continuation...
•
•Fabiola duduk di meja kerjanya, memandangi layar ponsel yang masih menyala. Pikirannya kembali berputar. Benarkah apa yang diceritakan Khalifah? Apakah dia benar-benar bisa mempercayainya? Fabiola merasa bingung, perasaan yang begitu campur aduk. Ia mencoba menenangkan diri, tapi setiap detik yang berlalu seolah menambah kegelisahan dalam hatinya.
Ketika pikirannya mulai tidak terkendali, tiba-tiba ada bunyi ketukan pintu dari luar. Fabiola menoleh, dan sebelum dia sempat berkata apa-apa, Elisabeth, asisten di butiknya, masuk ke dalam ruangan.
"Mrs. Fabiola, are you okay?" Tanya Elisabeth dengan nada prihatin. "You look depressed. Did something happen?".
Fabiola tersenyum lemah, berusaha menutupi kecemasan yang ada di hatinya. "I'm fine, Elisabeth. Just a little bit of work that makes me stressed" Fabiola mencoba berbohong, meskipun ia tahu Elisabeth bisa melihat lewat penampilannya yang gelisah.
Elisabeth duduk di seberang meja Fabiola, menatapnya dengan serius. "You know, Mrs. Fabiola, if something is bothering you, you can tell it. Don't keep it to yourself".
Fabiola hanya mengangguk, menghindari pandangan Elisabeth. Tiba-tiba telepon di meja Fabiola berdering lagi, dan nama Khalifah muncul di layar ponselnya. Hatinya berdebar lagi.
"Fabiola, aku tahu kamu mungkin merasa bingung. Aku ingin kamu tahu, aku benar-benar tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan itu" Kata Khalifah dengan nada serius.
Fabiola mendengar kata-kata Khalifah, dan meskipun hatinya sedikit lebih tenang, rasa penasaran masih membekas. Siapa yang bisa menebar fitnah seperti itu? Mengapa ada orang yang ingin memisahkan mereka?
Elisabeth melihat Fabiola yang masih terdiam, memandangi ponselnya. "There is something wrong?" Tanyanya dengan lembut.
Fabiola menghela napas panjang. "Khalifah, there was a mysterious message saying he was cheating. I want to believe it, but this feeling, I feel like something is wrong".
Elisabeth mengangguk dengan bijaksana. "Sometimes, things like that can make us doubt. But you have to listen to your heart. If you believe in it, then stick with it. Don't let messages like that ruin your relationship. But if something else feels strange, try to find out more".
Fabiola termenung sejenak, mencerna nasihat Elisabeth. Memang benar, dia harus bisa membedakan antara ragu dan intuisi. Apa yang dikatakan Khalifah tampak tulus, tetapi masih ada rasa ragu yang menggantung. Fabiola tahu bahwa ia perlu bertemu dengan Khalifah untuk membicarakan semuanya secara langsung.
"Thank you, Elisabeth. I know I should be calmer about this" Kata Fabiola akhirnya.
Elisabeth tersenyum lembut. "I'm sure you can work this out together".
Fabiola menatap keluar jendela, merasakan udara dingin malam yang menusuk. Di luar sana, dunia terus berjalan. Tetapi di dalam hatinya, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Equal Love
Romansamenceritakan tentang seorang pria taruna yang jatuh cinta pada anak bungsu dari Irjen polisi. Tidak tau bagaimana rencana Tuhan di kemudian hari, jadi marilah menjadi saksi perjalanan cinta mereka.