Chapter 31

118 37 1
                                    

◇Mimpi yang Dicarikan Waktu◇


Setelah menghabiskan beberapa jam menjelajahi sudut-sudut Edinburgh yang indah, Fabiola merasa jauh lebih baik. Angin sore yang dingin terasa menyegarkan, dan langit yang mulai berwarna oranye keemasan membuat hatinya lebih ringan. Tapi seperti biasa, pikirannya kembali pada Khalifah. Dia tak bisa sepenuhnya mengabaikan jarak yang memisahkan mereka.

Ketika sedang duduk di bangku taman, Fabiola merogoh tasnya dan membuka aplikasi pesan di ponselnya. Matanya bergerak ke atas daftar percakapan, mencari nama Khalifah yang terdaftar di antara teman-temannya. Sekejap, dia merasa rindu yang begitu dalam. Di sana, di layar ponselnya, Khalifah mengirim pesan seperti biasa, meskipun mereka terpisah oleh waktu dan jarak yang jauh.

"Gimana kuliah kamu? Udah kelar tugasnya?" Pesan Khalifah muncul di layar. Fabiola tersenyum kecil, meresapi tiap kata yang ditulisnya. Ada kehangatan dalam kata-katanya, seolah meskipun jarak membentang, perasaan mereka tetap erat terhubung.

Fabiola mengetik balasan, "Baru aja keluar buat jalan-jalan. Lari dari tugas bentar. Kamu gimana?" Dia menunggu beberapa saat sebelum melanjutkan, "Aku rindu kamu, tahu nggak?".

Ketika pesan itu terkirim, Fabiola merasa sedikit cemas. Terlalu berani, pikirnya. Namun, beberapa detik kemudian, pesan balasan muncul di layar ponselnya.

"Aku juga rindu kamu, Sayang. Suatu hari kita pasti bisa jalan bareng lagi. Aku yakin itu".

Fabiola merasa ada hangat yang mengalir dalam dadanya. Setiap kata yang ditulis Khalifah terasa seperti pelukan yang bisa dia rasakan meskipun mereka terpisah begitu jauh. Meski jarak yang memisahkan mereka kadang memberi rasa kesepian, percakapan seperti ini memberinya kekuatan untuk terus bertahan.

Beberapa detik berlalu, dan Fabiola melanjutkan jalan-jalannya menyusuri kota, kali ini dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. Begitu banyak hal yang dia impikan tentang masa depan bersama, tentang saat-saat yang penuh tawa dan kebahagiaan tanpa jarak. Terkadang, hal-hal kecil seperti ini, percakapan sederhana yang diiringi rindu, sudah cukup untuk membuatnya merasa lebih dekat dengan Khalifah, meskipun fisik mereka tak dapat saling menyentuh.

Fabiola akhirnya duduk kembali di sebuah bangku di pinggir jalan, memandang Edinburgh Castle yang megah. Di sinilah dia berada, jauh dari rumah, jauh dari keluarganya, namun di sini pula dia merasa menemukan dirinya, termasuk rasa yang tak bisa ia hilangkan untuk Khalifah. Meskipun waktu dan jarak selalu menjadi penghalang, dia merasa mereka bisa tetap menjaga cinta ini. Cinta yang tak terhalang oleh kilometer atau waktu.

Dan meskipun tugas kuliah yang menumpuk menanti untuk diselesaikan, Fabiola tahu satu hal yang pasti semangatnya untuk menjalani semuanya datang dari perasaan ini, dari hubungan yang terus berkembang meski terpisah.

"Nanti kita akan bertemu lagi" Pikirnya, menyimpan pesan itu dalam hatinya, berharap bahwa suatu hari nanti, mereka akan menjalani hidup bersama, lebih dekat, lebih kuat, dan tanpa batasan apapun.

Equal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang