28. Solusi

840 81 42
                                    

Kemarin-kemarin aku sakit. Hadiahin komen bawel dong.

oOo

Ternyata ada hikmah di balik kelopak matanya yang sekarang bengkak. Shenka jadi mendapatkan ide bagaimana mengintai tanpa terlihat mengintai. Di balik kacamatanya dia bebas memperhatikan siapa saja tanpa takut dicap tidak sopan. Tentu ini bukan sinetron kurang berlogika di mana orang tidak bisa mengenali hanya karena memakai kacamata atau tidak. Untuk menjaga identitasnya, Shenka juga memakai masker.

Shenka duduk di sebuah bangku yang ada di seberang sekolah dari anak calon mamanya. Dia tengah mengamati setiap wajah yang masuk ke sana. Meski tidak mengamati dari awal, Shenka optimis pada fakta bahwa anak cowok itu cenderung malas dan datang mepet dengan bel. Jadi, dia mengamati srpenuh hati di sana.

Hingga setelah bel berbunyi dan gerbang ditutup, Shenka pun mengumpati keoptimisannya itu. Bisa saja calon saudaranya itu memang anak rajin yang datang pagi sekali.

Shenka menghela napas lalu melihat foto yang dia print tadi. Shenka menyerah? Jangan berharap semudah itu. Shenka akan masuk ke sekolah itu dan melihat sendiri seperti apa orang yang akan tinggal satu atap dengannya itu.

Perkataan Azril semalam masih berputar dengan jelas di kepala Shenka. Tidak akan ada yang tahan dengannya, jadi Shenka bertekad untuk mengantisipasi. Dia yang akan lebih dulu membuat batasan agar nanti tidak terluka saat calon kakaknya itu tidak tahan akan semua sikap Shenka.

Shenka menyeberang. Tentu dia tidak akan menggunakan gerbang, seperti berandal di sekolahnya, sekolah ini pun pasti punya jalan rahasia di belakang. Shenka masuk pada sebuah gang. Pembatas antara tembok sekolah juga pemukiman.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Shenka menemukan seorang cowok yang baru saja turun dari motornya di gang itu. Shenka melihat foto di tangannya lalu melihat baik-baik orang di sana.

"Ternyata dia nggak fotogenik. Gantengan aslinya." Di balik maskernya, Shenka tersenyum.

Shenka memasukkan kembali foto itu pada saku. Namun, saat kembali melihat, calon kakaknya itu sudah siap memanjat tembok. Tidak! Shenka segera berpikir keras untuk menjadi solusi. Usahanya ke sini jangan sampai hanya mendapatkan hasil melihat dia dari jauh dan sekejap juga.

Shenka berjalan, sengaja dia menyilangkan kakinya hingga dia terjatuh ke atas jalan dengan suara yang kencang.

Kafka menoleh, wajahnya langsung berubah khawatir sebelum berlari mendekati Shenka.

"Lo nggak papa?" tanyanya seraya berjongkok. Tangannya terulur untuk membantu Shenka berdiri.

Shenka menilik nametag di dada cowok itu. Kafka Athaya, itu memang nama dari anak pacar papanya itu. Shenka pun mengangguk kecil sebagai jawaban dari pertanyaan Kafka sebelumnya.

"Sini aku bantu," ucap Kafka sembari menggerakkan  tangannya yang belum juga diterima oleh Shenka.

Di balik kacamata hitamnya Shenka menatap Kafka penuh. Bibirnya semakin tertarik lebar saja. Wajah Kafka bukan tipe yang terlihat lembut. Ada sedikit sangar--mungkin karena rahangnya yang tajam, tapi bukan membuat takut, itu seperti memberikan rasa percaya, jika kita bersama dengan dia, kita akan terlindungi. Itu yang Shenka rasakan sekarang.

"Oh, maaf. Kamu nggak bisa liat ya."

Shenka mengerjap. Dia kemudian melihat pada tangan Kafka yang terulur itu ditarik kembali. Sial, karena terlalu terpesona, Shenka melewatkan kesempatan yang bagus untuk berjabatan dengannya. Padahal tangan Kafka terlihat cantik dengan urat-uratnya yang menonjol.

Tidak, Shenka tidak akan menerima kekalahan semudah itu. Matanya yang licik langsung menangkap sebuah pecahan kaca yang tak jauh darinya. Shenka mengerakkan tangannya seolah menggapai-gapai  ke arah sana.

Hello SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang