◇Di Balik Teori◇
•
•Pagi ini, Fabiola tiba di kampus dengan langkah yang ringan. Setelah beberapa minggu dihantui dengan tugas yang menumpuk, hari ini dia merasa sedikit lega karena bisa menyelesaikan beberapa materi yang sebelumnya tertunda. Di antara tumpukan buku di mejanya, ada satu buku yang sangat menarik perhatian buku tentang hukum perdata yang menjadi salah satu mata kuliah utama di semester ini.
Meskipun kuliah di jurusan hukum itu cukup menguras tenaga dan pemikiran, Fabiola mulai merasakan bahwa setiap pelajaran yang didapatnya semakin membuka pandangannya tentang kehidupan nyata.
"Hukum itu bukan hanya teori, tapi juga seni dalam menyelesaikan masalah" kata dosen yang selalu memberi motivasi di setiap kuliah. Kata-kata itu kembali terngiang di benaknya, mengingatkan pada tujuan awalnya masuk ke Fakultas Hukum, untuk bisa membantu masyarakat, bukan hanya dengan hukum, tetapi juga dengan hati.
Kelas dimulai dengan pembahasan hukum perdata, yang sering kali dianggap sebagai dasar dari hukum yang mengatur hubungan antara individu dan hak-haknya. Fabiola mendengarkan dengan seksama saat dosen menjelaskan tentang perjanjian, salah satu topik yang selalu menarik untuk dibahas. Dalam hukum perdata, perjanjian adalah suatu kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih untuk melaksanakan suatu hal yang diwajibkan oleh hukum.
"Perjanjian ini bisa berbentuk tertulis atau lisan, namun yang lebih penting adalah adanya kesepakatan dan tujuan yang jelas. Jadi, meskipun sering kali kita hanya berbicara dalam kesepakatan yang sederhana, itu sudah menjadi bagian dari hukum yang harus dipatuhi" jelas dosen tersebut.
Fabiola menyimak penjelasan itu dengan penuh perhatian, mencatat dengan rapi setiap poin penting yang diajarkan. Terkadang, pelajaran tentang hukum perdata ini membuatnya teringat pada berbagai interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kesepakatan bisnis yang sering dilihat oleh orang-orang, hingga hubungan personal yang menyangkut hak dan kewajiban.
Di tengah kelas, Fabiola melihat layar laptop di depan kelas menampilkan slide dengan topik selanjutnya—tentang gugatan dalam hukum perdata. Gugatan adalah upaya hukum yang dilakukan oleh seseorang yang merasa dirugikan untuk mendapatkan hak-haknya yang belum terpenuhi.
"Misalnya, dalam hal perceraian, gugatan adalah alat yang digunakan untuk memulai proses hukum" lanjut dosen itu, memberi contoh konkret. Fabiola merasa penasaran dengan kasus-kasus yang terkait, karena sering kali kasus-kasus seperti ini menjadi sorotan di media, terutama di kalangan masyarakat umum yang tidak begitu memahami proses hukum.
Ketika kuliah selesai, Fabiola merasa sedikit lebih ringan. Ada kepuasan tersendiri baginya setelah menyelesaikan kuliah dengan fokus dan menyerap banyak informasi. Meskipun lelah, ia tahu bahwa perjalanan untuk menuntut ilmu ini masih panjang.
Setelah berkemas, Fabiola berjalan keluar kelas dan memutuskan untuk duduk sejenak di taman kampus. Sambil menikmati semilir angin sore yang sejuk, ia merenung, mencoba untuk menghubungkan apa yang dipelajari dengan kehidupannya.
Di tengah kesibukan kuliah, Fabiola merasa bahwa jurusan hukum bukan hanya tentang memahami teks dan teori-teori yang terkadang terasa kering dan rumit. Ia mulai merasakan bagaimana hukum itu memainkan peran besar dalam kehidupan manusia, memberikan keadilan dan perlindungan. Di sinilah Fabiola merasa, di balik setiap kata dalam peraturan atau pasal, terdapat nilai-nilai yang lebih dalam yang harus dipahami.
Lama-kelamaan, Fabiola belajar untuk tidak hanya melihat hukum sebagai serangkaian aturan yang kaku, tetapi juga sebagai alat untuk menggapai keadilan dalam berbagai situasi yang dihadapi oleh masyarakat. Hukum bagi Fabiola adalah sebuah seni yang penuh dengan makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Equal Love
Romancemenceritakan tentang seorang pria taruna yang jatuh cinta pada anak bungsu dari Irjen polisi. Tidak tau bagaimana rencana Tuhan di kemudian hari, jadi marilah menjadi saksi perjalanan cinta mereka.