Beberapa bulan setelah percakapan yang mendalam itu, hubungan Oniel dan Indah tampaknya semakin kuat. Namun, kehidupan di luar dunia mereka berdua tidak memberikan ruang untuk beristirahat. Oniel semakin tenggelam dalam pekerjaannya, sementara Indah harus menghadapi berbagai tantangan dalam karir dan kehidupannya sendiri. Jarang sekali mereka memiliki waktu bersama tanpa gangguan dari dunia luar, dan kerinduan itu semakin mengguncang hati mereka.
Namun, kehidupan tidak mengenal belas kasihan, dan ujian besar datang ketika Oniel menerima panggilan yang mengubah segalanya. Pada suatu pagi yang cerah, Oniel duduk di ruang kantornya, menatap layar komputer dengan pikiran yang gelisah. Tiba-tiba, teleponnya berdering. Panggilan itu datang dari rekannya, Gita.
"Oniel, ada berita buruk. Ada potensi masalah besar dengan buku yang baru saja kau terbitkan. Satu bagian yang kamu tulis bisa dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Penerbit ingin kita segera bertemu, dan aku khawatir ini akan mempengaruhi reputasimu," kata Gita, suaranya tegang.
Oniel merasa seluruh tubuhnya kaku mendengar kata-kata itu. Ia menatap layar tanpa berkedip, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ini adalah mimpinya, bukunya, yang sudah lama dinantikan, kini dipertaruhkan. Tidak hanya karirnya, tetapi juga masa depannya sebagai penulis berada di ujung tanduk.
-----+++-----
Di sisi lain dunia, Indah merasakan betapa jauh Oniel menjauh. Ia sering kali menghubungi Oniel, tetapi semakin hari, panggilan mereka semakin singkat. Indah merasa lelah dengan harapan yang terus dibangun tanpa ada kejelasan. Perasaan itu semakin kuat ketika Oniel tidak menjawab pesan atau teleponnya selama berhari-hari.
Pada suatu malam, Indah akhirnya memutuskan untuk menulis surat panjang untuk Oniel. Ia tahu bahwa hubungan mereka butuh pembicaraan yang lebih terbuka, tanpa adanya gangguan dari dunia luar. Ia menulis tentang kerinduannya, ketakutannya akan kehilangan, dan keteguhan hatinya untuk tetap berjuang.
============================================
Oniel,
Kadang, aku merasa kita sudah begitu jauh, meski jarak kita tidak pernah berubah. Setiap kali aku menantikan kabar darimu, aku merasa semakin jauh dari dirimu. Aku tahu, kita sudah berjanji untuk tidak menyerah, tetapi terkadang, aku meragukan apakah kita bisa bertahan. Aku rindu mendengar suaramu, merasakan keberadaanmu di sampingku. Aku rindu menjadi bagian dari dunia yang kita bangun bersama.
Apakah kita masih sama? Apakah kita masih punya kekuatan untuk bertahan?
- Indah
============================================Setelah menulis surat itu, Indah merasa lebih lega, meskipun hatinya masih terikat pada rasa cemas yang mendalam. Ia tidak tahu bagaimana reaksi Oniel, tetapi ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaannya yang terpendam. Pagi berikutnya, Indah mengirimkan surat itu dan menunggu dengan cemas.
-----+++-----
Di sisi lain, Oniel membuka surat itu beberapa hari kemudian setelah situasi di kantornya sedikit lebih stabil. Ia membaca setiap kata dengan penuh perhatian, dan hatinya tersentuh. Dalam setiap kalimat, ia merasakan kerinduan dan kecemasan Indah. Ia sadar betul bahwa dalam kesibukannya yang begitu padat, ia telah mengabaikan perasaan Indah. Namun, masalah dengan bukunya masih menghantuinya. Oniel tahu ia harus segera memutuskan antara menghadapi krisis karirnya atau memberi perhatian yang layak pada hubungannya dengan Indah. Pada malam itu, setelah membaca surat dari Indah, Oniel meneleponnya. Suaranya terdengar letih, namun dalam hatinya, ada keyakinan yang baru tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
POKOKNYA OS
Novela JuvenilHanya seru-seruan jangan dibawa ke real life Selamat menikmati