74 - Siapa Kamu?

46 13 10
                                    

.

.

"Jangan turunkan kewaspadaanmu! Mereka di sekelilingmu! Ingin menghancurkan kamu!"

.

.

***

Yunan menemukan dirinya berdiri di sebuah lorong sepi. Sepi sekali. Alisnya berkerut. Instingnya merasakan tekanan di udara. Hawa yang menyesakkan. Ada yang tidak beres dengan mimpinya kali ini, entah apa.

Kaki Yunan melangkah menyusuri lorong temaram yang suram. Tak ada benda apapun di sana. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Ini seperti bukan dunia manusia. Semacam dunia antara.

"Yunan."

Yunan mendongak ke langit-langit, mencari sumber suara. Ia tahu suara siapa itu.

"Syeikh?" sahut Yunan. Ia mengenali suara Abdullah gurunya, meski suara itu terdengar samar, pertanda gelombangnya lemah di tempat misterius ini.

"Hati-hati, Yunan!" ucap suara yang bergaung pelan di ruangan mencekam itu.

Yunan nampak bimbang. "Hati-hati kenapa, Syeikh?" tanya Yunan dengan tatapan menyusuri tiap sudut ruangan, berharap menemukan sosok gurunya tapi tak ada yang nampak.

"Jangan turunkan kewaspadaanmu! Mereka di sekelilingmu! Ingin menghancurkan kamu!"

Langkah Yunan terhenti saat melihat bayangan hitam panjang mencapai ujung jari kaki telanjangnya. Ia mengangkat pandangan dan menyadari sesosok makhluk mendekat dari ujung koridor menuju ke arahnya.

"Siapa?" tanya Yunan ke arah sosok itu. Kegelapan membuat sosok itu tidak nampak bagian atasnya. Tapi Yunan bisa melihat celana panjang dan sepatu pantofel yang dikenakan sosok itu. Pertanda sosok itu mungkin adalah seorang pria yang mengenakan busana kantoran. Tapi mengapa auranya busuk seperti ini? Seperti bau bangkai hewan yang sudah lama mati!

Bibir Yunan bergerak merapal do'a. Ia mengusap kedua telapak tangannya ke wajah hingga dada.

"Siapa kamu?" ulang Yunan. Masih tak ada jawaban.

Sosok itu tiba-tiba berpindah tempat makin mendekat ke arah Yunan. Perpindahan tanpa langkah kaki. Jelas. Dia bukan manusia.

Tangan Yunan menelusup ke kantung jaketnya, mengeluarkan tasbih dan menggenggamnya erat. Apapun niat sosok kelam itu, pastinya bukan niat baik. Yunan bersiap, merapal ta'awwudz dalam hati.

A'udzubillahiminasysyaithoonirrajiim (Aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk)

Sosok itu berpindah lagi. Mendekat. Kali ini, muncul tepat di hadapan Yunan.

Yunan terkejut melihat sosok berkepala kambing di hadapannya. Tubuh manusia berkepala kambing itu, lebih tinggi hingga Yunan harus mendongak untuk melihatnya. Mata makhluk itu berwarna merah penuh amarah.

"Yunan Lham. Tamat riwayatmu kali ini."

Suara serak yang mengerikan itu, adalah yang terakhir didengar Yunan sebelum ia terbangun dari mimpi buruknya. Dia tidak biasanya bermimpi buruk seperti ini. Mimpi barusan adalah pertanda. Peringatan. Syeikh Abdullah memperingatkannya.

"Ada apa, sayang?" tanya Arisa saat melihat suaminya sedang mengatur napas memburu dan berkeringat dingin.

"Gak apa-apa. Cuma mimpi buruk," jelas Yunan sebelum melakukan sunah jika bermimpi buruk. Ia berdecih ke kiri tiga kali, lalu membalik bantal. Pandangan Yunan beralih ke jam dinding. Pukul dua lebih sedikit. Ia akan salat nanti saja selisih sejam mungkin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANXI EXTENDED 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang