3.b - Peristiwa Pertama

5 1 0
                                    

Dion

Saat akhirnya hari Jumat tiba, tadinya aku mau menjemput Eve dan Nini, tapi Eve menolak dan akan datang sendiri diantar Kang Febri. Sekalian mengantar Nini ke rumah sakit, katanya. Yah, jadinya hanya Eve yang hadir hari ini ke rumahku. Adik-adikku sudah senang duluan saat kukabari sekeluarga bahwa Eve akan datang. Papa sudah penasaran ingin bertemu Eve untuk pertama kalinya, dan Mama hanya tersenyum tipis sebagai tanggapannya. Tapi orang pertama yang memeluk Eve adalah Mama, bukan aku atau Diana, jadi aku tahu Mama menyembunyikan kegembiraannya atas kehadiran Eve.

"Agak aneh sebenarnya Bang Dion yang ajak Neng Eve, biasanya Kak Diana yang ajak, ada apa sih?" Mama yang bertanya setelah melepas Eve dari pelukannya dengan sorot mata curiga.

Kemarin saat memperkenalkan diri ke keluarganya Eve, aku bisa dengan lantang memperkenalkan diri sebagai pacarnya Eve, tapi kenapa saat memperkenalkan Eve sebagai pacarku ke keluarga sendiri aku seketika hilang kata begini?

Sepertinya Eve paham, jadi dia yang masih berdiri bersampingan dengan Mama mengulurkan tangannya duluan. "Mau memperkenalkan diri lagi, Tan." Dengan bingung, Mama menjabat tangan Eve, mengayunkan pelan tangannya Eve yang terlihat sedikit gemetaran sebelum akhirnya Eve melanjutkan perkenalannya. "Iya, Tant Julia, perkenalkan lagi, aku Genevieve atau Eve, pacarnya Mas Dion." Wajah bingugng Mama seketika berubah cerah dan kembali memeluk Eve. Selanjutnya yang memeluk Eve ada Diana dan Dinda, Dilan hanya berani menjabat tangan.

"Bang Dion akhirnya bawa pacar, nih?" Papa masuk rumah setelah merokok di taman belakang. Terlihat tangannya yang basah sehabis mencuci tangan dikeringkan di handuk kecil dekat kulkas, karena Mama benci bau rokok di tangan Papa. Dengan kedua tangan berkecak pinggang, dia memperhatikan Eve dari atas sampai bawah. Eve memakai dress tali floral hitam dengan kaos putih lengan pendek di dalamnya, rambutnya diikat sedikit di belakang dengan poni panjangnya yang menjuntai membingkai wajahnya, tidak lupa dengan senyum ramahnya yang begitu manis. Papa mengulurkan tangan, "Siapa namanya, Neng?"

"Genevieve, tapi panggilannya Eve, Om," kata Eve, menjabat tangan Papa dengan formal.

Dengan kening mengernyit, Papa melihatku seperti membandingkan dengan aku yang memakai kaos garis-garis putih-navy dan celana joger abu. "Bang, Neng Eve udah cantik begini, bajumu malah gembel kek begitu. Ganti!" perintah Papa diberi tawaan seluruh orang di ruangan dan aku cemberut sembari pergi berganti pakaian. Aku mengganti celana menjadi chino cream dan kemeja navy yang kujadikan outer kaosku.

Saat keluar kamar, Mama, Diana dan Eve sedang menyiapkan makan siang di konter dapur, sedangkan Papa, Dinda dan Dilan di bagian meja makan untuk merapikan piring dan alat makan, juga mengganti pot bunga lama dengan pot bunga baru yang sudah berisi bunga tulip.

Aku tahu Eve bisa lebih santai jika bersama Diana, sedangkan bersama Mama masih terlihat masih kurang nyaman. Tapi aku senang bagaimana Mama selalu melibatkan Eve seharian ini. Papa juga sesekali memberi gurauan saat bercerita bagaimana Papa dan Mama dulu berpacaran dan juga memberikan sedikit wejangan di dalamnya. Saat sore datang, akhirnya Mama dan Eve menyiapkan kue lapis legit yang Eve bawa dari rumah, bersamaan dengan itu disajikan kopi, teh dan susu hangat untuk kami nikmati sembari kembali bercerita, kini kami pindah ke taman belakang rumah. Anehnya, sepanjang sore itu Eve lebih banyak diam. Dia mendengarkan, namun tidak menanggapi sebanyak siang tadi. Saat aku bertanya pun, dia menoleh dengan senyuman manis sembari bercicit: "Ternyata rame yah, Mas."

Aku tidak mengerti kenapa, tapi saat dia ke kamar mandi, butuh waktu hampir 25 menit sampai akhirnya aku meminta Diana untuk menyusulnya. Sekitar 15 menit kemudian, Diana kembali bersama Eve dengan celana dan jaket milik Diana.

"Kenapa, Eve?" tanyaku, khawatir. Memandang kedua gadis itu bergantian, yang malah saling pandang tidak nyaman. Sampai aku menyadari sesuatu. "Oh! Kamu..." mulutku langsung mingkem.

Apple Flower of Our HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang