Chapter 34

126 34 8
                                    

◇Momen tenang◇


Setelah beberapa saat, mereka berdua keluar dari butik dan berjalan menuju kafe yang tak jauh dari sana. Kafe itu memiliki suasana yang tenang dan nyaman, dengan lampu-lampu gantung yang hangat dan aroma kopi yang menggoda.

Sesampainya di kafe, Fabiola dan Elisabeth duduk di meja pojok yang memiliki pemandangan indah ke luar jendela. Fabiola memesan secangkir mocha latte, sementara Elisabeth memilih cappuccino.

"Maybe this is what I need" Fabiola berkata, menatap cangkir kopi mocha latte yang baru saja dihidangkan. "Sometimes, I get too focused on work and everything that needs to be done. I forget to give time to myself".

"Correct" Fabiola menjawab sambil menyeruput kopi, "I sometimes feel squeezed by all the deadlines and preparations for the grand opening of the boutique in Berlin. It feels like there isn't enough time in the day".

Elisabeth tersenyum, "That's natural. But you've been amazing, Fabiola. Your boutique business is growing rapidly, and you can still go through college well. That's not an easy thing".

Fabiola menarik napas panjang, "I'm just afraid this is all too much and I won't be able to handle it all well. I don't want to disappoint anyone, especially mom and dad".

"What you did was extraordinary" Elisabeth berkata, memandang Fabiola dengan tulus. "You know, not everyone can be like you. You started this boutique from scratch, facing it with strong determination. And now, you are preparing for the grand opening in Berlin. That's something great".

Fabiola tersenyum kecil, sedikit terhibur oleh kata-kata Elisabeth. "Thank you, Elisabeth. I just feel anxious sometimes".

Elisabeth meletakkan gelas cappuccinonya dan menatap Fabiola dengan serius. "Mrs. Fabiola, worrying is normal. Everyone must have felt like that. But the most important thing is that you stay focused on your goal. Don't let doubt hold you back. You have many people supporting you, including me".

Fabiola merasa lega mendengarnya. "I really appreciate all the support you have given, Elisabeth. Without you, I might have been overwhelmed"

"Don't be too hard on yourself" Elisabeth berkata sambil tersenyum, "Sometimes we just need a little time to relax. And that's what you need right now".

Setelah beberapa saat, mereka berdua diam sejenak, menikmati kopi mereka dalam keheningan yang nyaman. Fabiola menatap ke luar jendela, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di trotoar. Edinburgh, dengan segala keramaiannya, terkadang bisa terasa seperti tempat yang tenang untuk bernafas.

"Do you ever feel lost?" Tanya Fabiola, memecah keheningan. "I feel like sometimes I try hard, but sometimes I doubt whether I'm on the right path".

Elisabeth mengangkat pandangannya dan menatap Fabiola dengan penuh perhatian. "Of course, I've felt that way. No one can predict what lies ahead, Mrs. Fabiola. But one thing I know, you have chosen your path with your heart, and that is enough. There is nothing more important than following what you believe".

Fabiola menghela napas, merasa sedikit lebih lega dengan kata-kata Elisabeth. "Thank you, Elisabeth. You know how to make me feel better. Sometimes I forget to slow down".

Setelah beberapa menit berbincang lebih banyak, Fabiola merasa sedikit lebih ringan. Mungkin memang benar, kadang yang dibutuhkan hanyalah sejenak berhenti, menikmati waktu, dan membiarkan pikiran melayang. Terkadang, jalan yang paling panjang dimulai dengan langkah kecil, dan Fabiola tahu bahwa ia sedang berada di jalur yang benar. Semua yang telah ia capai, semua yang telah ia rencanakan, pasti akan berjalan dengan baik.

Dengan itu, mereka berdua menikmati sisa kopi mereka, melanjutkan percakapan ringan, dan merasa lebih tenang. Setelah beberapa saat, Fabiola memutuskan untuk kembali ke butik, menyelesaikan beberapa hal terakhir, dan melanjutkan rencananya untuk grand opening di Berlin.

Namun, di tengah kesibukan itu, ada satu hal yang selalu ia ingat. Bahwa meskipun jarak memisahkan dirinya dan Khalifah, mereka selalu memiliki waktu untuk berbicara, berbagi, dan mendukung satu sama lain. Itu sudah cukup untuk membuatnya merasa lebih kuat.

Equal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang