Oniel merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya semakin mengujinya. Keputusan untuk mempertahankan bukunya berhadapan langsung dengan risiko besar yang mungkin mengubah hidupnya selamanya. Namun, dengan tekad yang lebih kuat, dia tahu bahwa ini adalah jalannya, jalan yang harus ditempuh jika dia ingin tetap setia pada dirinya sendiri dan pada apa yang dia percayai. Seperti yang selalu Indah katakan, Nulla Tenaci Invia Est Via , bagi mereka yang gigih, tak ada jalan yang tak bisa ditempuh.
Beberapa hari setelah pertemuan mereka di kafe, Oniel memulai langkah pertamanya menuju pertarungan besar. Ia memutuskan untuk melawan keputusan penerbit yang ingin menarik bukunya dari pasar. Meskipun itu berarti ia harus menghadapi tekanan besar dan bahkan berisiko kehilangan lebih banyak hal yang telah dia bangun, Oniel merasa lebih percaya diri setelah percakapan dengan Indah. Dia tahu, dalam dirinya ada kekuatan untuk menghadapi apapun yang datang.
Pagi itu, Oniel tiba di kantor penerbit, merasa gemetar namun tegas. Setelah serangkaian percakapan yang tidak mudah, akhirnya ia duduk di depan eksekutif penerbit yang sudah memutuskan nasib bukunya. Penerbit yang dulunya menjanjikan masa depan cerah untuk karya-karyanya, kini tampak lebih seperti musuh yang harus dihadapi.
"Oniel," kata Direktur Penerbit, seorang pria berusia lima puluhan dengan ekspresi tegas.
"Kita sudah memberi kamu kesempatan. Tetapi bukumu tidak mendapat sambutan yang kita harapkan di pasar. Kami tidak bisa terus bertahan dalam kondisi ini. Kami sarankan untuk menariknya."
"Saya tidak bisa menerima itu. Buku ini bukan hanya tentang angka dan penjualan, ini adalah karya saya. Ini adalah bagian dari diri saya. Saya siap untuk berjuang, dan saya percaya karya ini layak untuk didengar, tidak peduli bagaimana akhirnya." Oniel menatapnya dengan mata yang penuh tekad.
"Kamu berpikir bisa mengubah keputusan kami? Bukankah itu sedikit terlalu ambisius?" Direktur penerbit itu tersenyum sinis.
"Saya tidak peduli tentang ambisi. Saya hanya tahu ini adalah jalan yang harus saya ambil." Oniel menggigit bibirnya, menahan amarah yang mulai meluap. Dia mengingat kata-kata Indah, jika mereka bertahan, mereka akan berhasil. Nulla Tenaci Invia Est Via.
Percakapan itu berlanjut dengan ketegangan yang semakin meningkat, namun Oniel tidak goyah. Setiap kali kesulitan datang, dia membayangkan wajah Indah, dan itu memberi kekuatan padanya untuk terus maju. Dia tahu bahwa, meskipun sulit, mereka harus berdiri teguh. Keputusannya untuk bertarung bukan hanya tentang bukunya, tetapi tentang siapa dia sebagai seorang individu, dan apa yang ingin dia capai dalam hidup ini.
Di malam yang sama, Oniel kembali ke apartemennya, duduk di meja kerjanya yang berantakan. Dia meraih ponselnya dan memanggil Indah. Ketika suara di ujung sana menjawab, Oniel tidak bisa menahan senyumnya.
"Indah," katanya,
"aku sudah berbicara dengan mereka. Dan aku memilih untuk bertahan. Ini bukan hanya tentang bukuku, ini tentang siapa aku. Aku tahu kamu selalu mengatakan bahwa kita harus melawan rintangan apapun yang datang. Aku sudah melakukannya."
"Aku tahu kamu bisa melakukannya. Aku selalu percaya padamu, Oniel. Dan aku akan terus mendukungmu, apapun yang terjadi. Ingatlah, tak ada jalan yang tidak bisa dilewati, selama kamu tetap gigih." Di sisi lain, Indah merasa bangga.
Oniel merasa hatinya penuh dengan kekuatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Kata-kata Indah bukan hanya memberi semangat, tetapi mengingatkannya pada prinsip yang selama ini ia pegang. Nulla Tenaci Invia Est Via. Tidak ada jalan yang terlalu sulit untuk mereka yang tidak pernah menyerah.
Dengan semangat baru, Oniel bersiap untuk pertempuran berikutnya. Walaupun dunia seolah menantangnya, dia tahu bahwa ia tidak akan berjalan sendirian. Indah ada di sana, memberikan dukungan yang tak tergoyahkan. Bersama-sama, mereka akan menghadapi segala tantangan yang datang, apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
POKOKNYA OS
Teen FictionHanya seru-seruan jangan dibawa ke real life Selamat menikmati