Clarissa duduk di pantry dapur dengan cahaya remang yang berasal dari lampu luar. Cahaya lampu menembus kaca jendela besar yang tirainya ia biarkan terbuka dengan segelas coklat hangat yang menemani di meja pantry.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam, Clarissa merenung, matanya enggan untuk terpejam. pikirannya melayang kemana-mana. Memikirkan kenapa Mark belum juga pulang sampai saat ini dan apa yang pria itu lakukan diluar sana, terlebih dia sedang bersama Jasmine.
Lalu pikirannya melayang kembali mengingat kejadian di lift waktu itu, apa yang terjadi membuatnya penasaran. Clarissa yakin dari reaksi yang di tunjukkan oleh Mark, pria itu memiliki suatu trauma dengan ruangan yang gelap.
Ada apa? Apakah pria itu pernah terjebak di lift sebelumnya saat masih kecil? Ataukah ada hal lainnya? Kenapa Mark begitu penuh dengan misteri?
Clarissa masih diam saat suara langkah kaki terdengar, tidak lama kemudian Mark muncul dengan langkah pelan, melewatinya begitu saja. Tampaknya Mark belum sadar kalau Clarissa juga ada di dapur.
Mark membuka kulkas dan meneguk air dari dalam botol dengan rakus. Setelahnya menutup kulkas dengan sedikit kuat hingga menimbulkan bunyi yang terdengar keras di kesunyian malam.
Mark berbalik dan terkejut saat mendapati Clarissa duduk di kursi pantry sendirian sambil menghadap kearah jendela.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Mark sambil mendudukkan diri di kursi bar samping Clarissa.
"Tidak ada, mataku hanya enggan terpejam" Jawab Clarissa pelan
Mark tidak menjawab dan hanya terdiam. Clarissa mengerutkan hidungnya saat mencium aroma alkohol menguar dari tubuh Mark.
Apakah Mark mabuk? Kenapa? Apa Mark mabuk dengan Jasmine? Apakah Mereka pergi ke club bersama?
Clarissa berusaha mengabaikan pikiran terakhirnya. Dengan menahan rasa cemburu yang ingin menyeruak kepermukaan ia bertanya pada Mark.
"Kau mabuk?"
Untuk sejenak Mark membiarkan pertanyaan Clarissa tampak mengambang begitu saja dan Clarissa sendiri tidak menuntut jawaban untuk itu.
"Tidak" Jawab Mark dengan gumaman samar.
"Kau pergi ke club?"
'Apakah kau kesana dengan Jasmine?' batinnya
Mark bergumam menanggapi.
Setelah itu hening sejenak. Clarissa menarik nafas lalu menatap Mark dari samping. Jelas saja Clarissa meragukannya.
Clarissa berperang dalam dirinya. Haruskan ia menanyakan hal yang membuatnya penasaran ini?
"Malam itu di lift- Kau...kenapa?" Tanya Clarissa tiba-tiba, tidak mampu lagi menyembunyikan rasa penasarannya.
Mendengar itu Mark mengeratkan rahangnya. "Kenapa?"
Clarissa menelan ludah gugup "Ya, kenapa bisa begitu?"
Wajah Mark semakin keruh. Ia mengerutkan dahi tidak suka "Tidak ada hal apapun"
"Tidak ada? Tapi kau mengalami panic attack" Clarissa berkata dengan pelan tapi sangat terdengar jelas di kesunyian malam.
Kali ini tubuh Mark terasa menegang. Mark menoleh pada Clarissa sehingga mereka bertatapan, Clarissa dapat melihat pandangan peringatan dari Mark.
"Itu bukan urusanmu"
"Kau.." Clarissa mengabaikan tatapan Mark lalu melanjutkan ucapannya dengan berani.
"Kau mempunyai trauma" bisik Clarissa lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love, Mark's Side [Markhyuck]
RomansaMark loves his mother so much. Mark kecil hanya hidup dengan ibunya yang begitu mencintainya tanpa benar-benar mengenal sosok sang ayah. Mark dan segala sifat dinginnya bertemu dengan Clarissa yang berusaha mencairkannya Markhyuck Gs Baku