Continuation...
•
•"Fabiola" Suara Khalifah kembali terdengar, lembut dan penuh harapan. "Aku tahu ini tidak mudah untuk kamu. Aku tidak pernah bermaksud menyakiti kamu dengan semua yang terjadi. Tapi aku ingin kamu tahu, aku akan melakukan apapun untuk membuktikan bahwa aku hanya ingin bersama kamu".
Fabiola menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Setiap kata Khalifah terasa seperti pisau tajam yang menusuk perasaannya, namun di sisi lain, ada secercah harapan yang belum padam. "Khalifah" Fabiola mulai berbicara pelan, "aku ingin percaya padamu. Tapi, aku tidak bisa begitu saja mengabaikan apa yang sudah aku dengar. Aku butuh waktu, waktu untuk benar-benar yakin".
Ada keheningan di sisi telepon, dan Fabiola bisa merasakan betapa beratnya perasaan yang sedang dirasakan Khalifah. "Aku hanya butuh waktu, Khalifah. Semua ini terjadi begitu cepat, dan aku perlu memahami apa yang benar-benar terjadi. Aku takut, takut kalau aku salah".
"Jangan takut, Fabiola" Jawab Khalifah dengan suara penuh pengertian. "Aku akan membuktikan bahwa aku bukan orang yang mereka katakan. Aku akan tunjukkan padamu siapa aku sebenarnya. Aku hanya meminta satu hal, percayalah padaku sedikit lebih lama. Jangan biarkan keraguan ini merusak apa yang kita miliki".
Fabiola menundukkan kepala, merasakan ada sesuatu yang menahan di dadanya. Cinta itu masih ada, kuat, tapi keraguan itu seperti bayangan yang tak bisa diusir begitu saja. Dia tahu, dia ingin mengerti dan memberikan kesempatan kepada Khalifah, tapi hatinya tidak bisa begitu mudahnya melepaskan rasa takut yang begitu dalam.
"Aku akan berusaha, Khalifah" Jawab Fabiola akhirnya, suaranya sedikit gemetar. "Aku akan berusaha untuk memberikanmu kesempatan. Tapi tolong jangan buat aku kecewa".
"Aku tidak akan pernah mengecewakanmu, Fabiola" Kata Khalifah penuh keyakinan. "Aku akan membuktikan itu".
Setelah beberapa detik keheningan, Fabiola akhirnya mengakhiri percakapan itu, meninggalkan dirinya dengan perasaan yang masih penuh tanda tanya. Namun, satu hal yang pasti. Meskipun keraguan itu ada, dia masih mencintai Khalifah.
Fabiola menatap ke luar jendela lagi, merasa ada semacam kedamaian yang menyelimuti dirinya setelah percakapan itu. Mungkin ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan mereka yang penuh tantangan. Tapi untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, Fabiola merasa sedikit lebih tenang.
"Aku akan berusaha" Bisiknya pelan pada diri sendiri, "berusaha untuk percaya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Equal Love
Romancemenceritakan tentang seorang pria taruna yang jatuh cinta pada anak bungsu dari Irjen polisi. Tidak tau bagaimana rencana Tuhan di kemudian hari, jadi marilah menjadi saksi perjalanan cinta mereka.