• Chapter 30 •

908 149 7
                                    

• Chapter 30: Things that Skylar has been Hiding All This Time •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 30: Things that Skylar has been Hiding All This Time

*****

"Yang Mulia."

Lareina memanggil Grand Duke yang baru saja masuk ke dalam kamar setelah membersihkan diri sepulang dari pesta. Pria yang malam itu mengenakan jubah tidur berwarna putih tersebut mendaratkan pantatnya ke ranjang yang empuk sebelum bertanya, "ada apa? Kau ingin aku memijat kakimu?"

Sang wanita yang duduk bersandar pada kepala ranjang itu menggeleng. "Bukan itu. Apa kau bersedia mendengarkan ceritaku?"

"Tentu," jawab Sang Grand Duke dengan antusias sambil mendekatkan diri untuk duduk berhadapan dengan sang istri sebelum kemudian menggenggam kedua tangannya, bersiap untuk mendengarkan.

"Sehari setelah kau pergi, ketika kami sampai di Grand Duchy, aku hampir terbunuh jika saja Hazel tidak menyadari keberadaan panah yang melesat dan segera memelukku." Lareine mulai bercerita, namun suaranya sudah bergetar menahan tangis.

"Panah beracun itu membuat Hazel kehilangan nyawanya hanya dalam kurun waktu beberapa menit setelah menancap di punggungnya. Dan kau tahu? Sampai saat ini aku merasa bersalah, hatiku sakit ketika mengingat wajah ceria anak itu, Yang Mulia," lanjutnya dengan air mata yang mulai berjatuhan.

Suaminya itu menghela nafas sebelum mencoba menenangkan hati Lareina yang tenggelam dalam rasa bersalah. "Kumohon jangan berlarut-larut memikirkan hal yang sama sekali bukan kesalahanmu. Itu adalah takdir Hazel. Sang Dewi lebih menyayanginya, karena itulah nyawanya diambil lebih cepat, Sayang."

"Aku selama ini mencoba untuk sedikit demi sedikit menghapuskan perasaan bersalah ini, tetapi aku kesulitan."

"Seiring dengan berjalannya waktu, kau pasti bisa."

Wanita bergaun hitam itu menggeleng, "aku tidak yakin, Yang Mulia."

"Sang pelaku sudah ditangkap dan dia adalah pembunuh bayaran yang diperintahkan oleh seseorang dengan iming-iming sekotak koin emas. Aku meyakini bahwa orang yang memerintahkannya adalah orang yang sama dengan orang yang memerintahkan seorang pembunuh bayaran untuk menembak anda saat bertugas." Lareina melanjutkan kata-katanya sembari mengusap kasar kedua pipinya yang basah.

"Mengapa kau mengira mereka adalah orang yang sama?"

"Firasatku berkata demikian."

Sang Grand Duke menggeleng, "jika kau tidak memiliki bukti, itu tidak akan berarti apa-apa, Lareine."

"Aku tahu. Tapi, aku berpikir mungkin karena percobaan pembunuhan terhadapmu tidak berhasil, ia mengalihkan sasarannya kepadaku yang merupakan pasanganmu," ujar wanita berbadan dua itu, memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi.

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang