Sore itu, setelah menikmati pemandangan terakhir dari villa dan memastikan semua barang telah dikemas, Felix, Hyunjin, dan Bangchan bersiap untuk kembali ke Seoul. Masing-masing dari mereka memasuki mobil, Bangchan kembali duduk di kursi pengemudi, sementara Hyunjin dan Felix duduk di belakang, saling berpegangan tangan.
Sepanjang perjalanan, suasana sedikit lebih tenang dibandingkan perjalanan menuju villa. Felix, yang tadinya penuh kegembiraan melihat pemandangan alam, kini lebih tenang dan tersandar di bahu Hyunjin.
Hyunjin sendiri sesekali mencuri pandang ke arah Bangchan melalui kaca depan, memastikan Bangchan tidak menunjukkan tanda-tanda aneh.
Bangchan, di sisi lain, mencoba fokus mengemudi. Namun, meskipun ia tampak tenang di luar, pikirannya masih dipenuhi oleh percakapannya dengan Hyunjin. Rasa bersalah dan kecewa bercampur aduk di dalam dirinya. Felix begitu dekat, tapi tak terjangkau.
Felix yang duduk di kursi belakang merasa nyaman berada di samping Hyunjin. Dia menatap ke luar jendela, mengamati pepohonan yang seolah melambai seiring angin yang bertiup. Namun, tanpa ia sadari, ada sesuatu di dalam hatinya yang masih merasa canggung terhadap Bangchan. Dia tak bisa menghilangkan perasaan bahwa Bangchan sedikit berbeda, meskipun tidak tahu pasti apa yang berubah.
Beberapa jam berlalu dalam perjalanan yang panjang. Sesekali, mereka mengobrol ringan, namun tidak ada topik yang terlalu mendalam. Hingga akhirnya, Felix merasakan ketegangan di antara Bangchan dan Hyunjin yang terus ia abaikan. Namun, senyuman Hyunjin dan perhatian yang selalu diberikan padanya membuat Felix kembali merasa tenang.
Saat mereka hampir sampai di Seoul, matahari mulai terbenam, menyinari jalanan dengan warna keemasan. Bangchan, yang semakin dekat dengan kota, berbicara untuk memecah keheningan.
“Kita hampir sampai. Setelah ini, aku mungkin akan langsung ke kantor untuk menyelesaikan beberapa hal yang mendesak,” ujarnya, sambil melirik ke kaca spion, berharap kedua pasangan itu tidak merasakan ketegangan yang tersisa.
“Terima kasih sudah mengajak kami, Bangchan,” sahut Felix lembut. “Ini liburan yang menyenangkan.”
Hyunjin hanya mengangguk sambil mengusap punggung tangan Felix. Meskipun ketegangan di antara mereka bertiga belum sepenuhnya teratasi, Hyunjin merasa sedikit lega setelah percakapannya dengan Bangchan. Setidaknya, untuk saat ini, mereka bisa kembali ke kehidupan normal.
Ketika mereka tiba di gedung apartemen, Bangchan menurunkan Felix dan Hyunjin di depan lobi. Felix turun lebih dulu, menunggu Hyunjin keluar dari mobil. Saat Hyunjin keluar, ia mengangguk ke arah Bangchan.
“Terima kasih, Chan. Jaga dirimu.”
Bangchan hanya tersenyum tipis. “Kalian juga. Aku akan kabari kalau ada waktu luang lagi.”
Felix melambaikan tangan sebelum mereka berdua masuk ke dalam gedung apartemen, sementara Bangchan menghela napas panjang dan melajukan mobilnya menuju kantornya. Hatinya masih berat, namun ia tahu, untuk sekarang, dia harus menahan perasaannya.
Di dalam apartemen, Felix menatap Hyunjin dengan lembut, berusaha mencari kenyamanan dalam keheningan mereka. Mereka akhirnya pulang, dan meskipun liburan ini penuh dengan kenangan manis, Felix merasa bahwa ada sesuatu yang masih harus mereka bicarakan. Namun, untuk malam ini, Felix memilih untuk menikmati kebersamaan mereka, tanpa terlalu memikirkan hal-hal yang membuatnya gelisah.
***
Di kantor, Bangchan duduk di kursi kerjanya, menghadap tumpukan berkas yang harus diselesaikan. Matanya sedikit lelah, namun pikirannya masih terjaga penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...