🍒21

269 22 3
                                    

"BEOMGYU!"

Teriakan itu menggema, membuat semua orang di ruangan itu menoleh ke arah sumber suara. Mata mereka tertuju pada sosok seorang pemuda yang kini berdiri dengan napas terengah-engah di pintu masuk. Tapi dia tidak peduli pada tatapan mereka. Yang ada di pikirannya hanya satu, Beomgyu.

Beomgyu menghentikan langkahnya, perlahan menoleh ke arah suara itu. Matanya membesar, mengenali sosok yang memanggilnya.

"K-Kak Jeno..." bisiknya lirih.

Tubuhnya mematung di tempat, seperti menunggu Jeno mendekat. Entah ke mana perginya rasa benci dan luka yang pernah memenuhi hatinya terhadap sang kakak. Saat ini, Beomgyu hanya berdiri diam, matanya terpaku pada Jeno yang berjalan tergesa ke arahnya.

Ketika akhirnya Jeno sampai di hadapannya, ia langsung merengkuh Beomgyu dalam pelukan erat. Ruangan yang semula riuh mendadak hening, semua mata tertuju pada mereka dengan berbagai ekspresi,kaget, bingung, hingga geram.

Mark dan Sungchan, yang sudah terbakar emosi, mulai melangkah ke depan, berniat memisahkan kedua adiknya. Namun, sebelum mereka sempat mendekat, Taehyung memberi isyarat tegas untuk diam di tempat. Jaehyun, yang berdiri di dekat mereka, dengan lembut menahan lengan Mark dan Sungchan, seolah meminta mereka untuk menahan diri.

"Maafkan Kakak... Tolong maafkan Kakak," ucap Jeno lirih, suaranya bergetar saat ia memeluk Beomgyu erat.

Namun, Beomgyu tetap diam. Tubuhnya kaku, tidak membalas pelukan itu. Ia hanya berdiri di sana, tatapannya kosong, seolah tenggelam dalam pergulatan batin yang tak terlihat.

Jeno memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Sementara itu, keheningan menyelimuti ruangan, hanya terpecah oleh napas Jeno yang terdengar berat. Semua orang yang menyaksikan adegan itu tampak ragu, tidak tau harus bersikap seperti apa.

Sampai akhirnya, suara lembut Jungkook memecah keheningan.

"Beomgyu, kajja. Kita harus segera pergi," ucapnya tenang namun tegas.

Beomgyu hanya mengangguk pelan. Dengan gerakan kaku, ia melepaskan pelukan Jeno. Tanpa menoleh ke belakang, ia melangkah menjauh, seolah enggan melihat kakaknya lagi. Setiap langkahnya terasa dingin dan penuh jarak, meninggalkan Jeno yang terpaku di tempat.

Jeno berdiri diam, pikirannya kacau. Apa yang sedang ia lakukan di sini? Bukankah seharusnya ia bersama kekasihnya sekarang? Lalu, mengapa ia memilih berada di tempat ini?

Jeno juga tidak tau akan tindakannya, yang pasti setelah iya mematikan telpon dari kekasihnya, Jeno bergegas untuk menemui karina, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar obrolan Anna dan bibi kim jika Beomgyu berada di bandara dan akan pergi bersama ibunya.

Tanpa ragu, Jeno segera menyambar kunci motornya dan melesat keluar rumah. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, tak memedulikan apa pun selain keinginannya untuk bertemu Beomgyu. Tapi kini, melihat punggung beomgyu yang semakin jauh, Jeno merasa usahanya sia-sia. Meski ia telah sampai di sini, sesuatu yang berada dalam dirinya terasa begitu rumit.

Begitu memastikan Beomgyu telah menghilang dari pandangan, Jaehyun menarik napas panjang, berbalik, lalu berjalan menjauh tanpa sepatah kata. Ia memilih mengabaikan Jeno yang masih mematung, membiarkan pemuda itu bergulat dengan kekacauan pikirannya sendiri. Langkah Jaehyun semakin cepat, seolah ingin segera meninggalkan tempat yang menyesakkan dadanya.

Sungchan mengikuti ayahnya tanpa berkata apa-apa. Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan, hanya gurat kesedihan yang begitu jelas. Ia memilih diam, membiarkan perasaannya larut dalam keheningan. Bahkan sekilas pun ia tidak melirik ke arah Jeno.

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang