"Gimana liburannya kemarin, hm?" Gamaliel memandang orang yang kini berjalan di sampingnya.
"Seru! Seru banget!" Jawab Gamaliel dengan semangat membuat Rivai tersenyum penuh arti mendengar hal itu.
Saat ini kedua pemuda itu sedang berada di perjalanan menuju kantin. Karena tadi pagi Rivai datang terlambat dan diberi hukuman oleh guru jaga hingga dia akhirnya masuk di jam pelajaran yang kedua, maka mereka berdua memiliki sedikit interaksi karena harus fokus pada guru yang menjelaskan dan memberi tugas.
"Ini adalah liburan pertama bareng Daddy sama kakak," sambung pemuda itu. Rivai pun merangkul pundak sang sahabat.
"Besok-besok mending minta buat liburan ke luar negeri deh, pasti dipenuhin!" Ujar Rivai.
"Nggak ah, nggak enak mintanya. Diajak liburan ke pulau pribadi daddy saja gue udah bersyukur banget!" Balas Gamaliel dengan senyuman tulusnya, membuat Rivai mencubit pipinya.
"Apaan sih, sakit Vai!" Ujar Gamaliel sambil mengelus pipinya yang sekarang memerah.
"Lu makin hari makin gemoy deh! Makin glowing juga!" Ujar Rivai membuat Gamaliel malu mendengarnya.
"Perasaan lu aja kali!" Balas Gamaliel.
"Ih bukan perasaan gue, tapi emang kenyataannya gitu loh! Coba deh sampe rumah Lo berdiri di muka cermin terus perhatiin badan Lo!" Ujar Rivai.
Dia senang sekali melihat perubahan yang sangat kentara pada postur tubuh sahabatnya ini. Ini menandakan bahwa Daddy dan kakaknya merawat Gamaliel dengan baik.
🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
"Loh, kak?"
Saat tiba di depan sekolah Gamaliel terkejut karena yang menjemputnya hari ini bukan supirnya, melainkan Bastian, kakaknya.
"Kaget?" Tanya Bastian, membuat anak itu mengangguk.
"Nanti malam Daddy ngajak kita buat hadiri pesta salah satu koleganya. Jadi dia suruh kita ke butik yang udah dia hubungi, biar kita coba outfit yang cocok buat pesta nanti malam!" Ujar Gamaliel.
"Pesta?" Tanya Gamaliel.
"Iya," jawab sang kakak.
"A-aku..."
"Nggak boleh bilang kalo kamu nggak mau ikut. Pokoknya harus ikut!" Ujar Bastian, dia sudah tau apa yang hendak dikatakan oleh adiknya itu.
"Tapikan kak..."
"Tidak ada tapi-tapian!" Bastian langsung mengajak Gamaliel masuk kedalam mobilnya dan segera pergi dari area sekolah.
"Kamu kenapa, hm? Kayak ada yang dipikirkan dari tadi," tanya Bastian sambil memandangi sang adik yang saat ini duduk disebelahnya.
"Aku nggak mau ikut..." Jawab Gamaliel sambil menunduk. Bastian memelankan laju mobilnya dan berhenti tepat saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah.
"Kenapa tidak mau ikut, hm? Tatap mata kakak..." Dengan lembut Bastian mengangkat dagu sang adik.
"Takut..." Lirih Gamaliel.
"Takut kenapa? Tidak ada yang akan menyakiti kamu di sana. Daddy dan kakak akan selalu bersama kamu," ucap Bastian.
"Bilang sama kakak," suara Bastian sangat lembut, dia menangkap netra sang adik. Anak itu sepertinya ingin mengutarakan sesuatu, namun dia takut.
"Dek?" Panggil Bastian.
Lampu lalulintas sudah berubah warna menjadi hijau membuatnya melaju kembali dijalan raya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Murderer (End)
Novela JuvenilCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN CERITA YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Peristiwa masa lalu yang tidak diketahui bagaimana kejelasannya, membuat Gamaliel hidup dengan title ' anak dari...