Di sebuah lembah tersembunyi, jauh dari hiruk pikuk dunia, berdirilah Pohon Kehidupan. Namanya melintasi legenda, dipuja sebagai sumber segala kehidupan. Batangnya menjulang kokoh seperti pilar, kulitnya berkilauan laksana perunggu di bawah sinar matahari. Daun-daunnya berpendar dalam warna zamrud dan safir, dan akar-akarnya menjalar ke segala arah, seakan-akan menggenggam dunia dalam dekapan erat.
Namun, keindahan Pohon Kehidupan bukan hanya terletak pada rupa fisiknya. Ia adalah sumber dari energi magis yang menyusup ke setiap helai angin, ke dalam tanah, hingga ke kedalaman sungai yang mengalir. Hidup di lembah itu selaras dengan harmoni yang sulit dijelaskan. Penduduk desa kecil di dekat lembah menyebutnya Anahita, pemberi hidup.
Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda bernama Elion berdiri di tepi lembah. Matanya penuh keraguan, namun tekad yang menguasai langkahnya terlalu kuat untuk diabaikan. Ia adalah putra seorang penjaga kuil, pewaris tanggung jawab yang berat: melindungi rahasia Pohon Kehidupan dari tangan-tangan rakus. Namun, Elion merasa tidak layak. Ayahnya, sang penjaga legendaris, telah gugur dalam pertempuran melawan pasukan penjajah beberapa musim lalu. Kini, Elion sendirian.
"Aku tak tahu apakah aku bisa menjaga warisan ini," gumamnya, memandang ke arah lembah di mana Anahita berdiri. Namun bisikan lembut angin membawa pesan yang tak terucapkan, seolah memanggilnya untuk mendekat.
Dengan langkah ragu, Elion memasuki lembah. Setiap langkah terasa seperti memasuki dunia lain. Udara di sekelilingnya dipenuhi aroma bunga yang tak ia kenali, dan suara gemericik air terdengar seperti melodi surgawi. Ketika akhirnya ia berdiri di hadapan Anahita, keagungan sang pohon membuatnya terdiam. Namun, di tengah kekagumannya, ia melihat sesuatu yang aneh: daun-daun Anahita mulai menguning, dan kilauan kulit batangnya memudar.
"Elion," suara lembut namun mendalam menyusup ke pikirannya. Pemuda itu terkesiap, berusaha mencari sumber suara, namun hanya ada dirinya dan pohon megah itu.
"Kau memanggilku?" tanyanya, setengah tak percaya.
"Ya," jawab Anahita. Suara itu terdengar seperti perpaduan antara aliran sungai dan bisikan dedaunan. "Aku sekarat, dan hanya kau yang dapat menyelamatkanku."
Elion merasa seluruh dunianya berguncang. "Bagaimana mungkin? Engkau sumber kehidupan. Bagaimana bisa sesuatu yang begitu agung berada di ambang kehancuran?"
"Dunia ini telah berubah," jawab sang pohon. "Keserakahan manusia, ketidakhormatan mereka pada harmoni, telah mencemari aliran magis yang menopangku. Jika aku mati, maka dunia akan kehilangan keseimbangan. Kau harus membawa Essentia Vitae, inti kehidupanku, ke sumber murni di Gunung Lyrae untuk dipulihkan."
Elion terdiam sejenak. Tugas itu terdengar mustahil. Gunung Lyrae terkenal dengan medan berbahayanya, dipenuhi makhluk-makhluk yang terlupakan oleh sejarah. Namun, tatapan penuh harapan dari daun-daun Anahita membakar semangatnya. Bagaimanapun, ia adalah penjaga warisan ini.
"Aku akan melakukannya," jawabnya akhirnya.
Esok paginya, Elion memulai perjalanan. Anahita memberinya sebuah botol kristal yang memancarkan cahaya lembut. Di dalamnya terkandung Essentia Vitae, substansi cair yang tampak seperti perpaduan antara sinar matahari dan tetes embun.
