Chapter 28

145 45 12
                                    

◇Menyatu dalam Jarak◇


Khalifah dan Fabiola menjalani hubungan mereka dengan tekad dan komitmen, meski ribuan mil memisahkan mereka. Edinburgh dan Akademi Kepolisian di Indonesia menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka yang tidak biasa. Setiap malam mereka berbicara melalui video call, mencoba merajut kebersamaan di tengah kesibukan masing-masing.

Di sebuah malam yang dingin, Khalifah duduk di ruang belajar asrama Akademi Kepolisian, menatap layar ponselnya. Pesan dari Fabiola masih belum dibaca. Biasanya, meskipun sibuk, mereka selalu berusaha untuk mengobrol setiap hari. Tapi, kali ini Fabiola tak membalas seperti biasa. Dulu, mereka saling mengirim pesan atau berbicara telepon setiap ada waktu luang. Namun, belakangan ini, komunikasi mereka mulai terhambat oleh rutinitas masing-masing yang semakin padat.

Khalifah merasa ada yang aneh, seolah-olah ada jarak yang lebih dari sekadar fisik di antara mereka. Dia menghela napas dan mengetik pesan.

"Gimana hari kamu? Aku kangen..."

Beberapa menit berlalu, tetapi tidak ada balasan. Khalifah semakin cemas, merasakan sedikit kegelisahan di hatinya. Dia tahu, di sisi lain, Fabiola sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya di Edinburgh. Tapi, kenapa dia merasa lebih sulit untuk menghubungi Fabiola belakangan ini? Adakah sesuatu yang tak dia ketahui?

Di Edinburgh, Fabiola menatap layar ponselnya yang kosong. Ada banyak pekerjaan kuliah yang harus diselesaikan, dan dia merasa tertekan dengan jadwal yang semakin padat. Mengingat Khalifah dan berusaha menjaga hubungan ini tetap kuat membuat hatinya hangat, tetapi di sisi lain, dia merasa cemas karena komunikasi yang semakin terbatas.

Mereka sudah terbiasa dengan jarak, tapi rasanya semakin sulit akhir-akhir ini. Fabiola tahu, Khalifah pasti sedang mengalami tekanan dengan pendidikan di Akademi Kepolisian, sementara dia juga terperangkap dalam tuntutan akademis yang tak kunjung habis. Mereka berdua tahu betul bahwa jarak ini menguji kekuatan hubungan mereka, tetapi kadang-kadang, rasa rindu yang begitu besar sulit untuk dijelaskan.

Fabiola akhirnya mengetik pesan balasan, tetapi saat dia hendak menekan kirim, dia terdiam sejenak.

"Aku juga kangen, Khalifah. Tapi aku merasa semakin jauh dari kamu. Aku nggak tahu kenapa, mungkin karena kita sulit untuk berbicara seperti dulu."

Pesan itu terkirim, dan Fabiola meletakkan ponselnya dengan perasaan campur aduk. Tak lama setelah itu, Khalifah membalas.

"Aku juga merasa begitu, Sayang. Aku tahu kita berdua sibuk, tapi aku nggak mau kehilangan kamu. Kita bisa melalui ini bersama, kan?"

"Tentu".

Fabiola tersenyum kecil, merasakan sedikit kelegaan. Namun, dia tahu, mereka harus berjuang lebih keras. Jarak, meskipun tidak hanya fisik, tetap bisa menyulitkan jika komunikasi mereka terputus.

•  •  •

Beberapa hari berlalu sejak mereka saling mengungkapkan perasaan rindu dan kekhawatiran mereka. Khalifah dan Fabiola mencoba mengatur waktu lebih baik untuk tetap berkomunikasi. Namun, meski sudah berusaha, kenyataan bahwa waktu dan jarak selalu menjadi hambatan yang tidak bisa dihindari, tetap menghantui mereka.

Suatu malam, ketika Khalifah sedang berada di luar untuk latihan fisik, ia mendapat pesan dari Fabiola. Kali ini, Fabiola tampak lebih terbuka, dan mungkin sedikit lebih cemas.

Equal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang