Di Daegu, Hyunjin tengah duduk di ruang keluarga bersama kedua orangtuanya. Mereka berbicara dengan tenang, namun diskusi yang mereka bicarakan adalah hal serius. Papanya, yang sudah lama menginginkan putra satu-satunya segera menikah, kembali menyuarakan keinginannya dengan nada yang lebih mendesak.
"Hyunjin, kau sudah dewasa. Kami ingin melihatmu segera menikah dan membina keluarga," ujar papanya dengan tegas, tetapi penuh harapan.
Hyunjin menyandarkan tubuhnya di sofa, pikirannya sibuk dengan berbagai pertimbangan. Ia sendiri memang sudah lama memikirkan untuk menikahi Felix, terutama setelah hubungan mereka semakin erat.
Namun, dia juga tahu Felix adalah pribadi yang tidak mudah terbuka tentang perasaan, apalagi soal hal besar seperti pernikahan. Belum lagi fakta bahwa Felix kehilangan kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu, yang membuat keputusan seperti itu mungkin terlalu berat.
"Aku tahu, Pa. Aku juga ingin menikah dengannya... Tapi aku tidak yakin apakah dia sudah siap. Apalagi setelah semua yang terjadi," jawab Hyunjin, matanya menerawang, memikirkan Felix.
Mamanya menatap Hyunjin dengan penuh pengertian. "Kau yang paling tahu bagaimana perasaan Felix, tapi kau juga harus ingat, kalau kau menunda terlalu lama, itu mungkin bisa memberi ruang bagi hal-hal lain. Kami percaya padamu, tapi ingat, waktu tak menunggu siapa pun."
Kata-kata mamanya membuat Hyunjin semakin tersadar. Pikiran tentang Bangchan muncul lagi di benaknya. Sudah beberapa kali Hyunjin merasakan hal yang aneh dalam cara Bangchan memandang Felix, bahkan saat liburan kemarin di villa.
Meskipun Bangchan tidak pernah terang-terangan, Hyunjin bisa merasakan adanya sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Jika dia tidak segera mengambil langkah, ada kemungkinan Bangchan bisa semakin mendekati Felix.
Tekad Hyunjin pun menguat. Dia tidak bisa membiarkan Felix berada dalam posisi yang rentan terhadap Bangchan. Rasa cintanya pada Felix begitu besar, dan dia tidak akan mengambil risiko kehilangan orang yang begitu berarti baginya.
"Baiklah," kata Hyunjin tiba-tiba, dengan nada yang lebih pasti. "Aku akan menikahinya. Aku akan kembali ke Seoul hari ini dan memberitahunya tentang niatku."
Kedua orangtuanya saling bertukar pandang, tersenyum dengan puas. Mamanya mengangguk. "Kami akan mendukungmu sepenuhnya, Nak. Jika kau merasa waktunya sudah tepat, kami juga siap membantu merencanakan semuanya."
Hyunjin berdiri dari tempat duduknya, matanya penuh dengan tekad. Dia tahu, mungkin Felix akan sedikit terkejut, tapi dia tidak bisa lagi membiarkan keraguan menghalanginya. Dia harus memastikan bahwa Felix tahu betapa seriusnya perasaannya, dan bahwa mereka ditakdirkan untuk bersama.
Tak lama kemudian, Hyunjin berpamitan dengan kedua orangtuanya dan segera memesan tiket pesawat untuk kembali ke Seoul dengan cepat. Sepanjang perjalanan, pikirannya hanya tertuju pada Felix. Dia membayangkan bagaimana ia akan berbicara dengan kekasihnya, meyakinkannya bahwa pernikahan adalah langkah terbaik untuk mereka berdua.
Sekarang, Hyunjin hanya berharap Felix akan memahami niat tulusnya dan mau berjalan bersama menuju masa depan yang lebih pasti.
Pikirannya juga sesekali kembali ke Bangchan. Meski Felix mungkin tidak menyadarinya, Hyunjin merasa bahwa dia harus melindungi Felix dari ketertarikan Bangchan. Hubungannya dengan Felix terlalu berharga untuk diambil oleh orang lain, terutama oleh seseorang yang dia curigai memiliki niat tersembunyi.
***
Setibanya di apartemen, Hyunjin memasuki ruang tamu dengan hati yang berdebar. Dia bisa mendengar suara gemericik air dari dapur, tanda bahwa Felix sedang mencuci piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...