Jalan menuju Gunung Lyrae penuh dengan tantangan. Elion melewati hutan-hutan kelam di mana bayangan terasa hidup, menembus lembah-lembah berkabut di mana langkahnya disertai bisikan-bisikan samar. Namun, setiap kali rasa takut menyelimuti hatinya, cahaya dari botol kristal mengingatkannya pada misinya.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang wanita bernama Kaelith, yang mengenakan jubah berbahan sutra hijau seperti dedaunan. Ia mengaku sebagai pelindung terakhir dari Gunung Lyrae, dan meskipun awalnya enggan, ia akhirnya setuju membantu Elion. Bersama, mereka melanjutkan perjalanan yang kian berbahaya.
Mendekati puncak Gunung Lyrae, Elion dan Kaelith dihadang oleh makhluk raksasa, Verdanthar, penjaga kuno yang menyerupai pohon berjalan dengan mata bercahaya seperti bara api. Makhluk itu mengaum, suaranya bergema seperti badai.
"Siapa yang berani mengganggu gunung suci ini?" tanyanya.
Elion maju dengan gemetar, namun suaranya tegas. "Aku membawa Essentia Vitae untuk dipulihkan. Tanpa ini, dunia akan hancur."
Namun Verdanthar tidak mudah diyakinkan. "Banyak yang datang dengan dalih menyelamatkan dunia, namun hanya ingin memanfaatkan kekuatanku. Buktikan bahwa hatimu murni."
Makhluk itu menatap Elion tajam, dan tiba-tiba, dunia di sekitarnya berubah. Ia mendapati dirinya di sebuah desa yang dilanda kekeringan. Penduduk memohon air kepadanya, namun Elion hanya memiliki satu botol kecil air.
"Berikan kepada kami," kata seorang pria tua. "Keluarga kami sedang sekarat."
Namun seorang anak kecil juga datang, wajahnya pucat. "Aku haus. Tolong bantu aku."
Elion merasa terjebak. Jika ia memberikan air itu kepada satu orang, maka yang lain akan mati. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa pohon kehidupan mengajarkan tentang pengorbanan untuk semua.
Ia membuka botolnya dan menuangkan air itu ke tanah kering. "Biarkan tanah ini membagikan hidup kepada kalian semua," katanya.
Seketika, tanah yang kering itu berubah subur, dan air mengalir dari bawah kakinya. Penduduk bersorak-sorai, dan pemandangan itu memudar. Ia kembali berdiri di hadapan Verdanthar.
"Hati yang murni," kata makhluk itu akhirnya. "Kau layak."
Di puncak gunung, Elion dan Kaelith menemukan sumber air murni yang disebut Lacrima Aeterna. Air itu bersinar dengan cahaya lembut, mengalir seperti waktu yang abadi. Dengan hati-hati, Elion menuangkan Essentia Vitae ke dalam aliran tersebut.
Seketika, langit berubah. Cahaya magis melingkupi mereka, dan suara lembut Anahita terdengar dari kejauhan. "Kau telah menyelamatkanku, Elion. Dunia ini kembali seimbang."
Kaelith tersenyum, namun Elion tahu bahwa ini bukan akhir dari tanggung jawabnya. "Apa yang terjadi jika manusia kembali merusak keseimbangan ini?" tanyanya.
"Itu adalah ujian abadi," jawab Anahita. "Namun selama ada hati seperti milikmu, harapan akan selalu ada."
Elion kembali ke lembah dengan hati yang lebih mantap. Pohon Kehidupan kini memancarkan cahaya yang lebih terang dari sebelumnya, dan ia tahu bahwa tugasnya baru saja dimulai. Sebagai penjaga baru, ia berjanji untuk melindungi keseimbangan ini, tidak hanya dengan kekuatan, tetapi juga dengan pengajaran bagi dunia tentang pentingnya harmoni.
Legenda Anahita terus hidup, tidak hanya sebagai pohon, tetapi sebagai simbol harapan bagi mereka yang berani memperjuangkan kehidupan, bahkan ketika dunia tampak rapuh. Dan Elion, sang penjaga muda, menjadi bagian dari cerita yang akan terus diceritakan dari generasi ke generasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka - Antologi Cerpen
Short StoryAsmaraloka adalah sebuah antologi cerpen yang menelusuri labirin hati dan perasaan manusia dalam wujud kisah-kisah yang mendalam dan menyentuh. Melalui rangkaian cerpen yang ditulis dengan cermat, pembaca diajak untuk menyelami berbagai dimensi cint...