Chapter 26

166 54 19
                                    

◇Awal kisah kita◇


Waktu terus berjalan, dan meski mereka berada di tempat yang berbeda, hubungan Khalifah dan Fabiola tetap kokoh. Namun, ada satu malam yang akan mengubah segalanya.

Fabiola sedang duduk di kafe dekat kampusnya, menikmati secangkir kopi hangat. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Ada pesan dari Khalifah yang membuat jantungnya berdebar.

"Fabiola, aku ingin bicara serius."

Fabiola merasa sedikit cemas, namun ia membalas dengan cepat.
"Ada apa, Khal?"

Tak lama kemudian, telepon dari Khalifah masuk. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya.

"Fabiola, ingin kamu tahu bahwa aku serius sama hubungan kita. Aku nggak bisa janji apa-apa, karena aku masih punya banyak hal yang harus aku selesaikan, tapi aku ingin kita tetap berjalan bersama."

Fabiola terdiam sejenak, merasa hatinya menghangat mendengar kata-kata itu. Meski jarak mereka tak pernah mudah, ada kenyamanan dalam kata-kata Khalifah.

"Aku juga serius, Khal. Tapi kamu tahu kan, kita nggak bisa bertemu dalam waktu dekat. Aku juga punya kuliah, tugas, semuanya."

Khalifah tertawa kecil di ujung telepon.
"Aku tahu, dan itu yang membuat aku semakin yakin. Kita akan melewati semuanya, Sayang. Aku yakin kamu bisa."

Fabiola merasakan sesuatu yang kuat di dalam dirinya. Cinta bukan hanya tentang bertemu setiap hari, tapi tentang saling mendukung dalam diam, saling percaya meski terpisah.

"Aku percaya kamu, Khal."

Dan dengan itu, mereka sepakat untuk terus berjalan bersama, meski tak tahu bagaimana masa depan akan terbentuk. Mereka percaya pada cinta yang tumbuh dari jarak, dan pada suatu saat nanti, mereka akan saling bertemu di titik yang tepat.

•  •  •

Setelah percakapan malam itu, meski masih terpisah ribuan kilometer, keduanya merasa ada kehangatan yang semakin tumbuh dalam hubungan mereka. Waktu terasa lebih cepat berlalu, meskipun hanya bisa bertukar pesan dan video call di sela-sela kesibukan masing-masing. Mereka berbicara tentang masa depan, berbagi mimpi, dan juga tentang hal-hal kecil yang kadang bisa membuat tertawa di tengah kelelahan.

Namun, ada saat-saat dimana Fabiola merasa sangat merindukan Khalifah. Ada hari-hari di mana suara Khalifah melalui telepon adalah satu-satunya pelipur lara, dan kehadirannya hanya bisa dirasakan lewat kata-kata.

Pada suatu malam yang dingin, Fabiola duduk di balkon kamarnya, menatap langit yang penuh bintang, berpikir tentang Khalifah yang sedang menjalani pendidikannya di Akademi Kepolisian. Ia merasa bangga dengan apa yang dilakukan Khalifah, namun di saat yang sama, ia merasa kesepian.

Telepon Fabiola berbunyi, dan begitu melihat nama Khalifah di layar, ia langsung tersenyum.

{ Call On : Great man💗 }

Khal?

Sayang, aku lagi di luar, ngeliat langit yang sama kayak kamu. Kayaknya aku udah mulai ngerasain apa yang kamu rasain. Kadang, rasa kangen ini terlalu berat, tapi aku tahu kita kuat

Fabiola tersenyum mendengar suaranya. Untuk sesaat, rasanya seolah dunia menjadi lebih kecil, dan mereka berada dalam satu ruang yang sama.

Aku tahu, Khal. Aku juga merasakannya Tapi kita akan melewati ini. Aku percaya pada kita

Aku tahu kita jauh, Sayang. Tapi aku ingin suatu saat nanti, setelah semua ini selesai, aku akan ada di sampingmu. Gak peduli apapun yang terjadi

Aku tunggu itu, Khal. Aku yakin kita bisa Kita hanya perlu waktu

Aku selalu menunggu kamu, Sayang

Aku juga

Semangat selalu untukmu, Sayang
Akan ada hari dimana kita saling bertatapan dengan rasa bangga terhadap diri sendiri

Dan itu sebentar lagi

Semoga selalu diberikan kelancaran oleh Allah atas perjuangan kita selama melakukan pendidikan ini ya, Sayang

Aamiin

Jangan lupa istirahat yang cukup ya

Siap, sayang

Good night princess

Good night to

{ Call Off }

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kenyamanan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka berdua, meskipun terpisah jarak.

Equal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang