejut dan takjub melihat semua persiapan yang telah dilakukan Ribbi, Papa, dan Mommy. Balon warna-warni, pita, meja dengan cupcakes, dan semua dekorasi ceria menyambutnya. Di atas meja ada sebuah kartu undangan kecil bertuliskan, “Selamat datang di pesta ulang tahun Kak Oline!”
Melihat semua itu, mata Oline berkaca-kaca. Ia tidak menyangka adiknya akan melakukan sebanyak ini untuknya.
“Ribbi, terima kasih banyak. Ini luar biasa,” kata Oline sambil memeluk adiknya lagi dengan penuh kasih. Namun, kejutan belum berakhir.
“Tunggu, Kak! Masih ada kejutan lain, tapi nanti, ya!”
Bagi Ribbi, melihat wajah kakaknya yang tersenyum bahagia dan penuh haru adalah hadiah ulang tahun yang tak ternilai. Ia merasa bahwa setiap usaha, waktu, dan cinta yang ia curahkan untuk persiapan ini telah terbayar lunas oleh kebahagiaan Oline.
Setelah sarapan bersama, Papa Oniel dan Mommy Indah memberi Oline hadiah kecil, dan senyum ceria tak lepas dari wajah Oline sepanjang pagi itu. Namun, Ribbi tahu bahwa puncak dari semua ini adalah slideshow foto yang sudah ia persiapkan dengan penuh cinta. Ketika suasana santai di ruang keluarga mulai mereda, Ribbi mengarahkan semua orang untuk duduk, lalu dengan penuh antusias mematikan lampu ruangan.
“Ada kejutan lagi, Kak,” Ribbi berkata sambil tersenyum penuh misteri. Ia mengatur laptopnya dan menyambungkannya ke layar TV. Oline menatap penasaran, sementara Papa dan Mommy menyaksikan dengan bangga bagaimana Ribbi telah berusaha keras menyiapkan ini semua.
Ribbi menekan tombol “play”, dan slideshow pun dimulai. Layar TV menampilkan foto-foto masa kecil mereka berdua. Ada foto-foto lucu Oline saat pertama kali bertemu dengan Ribbi yang masih bayi, Oline dengan bangga menggenggam tangan kecil Ribbi sambil tersenyum lebar. Kemudian muncul momen-momen saat Oline membantu Ribbi belajar naik sepeda, saat mereka bermain hujan-hujanan, juga foto-foto kebersamaan mereka di setiap hari libur keluarga.
Setiap foto menghadirkan kenangan manis yang membuat senyum di wajah Oline semakin lebar. Namun, tak hanya senyum, Oline juga tampak berkaca-kaca. Baginya, kenangan-kenangan itu begitu berharga, dan melihat bagaimana Ribbi mengingatnya dengan begitu detail membuat hatinya terasa hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
POKOKNYA OS
Teen FictionHanya seru-seruan jangan dibawa ke real life Selamat menikmati