Nox et Lux - 2

122 21 0
                                    

Daniel duduk di sebuah batu besar yang terletak di pinggir hutan, mengamati langit yang mulai memerah saat senja. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan kabut yang mulai menyelimuti medan perang. Namun, meskipun udara terasa dingin dan tajam, hati Daniel terasa lebih berat daripada sebelumnya. Keputusan yang telah ia buat beberapa jam lalu membawanya jauh dari pasukan, jauh dari Jenderal Gita, dan jauh dari kenyataan yang sedang terjadi di dunia luar. Ia tahu waktu semakin sempit.

Daniel menatap peta yang tergeletak di depannya, jarinya mengarah pada titik yang sudah ia tentukan sebelumnya tempat yang menjadi lokasi pertemuan berikutnya dengan Indah. Sinar matahari yang memudar di cakrawala menciptakan bayangan panjang di atasnya, seakan dunia itu sendiri mengingatkan Daniel pada pertempuran yang sudah tidak bisa dielakkan.

Di kejauhan, suara langkah kaki terdengar mendekat, dan Daniel segera menyembunyikan peta di balik jaket militernya, menarik napas dalam-dalam. Saat itu, Eliidoskop pikirannya mulai berputar, mengingatkan pada kata-kata yang diucapkan oleh Indah beberapa malam yang lalu.

"Jika kamu ingin mengubah dunia ini, kita harus mulai dari langkah kecil. Satu keputusan yang benar bisa merubah segalanya."

Daniel tidak yakin apakah kata-kata itu benar-benar berasal dari Indah atau hanya ilusi yang tercipta dalam pikirannya. Yang pasti, pertemuan mereka belum berakhir, dan ia harus siap dengan apapun yang akan datang. Seorang prajurit dari pasukannya muncul dari balik pepohonan, menatap Daniel dengan wajah serius.

"Daniel, kamu seharusnya kembali ke kamp. Kami perlu keputusanmu segera." Daniel berdiri perlahan, menatap pemuda itu dengan mata yang penuh tekad.

"Aku tahu, tapi ada sesuatu yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Aku akan kembali malam ini."

Prajurit itu terlihat ragu sejenak, tapi akhirnya hanya mengangguk dan berjalan pergi tanpa berkata lebih banyak. Daniel menatap ke arah medan perang yang terbentang di hadapannya. Di satu sisi, ada pilihan untuk menyelesaikan semuanya dengan cara yang sudah lama ia kenal perang, kekerasan, dan dominasi. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang lebih rumit. Sesuatu yang melibatkan kepercayaan, kompromi, dan mungkin, lebih banyak kehilangan daripada yang ia bisa bayangkan.

Langkah demi langkah, Daniel kembali menuju pertemuan yang sudah ditentukan dengan Indah. Setiap detik yang berlalu membawa perasaan yang semakin menyesakkan. Ia tahu bahwa ini bukan hanya tentang dua pemimpin yang ingin saling menghancurkan ini tentang dua dunia yang berbeda yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa mereka mungkin hanya bisa bertahan bersama, bukan dengan saling melawan.

Sesampainya di titik pertemuan yang telah disepakati, Daniel melihat sosok itu berdiri di antara kabut yang mulai menebal. Indah. Wajahnya masih penuh dengan keanggunan yang memancar di balik kecemasan yang tersembunyi. Matanya yang tajam memandang Daniel, seakan menilai setiap gerak-geriknya.

"Daniel," Indah mengucapkan nama itu dengan suara yang lebih lembut daripada yang Daniel harapkan.

"Kau datang. Aku tidak tahu apa yang kukatakan padamu akan meyakinkanmu untuk melakukannya, tapi aku bersyukur kamu ada di sini." Daniel menatap Indah dengan campuran perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Aku datang karena aku ingin tahu. Aku ingin tahu kenapa kita harus saling bertarung. Kenapa ini harus berakhir dengan saling membunuh?" Indah diam sejenak, dan untuk pertama kalinya, Daniel melihat keraguan dalam dirinya.

"Karena dunia ini memaksa kita untuk memilih, Daniel," jawabnya pelan, seakan kata-kata itu harus keluar meski berat.

"Karena jika kita tidak melawan, kita akan dihancurkan. Dan lebih dari itu, kita melawan untuk sesuatu yang lebih besar dari sekedar hidup kita sendiri."

POKOKNYA OSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang