Malam itu.
Disaat angin mulai berhembus sedikit lebih kencang dari sebelumnya, tak seperti kecepatannya angin itu membelai lembut rambut seorang gadis yang tengah termenung di sebuah balkon tanpa penghuni. Sepi, sunyi selalu ia rasakan seperti biasanya. Meskipun tanpa sadar gelak tawa terdengar keras dari dalam kamarnya. Bukanlah suasana yang terasa begitu sepi tapi hati yang belum sempat menemukan penghuninya.
Disaat angin tanpa sengaja membawa sehelai daun terbang meninggalkan tangkai pohon akasia yang telah berdiri kokoh di depan bangunan tua itu, daun itu mulai mendarat tepat diatas diary yang sejak lama diacuhkan diatas meja oleh pemiliknya. Diary itu telah penuh dengan tulisan membuat sang pemilik termenung memandangi bintang-bintang bisu di langit gelap. Dengan menyandarkan kepalanya di jendela, kedua tangannya merangkul lutut yang tertekuk, perlahan ia mulai menengadahkan wajah tenangnya itu ke angkasa.
Cukup lama ia berada disana, sendirian. Sampai seseorang datang mengagetkannya dengan panggilan khasnya.
"IMAA!!", panggil seseorang dari dalam asrama.
"Allah rabbi...", kagetnya memegangi dada. Seketika lamunannya buyar. "ya ampun deva kamu ngapain disini?bikin aku kaget aja! Segala manggil namaku salah lagi!".
"Iiiih Ima, kamu kan tau aku itu pelat jadi gak bisa ngomong el(er)!", Deva membantah mengerucutkan bibirnya.
Ya, dialah Mashita Deva An Najma, untung saja tidak ada unsur huruf R dalam namanya. Dialah sahabat karib Yameena Kareema selama 4 tahun terakhir di pondok. Meskipun cukup menyebalkan karena selalu memanggil nama Kareema dengan panggilaan dan suara khasnya yang agak cempreng.
Kareema kembali memandangi bintang di langit tanpa menghiraukan Deva yang sedari tadi mengoceh di sampingnya.
"Eh Imaa, kamu lagi jatuh cinta y? galau amat", goda Deva sedikit menyenggol bahu Kareema.
"Ih apaah sihh Deva cantik? Kamu tau sendiri kan klo aku gak pernah sekali pun berani ngomong sama anak cowok kecuali sama ayah atau ustad!", perlahan nada bicara Kareema mulai meninggi. Maklum dia sedikit sensitif dengan kaum adam.
"Ih kualat sendili(sendiri) kamu nanti, kamu tuh telalu sensi sama meleka. Kamu ikutin tlik aku. Dali pada kamu mandang bintang itu kosong mending kamu hubungin jadi sebuah nama! Klo misal olang yang punya nama itu telsenyum sama kamu di sepeltiga malam belalti dia itu jodoh kamu", panjang lebar Deva menjelaskan teori itu pada Kareema. Tapi Kareema malah mendorongnya sampai Deva kembali ke kasur kesayangannya lalu dengan cepat nya ia terlelap.
Kareema kembali memandangi bintang-bintang itu, tanpa disadari telunjuknya mulai terangkat menghubungkan bintang bintang yang bergelantungan di langit gelap. Lagi lagi ia terlalu tenggelam dalam lamunannya itu, lisannya mulai mengeja apa yang telah ia gabungkan sedari tadi.
"A...A...L...L... AALL..., allah... mana ada nama orang AALL... ngapain juga aku ikutin perintahnya Deva kampret... udah ah mending tidur dari pada hajatan gak bisa bangun..",
Entahlah itu sebuah nama atau bukan. Kareema tetap saja berpegang pada prinsipnya yang selalu acuh pada kaum adam. Romih beranjak dari balkon lalu berlayar ke alam kapuk.
Pelayaran itu tenang sampai sebuah bel berbunyi dari sudut gedung tepat saat jam tiga malam. Tak perlu waktu lama agar Kareema kembali dari pelayarannya. Ia lalu bergegas mengambil air suci untuk kemudian melangkahkan kaki menuju rumah tuhan. Jalannya gelap tapi cahaya yang terpancar cerah dari rumah tuhan terus ia ikuti. Berkali kali ia membenarkan posisi cadar yang dipakainya. Tiba tiba saja satu kejanggalan mulai terjadi ditengah jalan gelap itu.
"BUK", benda itu terjatuh dari pundak seseorang yang tergesa gesa berlari di sisi kiri jalan.
"allahumma... ustad maaf itu surbannya jatuh", Kareema yang berjalan di sisi kanan jalan terkejut dan refleks saja memanggil lelaki yang masih belum menyadari bahwa surban coklat kemerahan bercorak kotak kotak miliknya jatuh di tengah jalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka - Antologi Cerpen
Historia CortaAsmaraloka adalah sebuah antologi cerpen yang menelusuri labirin hati dan perasaan manusia dalam wujud kisah-kisah yang mendalam dan menyentuh. Melalui rangkaian cerpen yang ditulis dengan cermat, pembaca diajak untuk menyelami berbagai dimensi cint...