"Bisa kita bicara"
Suara Jayden mengalun di telinga Tyana. Tyana kemudian menatap Bi Arum yang masih setia duduk di kursinya.
"Bibi, bisakah tinggalkan kami sebentar saja?"
Bi Arum tampak ragu, dia tidak bodoh. Bi Arum tahu bahwa pria di hadapan mereka adalah salah satu orang penting di kota ini. Dia adalah Jayden Mahardika.
Yang Bi Arum tahu bahwa Tuan Mark sangat sensitif mendengar nama keluarga pria itu, apalagi orangnya. Bi Arum takut jika Tuan Mark tahu, maka Mark akan marah.
Melihat keraguan Bi Arum, Tyana memberikan senyum menenangkan. "Tidak apa-apa, hanya sebentar saja Bi"
Bi Arum akhirnya mengangguk dan menjauh. Memberikan Tyana dan Jayden privasi.
Keheningan terjadi, suasana tampak canggung diantara mereka berdua. Tyana tidak tahu apa yang ia rasakan atau bagaimana ia harus bersikap. Mengingat pertemuan terakhir mereka adalah pertengkaran hebat yang dramatis.
Tyana tahu jika kembali pulang maka kemungkinan bertemu dengan Jayden pasti akan ada, tapi Tyana tidak menyangka pertemuan mereka berdua akan secepat ini.
"Bagaimana kabarmu?"
Tyana terdiam sejenak sebelum menjawab dengan singkat.
"Baik"
Jayden menghela nafas. Dadanya terasa penuh dan membuncah, antara merasa bahagia karena dapat bertemu dengan Tyana setelah sekian lama dan sesak karena mengingat apa yang telah terjadi pada mereka.
"Sudah lama kita tidak bertemu" Bisik Jayden. Masih tetap mengamati wajah Tyana, menelitinya dengan baik. Jayden ingin selalu melihat wajah Tyana selama ia hidup.
"Ya, puluhan tahun" Tyana pada akhirnya menatap tepat kearah mata Jayden yang memancarkan rasa rindu yang begitu besar.
"Aku merindukanmu"
Perkataan Jayden mengalun begitu saja, Tyana dapat mendengarnya dengan jelas. Tapi dia hanya diam tanpa menyahuti. Sejujurnya Tyana juga merindukan Jayden tapi rasanya dia tidak ada niatan untuk membalasnya.
Tyana tidak dapat mendefenisikan apa yang ia rasakan sekarang ini. Luka bertahun-tahun lalu itu masih ada hanya saja karena Tyana tidak pernah memikirkannya lagi dan fokus pada Mark jadi Tyana tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini, bagaimana hatinya.
Yang Tyana tahu Tyana tidak ingin menyimpan kebencian di hatinya, karena itu hanya akan merugikannya saja. Mungkin memaafkan akan jauh lebih baik tapi Tyana tidak tahu kapan itu terjadi.
"Tyana" Jayden menatap mata besar Tyana dengan sungguh-sungguh
"Aku minta maaf"
Sebelum Tyana menjawab, Bi Arum datang tergesa-gesa kearah mereka. Diwajahnya tergambar kekhawatiran yang sangat nyata.
"Nyonya"
"Ya Bibi?"
"Tuan Muda menghubungi saya Nyonya. Sepertinya Tuan sudah berada di jalan pulang sekarang"
Tyana mengerti apa yang di maksud oleh Bi Arum. Jika Mark melihat Jayden disini bersamanya Mark mungkin saja marah dan akan menghajar Jayden.
Tyana tidak ingin ada keributan apapun yang terjadi."Maaf Jayden kami harus pulang" pamit Tyana.
Tanpa menunggu jawaban dari Jayden, Tyana memberikan kode pada Bi Arum untuk membawanya pergi. Bi Arum mengerti ia segera membawa Tyana pulang sebelum Mark pulang.
Jayden sendiri masih duduk di kursi taman sambil menatap kepergian Tyana dengan sendu. Mereka berada begitu dekat tapi entah kenapa terasa begitu jauh sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love, Mark's Side [Markhyuck]
RomanceMark loves his mother so much. Mark kecil hanya hidup dengan ibunya yang begitu mencintainya tanpa benar-benar mengenal sosok sang ayah. Mark dan segala sifat dinginnya bertemu dengan Clarissa yang berusaha mencairkannya Markhyuck Gs Baku