Felix menikmati udara pagi yang sejuk, menghirup napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Saat dia membuka matanya kembali, dia merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya.
Menoleh perlahan, dia melihat Bangchan yang berdiri tidak jauh dari situ, tersenyum kecil padanya.
"Selamat pagi," sapa Bangchan, nadanya ramah seperti biasa.
"Selamat pagi, Chan," balas Felix dengan senyum tipis. "Kau sudah bangun lebih awal juga?"
Bangchan mengangguk sambil memasukkan tangannya ke saku jaketnya. "Yah, udara di sini terlalu segar untuk dilewatkan. Aku suka suasana tenang di pagi hari seperti ini."
Felix hanya mengangguk, merasa nyaman dengan obrolan ringan itu. Mereka berdiri berdampingan dalam keheningan beberapa saat, menikmati pemandangan dan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah mereka.
“Aku senang kau ikut ke sini,” ujar Bangchan tiba-tiba, memecah keheningan. “Puncak ini punya cara tersendiri untuk menenangkan pikiran.”
Felix menatap Bangchan sekilas sebelum kembali melihat pemandangan di depan mereka. "Aku juga senang. Tempat ini memang luar biasa, sangat menenangkan."
Bangchan mengangguk, meskipun dalam dirinya ada sesuatu yang terus mengganjal. Dia tahu dia harus mengendalikan diri, tidak menunjukkan apa pun yang bisa membuat Felix atau Hyunjin curiga.
“Kau terlihat lebih bahagia sekarang,” kata Bangchan setelah beberapa saat. “Aku bisa melihatnya dari caramu tersenyum hari ini. Hyunjin pasti membuatmu bahagia.”
Felix tersenyum lebih lebar mendengar itu. "Ya, Hyunjin memang selalu tahu cara membuatku bahagia. Aku beruntung memilikinya."
Bangchan terdiam sejenak, menelan perasaan cemburu yang muncul di dadanya. Meski tersenyum di luar, di dalam pikirannya, Bangchan terus bergulat dengan perasaannya yang sebenarnya. Dia harus menahan keinginan untuk mengatakan lebih dari yang seharusnya, karena dia tahu, ini bukan waktunya.
"Aku senang mendengarnya," jawab Bangchan akhirnya, menjaga nada suaranya tetap netral. "Aku harap kalian selalu bahagia."
Felix mengangguk, tidak menyadari pergolakan emosi yang tersembunyi di balik senyum Bangchan. "Terima kasih, Chan. Aku juga berharap yang sama."
Mereka kembali terdiam, hanya suara angin dan kicauan burung yang menemani. Meskipun percakapan mereka sederhana, ada ketegangan halus di antara mereka yang hanya Bangchan dan Hyunjin yang bisa rasakan.
"Felix?" panggil Hyunjin dari dalam Villa, suaranya terdengar dari arah pintu.
Felix menoleh ke belakang dan tersenyum. "Aku di sini!" teriaknya lembut, sebelum melangkah menjauh dari Bangchan dan kembali ke dalam Villa, meninggalkan Bangchan sendirian di depan.
Bangchan menatap kepergian Felix, menghela napas panjang.
.
Pagi itu, ketika Felix dan Hyunjin sedang bersiap-siap untuk memulai hari mereka, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan Villa. Hyunjin membuka pintu, dan di sana berdiri seorang pelayan dengan nampan besar berisi makanan yang terlihat sangat lezat.
Felix dan Hyunjin saling menatap bingung, tidak mengerti siapa yang memesan sarapan tersebut.
"Selamat pagi, ini pesanannya," kata pelayan itu sopan sambil tersenyum, meletakkan nampan di meja makan.
Felix melirik Hyunjin dengan ekspresi penuh tanya. “Kau pesan makanan?”
Hyunjin menggeleng. "Bukan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...