Beberapa bulan setelah Oniel mulai membuka dirinya pada Indah, keduanya semakin dekat. Indah menjadi sosok yang tak tergantikan dalam hidupnya, seseorang yang tak hanya mengerti, tetapi juga menerima segala sisi dirinya. Bersamanya, Oniel menemukan kekuatan baru untuk menghadapi ketakutan-ketakutannya. Namun, ujian besar dalam hubungan mereka pun akhirnya datang.
Suatu hari, Oniel menerima tawaran dari penerbit besar untuk menerbitkan buku barunya, sebuah kesempatan yang ia impikan sejak lama. Namun, tawaran itu mengharuskannya pindah ke luar negeri untuk beberapa waktu, setidaknya selama satu tahun. Keputusan ini membuat Oniel bimbang, di satu sisi, ini adalah impian yang telah lama ia perjuangkan, namun di sisi lain, ia takut kehilangan kedekatan dengan Indah. Malam itu, Oniel dan Indah duduk bersama di sebuah kafe kecil. Hujan rintik-rintik menghiasi jendela di samping mereka, menambah suasana melankolis dalam percakapan mereka.
"Jadi, bagaimana perasaanmu tentang tawaran itu?" tanya Indah lembut, menatap Oniel dengan mata yang penuh perhatian.
"Aku... aku tidak tahu, Indah. Ini adalah kesempatan besar, tapi meninggalkanmu selama itu... aku tidak yakin aku siap untuk itu." Oniel menghela napas panjang.
"Oniel, aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mendukung apa pun yang kamu pilih. Ini adalah impianmu, dan aku tidak ingin menghalangimu." Indah tersenyum, meskipun senyumnya tampak sedikit getir.
Mendengar kata-kata itu, Oniel merasakan dorongan emosional yang kuat. Selama ini, ia takut akan perpisahan, takut bahwa jarak akan mengubah segalanya. Namun, kekuatan dalam diri Indah menginspirasi dirinya untuk tetap teguh dalam mengejar apa yang ia inginkan.
"Apakah kau percaya kita akan tetap bersama, meskipun harus berpisah sementara?" tanya Oniel pelan, seolah mencari jaminan dari Indah.
"Oniel, aku percaya pada kekuatan cinta kita. Meskipun terpisah, aku yakin kita bisa bertahan. Invictus Maneo, aku tetap tak terkalahkan. Cinta ini tetap tak tergoyahkan oleh jarak. Kita hanya perlu percaya dan bertahan." Indah mengangguk, tatapannya lembut namun tegas.
Kata-kata itu memberi Oniel keberanian yang tak ia duga. Dalam hati, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan perpisahan menghalangi kedekatan mereka. Di saat yang sama, ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Akan ada malam-malam sunyi dan kesepian yang menguji keteguhan hatinya.
Namun, melihat ketenangan dan keyakinan Indah, Oniel merasa bahwa segala rintangan yang akan datang dapat mereka lewati bersama. Indah adalah sosok yang kuat, dan dengan dirinya yang juga siap berjuang, Oniel berjanji bahwa mereka berdua akan tetap tak terkalahkan seperti kata-kata yang baru saja diucapkan Indah, Invictus Maneo.
Di akhir malam itu, mereka berdua sepakat bahwa Oniel akan menerima tawaran tersebut. Mereka akan menguji seberapa kuat cinta mereka dalam jarak dan waktu yang membentang. Dan di sanalah dimulai sebuah babak baru, di mana Oniel dan Indah akan membuktikan bahwa cinta sejati tak akan pernah kalah, meski dalam keadaan yang paling sulit.
-----+++------
Setelah Oniel berangkat ke luar negeri, ia dan Indah mulai merasakan tantangan dari jarak yang memisahkan mereka. Awalnya, mereka masih rutin berbicara lewat telepon atau bertukar pesan. Namun, kesibukan Oniel yang semakin intens, serta perbedaan zona waktu yang menyulitkan, mulai menambah ketegangan dalam hubungan mereka.
Pada suatu malam, ketika akhirnya mereka berhasil menjadwalkan panggilan video, Oniel terlihat lelah di layar, dengan tumpukan kertas dan laptop di meja kerjanya. Ia tersenyum saat melihat Indah, namun di balik senyumnya, Indah bisa merasakan kelelahan yang mulai menggerogoti semangat Oniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
POKOKNYA OS
Teen FictionHanya seru-seruan jangan dibawa ke real life Selamat menikmati