Gatau - 3

108 18 0
                                    

Hari Minggu pagi yang cerah, keluarga Vanisa berkumpul untuk memulai hari dengan penuh semangat. Papa, seperti biasa, punya rencana besar yang tak terduga. 

"Ayo, kita harus jadi keluarga petualang hari ini!" serunya dengan penuh semangat, sambil mengguncang-guncang peta di tangannya.

Mommy, yang sedang sibuk menyiapkan sarapan, hanya mengangkat alis dan melemparkan pandangan skeptis. 

"Petualang? Kita kan baru saja selesai berkemas-kemas kemarin. Kamu yakin kita siap untuk petualangan lagi?" tanyanya sambil memotong roti.

"Yakin! Aku udah siapkan semuanya. Kalian tinggal siap-siap aja, pokoknya hari ini kita liburan ke pantai!" jawab Papa dengan penuh keyakinan, hampir seperti seorang kapten yang siap memimpin pelayaran.

"Pantai, ya?" tanya Oline, memandang Papa dengan tatapan heran. 

"Gimana bisa sampai ke pantai dari sini? Ini kan cuma halaman belakang kita." Papa hanya tertawa kecil, tidak menghiraukan keraguan anak-anaknya. 

"Percayalah, Papa sudah perhitungkan segalanya," jawab Papa, penuh percaya diri.


Mereka berangkat dengan semangat tinggi. Namun, perjalanan ke pantai jauh dari yang mereka harapkan. Setelah beberapa jam di jalan, Papa baru sadar bahwa mereka nyasar. 

"Hmm, sepertinya kita salah arah," kata Papa sambil melihat peta yang ternyata terbalik.

"Kami sudah ke mana, Pa?" tanya Oline dengan nada sabar.

"Tenang saja, kita hanya harus belok kanan sedikit, nanti pantainya kelihatan kok," jawab Papa, meskipun semua orang di dalam mobil mulai merasa ragu.


Setelah perjalanan panjang dan beberapa belokan yang tidak pernah diinginkan, akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang lebih aneh daripada yang mereka bayangkan. Ternyata, mereka sudah sampai di kebun durian yang jauh dari pantai. Di depan mereka, ada papan besar yang bertuliskan Kebun Durian Pak Sukonto Ledowo.


"Kami datang ke pantai atau ke kebun durian?" tanya Oline dengan ekspresi serius, menatap kebun durian yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan liburan pantai. Papa menggaruk kepalanya, tersenyum kaku. 

"Ah, ini cuma salah lihat peta sedikit. Tenang, kita belok kiri aja, baru deh pantainya kelihatan."

Kebingungan pun mulai merayapi semua orang, tetapi mereka tetap melanjutkan perjalanan,tak ada yang mau merusak semangat Papa yang penuh optimisme.

Perjalanan berlanjut, dan akhirnya mereka sampai di pantai yang sesungguhnya. Tapi masalah lain muncul. Ribbi, yang sudah tak sabar, langsung berlari ke arah laut sambil membawa pelampung unicorn yang lebih besar dari tubuhnya. 

"Aku mau jadi putri duyung!" teriak Ribbi sambil melompat ke laut. Mommy langsung khawatir. 

"Ribbi, jangan terlalu jauh! Nanti bisa bahaya!"


Sementara itu, Papa sibuk dengan tugasnya sendiri: mendirikan tenda. Tapi, alih-alih tenda yang kokoh, tenda itu malah menyerupai bentuk balon yang melengkung karena kesalahan dalam memasang tiangnya. Oline yang sedang duduk menikmati camilan hanya mengangkat alisnya. 

"Papa, itu tendanya kenapa kayak gitu?" tanya Oline.

Papa dengan penuh semangat terus berusaha memperbaiki, meskipun jelas sudah tidak bisa lagi. Mommy yang menyaksikan kejadian itu hanya tertawa kecil sambil memotret. 

"Ini momen langka. Papa dan tenda kayaknya nggak pernah cocok," katanya sambil menahan tawa.

Meskipun hari itu penuh dengan kekacauan, ada banyak tawa dan kebersamaan. Ribbi yang akhirnya berhasil bermain di air meskipun basah kuyup, dan Papa yang menyerah dengan tendanya, semuanya membuat liburan itu berkesan,meski tidak sempurna. Oline dengan sedikit cemas menggendong Ribbi yang sudah tertidur lelah setelah petualangan seru itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POKOKNYA OSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang