🍒23

231 21 7
                                    


  Jeno duduk di tepi ranjangnya, memeluk lutut dengan wajah lelah. Tubuhnya terasa lemas, setiap makanan yang masuk ke tubuhnya selalu berakhir dimuntahkan kembali. Ketika Taeyong, membawanya ke dokter seminggu yang lalu, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Jeno baik-baik saja. Namun, kenyataan yang terlihat berkata sebaliknya, membuat Taeyong semakin bingung dengan kondisi putranya.

"Makan sedikit saja, Jeno... Bubu mohon," bujuk Taeyong, menyerahkan semangkuk bubur hangat ke hadapannya. Namun, Jeno hanya menggeleng lemah, tangannya menutup mulut seolah ketakutan. Ia benar-benar tidak ingin muntah lagi. Rasanya terlalu menyiksa.

Tak lama, Mark muncul dari pintu kamar yang dibiarkan terbuka. "Belum mau makan juga, Bu?" tanyanya, nada suaranya terdengar prihatin.
Taeyong hanya menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada Jeno.

Namun, tiba-tiba Jeno turun dari ranjangnya dan berjalan menghampiri Mark. Tanpa sepatah kata pun, ia meraih kantong plastik kecil yang dibawa Mark. Kantong itu ternyata berisi jeruk asam, yang awalnya ingin dibuang Mark karena dianggap terlalu masam untuk dimakan.

Dengan mata berbinar, Jeno langsung membuka jeruk itu dan mulai memakannya. Taeyong dan Mark hanya bisa meringis melihat bagaimana Jeno menikmati rasa masam tersebut dengan begitu lahap.

"Aneh..." gumam Mark sambil menggaruk kepalanya, lalu berbalik meninggalkan kamar Jeno.

Di lorong, ia bertemu dengan Eunwoo yang baru saja keluar dari ruang kerja Jaehyun, hari ini eunwoo sengaja berkunjung ke kediaman jaehyun karena ada beberapa hal yang harus di diskusikan."Siapa yang aneh, Mark?" tanya Eunwoo penasaran.

"Itu, Om... Jeno," jawab Mark, lalu menceritakan apa yang baru saja ia saksikan di kamar adiknya.

Mendengar cerita itu, Eunwoo tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menatap Mark serius. "Mark, bisa antar Om ke kamar Jeno? Om ingin memastikan sesuatu," pintanya.

Mark mengangguk, lalu berjalan mendahului Eunwoo ke kamar Jeno. Ada rasa penasaran yang mulai menggelayuti benaknya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Jeno?

Tunggu bukannya om eunwoo dokter kandungan? Apakah Jeno hamil? Bukankah yang hamil beomgyu? Oh ayolah mark dimana menguapnya otak cerdasmu?.

"Tae, kamu bilang tadi dokter tidak menemukan penyakit apapun, kan?" Taeyong mengangguk mengiyakan ucapan eunwoo
"Kalau dugaanku benar, Jeno sedang mengalami morning sickness," sambung Eunwoo setelah memeriksa Jeno dengan teliti.

Taeyong menatap Eunwoo dengan ekspresi bingung, sementara Mark berdiri di sampingnya, memandang ibunya untuk mencari penjelasan lebih lanjut.

"Morning sickness?" gumam Mark, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bukankah itu hanya dialami oleh orang yang sedang hamil? Tapi... yang hamil itu Beomgyu, bukan Jeno! Kenapa Jeno yang mengalaminya?

"Bisa begitu, Woo?" tanya Taeyong penasaran, mencoba memahami apa yang terjadi pada putranya.

Eunwoo mengangguk ringan, menyilangkan tangannya di dada. "Bisa, Tae. Kasus seperti ini memang jarang, tapi bukan tidak mungkin. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai couvade syndrome atau sindrom simpati. Biasanya terjadi pada orang yang memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan seseorang yang sedang hamil."

Mark membelalak, sementara Taeyong mulai mencerna penjelasan itu dengan serius. "Jadi, maksudmu... Jeno merasakan gejala kehamilan Beomgyu karena...?"

"Karena merasakan hubungan yang sangat dekat, baik secara emosional maupun psikologis," potong Eunwoo sebelum Taeyong menyelesaikan kalimatnya. "Tubuh Jeno bereaksi, meskipun dia sendiri mungkin tidak menyadari sepenuhnya."

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang